• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM USAHA MIKRO YOP 1 Perencanaan

5 EVALUASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT Evaluasi Kebijakan Pembangunan

Melalui Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang di amanatkan di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004, dan Undang- undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 membantu PTNNT melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). YOP merupakan mitra strategis PTNNT dalam usaha menjalankan program pengembangan masyarakatnya.

Secara garis besar ada 3 (tiga) lembaga atau unsur yang terlibat langsung dengan Program Usaha Mikro, yaitu; PTNNT sebagai penyandang dana tunggal dan berfungsi juga melakuknan monitoring pelaksanaan porogram; YOP berfungsi sebagai pengelola dana dan mitra strategis PTNNT dalam melaksnakan salah satu program CSR PTNNT, dan berkewajiban menjalankan semua ketentuan dan kewajibannya sesuai ayng ditentukan oleh PTNNT; dan yang ketiga adalah masyarakat atau penerima bantuan pembiayaaan usaha mikro tersebut.

Dengan menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview), diharapkan dapat mendapat hasil evaluasi yang mendalam. Dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan PTNNT melalui YOP diperlukan menjelaskan beberapa hal antara lain sebagai berikut:

Mengapa kegiatan pembangunan ini dilaksanakan? Telah di amanatkan di dalam Kontrak Karya antara PTNNT dengan Pemerintah Republik Indonesia pada Tahun 1986 sebelum PTNNT melalui usaha penambangan emas dan tembaga di Kabupaten Sumbawa Barat. PTNNT memiliki kewajiban membangun ekonomi masyarakat sekitar melalui program CSRnya.

Apa yang harus dihasilkan? Peningkatan taraf hidup perekonomian masyarakat sekitar tambang atau lokasi operasional PTNNT. Bagaimana kegiatan pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar? Dilakukan analisa kelayakan pinjaman, pendampingan di lapangan, monitoring pengembalian pinjaman, evaluasi kegiatan untuk perbaikan. Kerjasama dengan YOP atau lembaga lain dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat sangat diperlukan dalam melaksanakan program pemberdayaan tersebut.

Faktor-faktor eksternal yang diperlukan untuk keberhasilan proyek? Kerjasama dan masukan dari berbagai pihak, akademisi, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan LSM yang secara langsung dan tidak langsung akan menjadi pengontrol dan motivator untuk keberhasilan program.

Bagaimana keberhasilan program dapat dinilai secara obyektif? Diperlukan evaluasi dengan metode yang tepat dan sesuai denga program tersebut. Biasa menggunakan FGD yang dikombinasikan dengan metode wawancara mendalam. Tahapan-tahan kegiatan dan sasaran program dapan juga dijadikan bahan evaluasi sehingga pada kahirnya akan terlihat apakah keberhasilan program tersebut benar-benar terjadi atau ada manipulasi dari laporan akhir program.

Darimana data dapat dipeoleh untuk menilai keberhasilan proyek? Data bisa di dapat dari YOP, Community Relation PTNNT, hasil pelaksanaan PRA dan hasil dari wawancara mendalam. Semua data di analisa dengan seksama dan dibuatkan kesimpulan yang dapat memberi gambaran apakah program ini gagal atau berhasil.

Table 11 Keterlibatan dan Kepentingan 3 Lembaga/Unsur dalam Program Pembiayaan Usaha Mikro YOP

No. Lembaga Tugas Utama Kepentingan

Kaitan terhadap Program 1 PTNNT - Menyiapakan Dana Pembiayaan Program - Menjalankan

kewajiban yang di atur di dalam Kontrak Karya dengan pemrintah RI tahun 1986 - Owner/ pemilik - Memonitor pelaksanaan program yang dilakukan oleh YOP

- Mendapatkan

Izin Sosial dari amsyarakat sekitar untuk kelansungan operasioanl perusahaan. - Menjalankan UU nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan 2 YOP - Melaksanakan Program Pembiayaan Usaha Mikro - Menjalankan fungsinya sebagai Lembaga yayasan Pelaksana - Menerima permohona, melakukan analisa pinjaman, mendampingi dan monitoring pelaksanaan program dan membuat laporan keuangan

3 Masyarakat-

Debitur

- Menjalankan

semua ketentuan atau persyaratan Program Pembiayaan Usaha Mikro

Untuk meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan

Konsumen - Mendapat

manfaat dan dapat menggunakan dana untuk pengembangan usaha/ kegiatan - Memberi masukan untuk perbaikan program Sumber: SOP YOP

Pembiayaan Usaha Mikro

Dan dalam evaluasi ini dikhususkan membahas dan mengevaluasi satu program utamanya, yaitu Program Pengembangan Ekonomi Masyarakat dan lebih khusus lagi Program Pembiayaan Usaha Mikro (Micro Finance). Program ini mulai diluncurkan sejak bulan Juni 2011, dengan memberikan modal usahasebagai pembiayaan tambahan usaha yang produktif. Tujuannya untuk meningkatkan akses usaha mikro terhadap dana pinjaman untuk pembiayaan investasi dan modal kerja dengan persyaratan yang ringan dan terjangkau.

Setelah Standar Operasional Prosedure (SOP) disusun dengan baik, berikutnya Pengurus YOP melakukan sosialiasi di setiap kecataman di Kabupaten Sumbawa Barat. Pertemuan tatap mula dilakukan 4 (empat) kali selama bulan Juli 2011, yaitu; di Sekongkang untuk Kecamatan Sekongkang; di Maluk untuk Kecamatan Jereweh dan Kecamatan Maluk; di Taliwang untuk Kecamatan Taliwang, Kecamatan Brang Enek dan Kecamatan Brang Rea; dan di Seteluk untuk Kecamatan Seteluk dan Kecamatan Poto Tano. Sosialisasi yang bersifat

Top-Down, tetapi pertemuan tersebut melibatkan cukup banyak masyarakat, dan diikuti oleh tokoh masyarakat dan pemerintahan setempat.

Berdasarkan tujuan penggunaanya, fasilitas pembiayaan ini dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut:

1. Pembiayaan Modal Kerja, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk modal usaha seperti pembelian bahan baku atau barang yang akan diperdagangkan. 2. Pembiayaan Investasi, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk modal usaha

pembelian sarana alat produksi dan atau pembelian barang.

Para debitur diberi kemudahan dalam proses pengembalian dana pembiayaan. Cicilan pokok tanpa bunga dibatasi maksimum 12 bulan. Angsuran diberi pilihan sesuai dengan jenis usaha masing-masing debitur, diantaranya 10 kali angsuran, 4 kali angsuran, dan 2 kali angsuran. 10 kali angsuran dikhusukan kepada sektor usaha perdagangan, dan jasa. 4 kali angsuran diberikan kepada sektor usaha industri dan peternakan. Sedangkan 2 kali angsuran lebih sesuai untuk usaha sektor pertanian dan perikanan.

Prosedur Pembiayaan

Ada beberapa tahapan yang harus dialui oleh calon debitur sebelum permohonan pembiayaan disetujui oleh YOP. Tiap-tiap tahapan dilakukan dengan analisa dan evaluasi yang sangat teliti untuk memberi jaminan kelancaran pengembalian dana pinjaman serta memastikan kondisi usaha dan kesanggupan setiap calon debitur atau debitur dalam mengembangkan modal usaha yang diberikan. Dari proses awal sampai debitur menerima dana pembiayaan memerlukan waktu minimal 1 (satu) bulan.

Calon debitur mendatangi kantor YOP dan mengajukan permohonan tertulis dengan mengisi formulir standar (F-1) dan menyerahkan photo copy KTP atau Sim yang masi berlaku. Pada saat mengisi formuri F-1, calon debitur harus didampingi oleh suami atau istri atau pihak lain yang bisa menjadi penanggung jawab jika terjadi gagal pengembalian. Kehati-hatian harus dimulai dari tahapan pertama untuk mengurangi resiko ditahapan berikutnya.

Staff Administrasi Program YOP akan meregistrasi calon debitur dan menyerahkan identitasnya kepada Operasional Pembiayaan. Staff Operasional Pembiayaan akan melakukan observasi atau pengamatan langsung dilapangan

baik ke lokasi usaha maupun ke alamat calon debitur. Untuk memperoleh hasil yang okyektif dan akurat, maka obervasi ini dilakukan tanpa melibatkan atau pemberitahun kepada calon debitur. Operasional Pembiayaan memerlukan data atau informasi tentang kepemilikan usaha, apakah usaha betul ada atau tidak, apakah usahanya sudah melebihi 1 (satu) tahun, apakah kegiatan usahanya beroperasi secara teratur, bagaimana prosfek usahanya serta yang paling penting apakah calon debitur memiliki rumah milik sendiri atau masi status sewa. Hasil obervasi atau pra survey menjadi penentu berikutnya apakah calon debitur berhak diikutkan ke tahapan berikutnya. Bagi calon debitur yang dinyatakan layak, maka administrasi pembiayaan akan memanggil calon debitur untuk mengisi formulir F.2A dan F.2B dan diserahkan kepada Operasional Pembiayaan untuk dilakukan survey kelayakan usaha.

Survey dilakukan dengan melibatkan Operasional Pembiayaan dari wilayah setempat dan didampingi oleh Operasional Pembiayaan wilayah lain. Tujuanya adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan obyektif. Hasil survey dari Operasional Pembiayaan wilayah yang berbeda ini diserahkan kepada Supervisor Wilayah sebagai syarat wajib sebelum dibahas di dalam rapat komite.

Rapat Komite yang dihadiri oleh Pengurus YOP, Pendamping dari PTNNT, Supervisor Wilayah, Koordinator, Operasional Pembiayaan yang melakukan survey (wajib hadir). Rapat komite dilakukan untuk menentukan apakah pembiayaan tersebut layak disetujui atau tidak serta berapa nominal pembiayaannya. Rapat diakhiri dengan membuat berita acara yang ditanda tangan oleh semua peserta rapat. Dan hasil dari Rapat Komite diserahkan ke Technical Assisten untuk diproses lebih lanjut. Tenchinal Assistant mengajukan Rencana Pengeluaran Uang (RPU) ke Bendahara YOP.

Katagori permohonan yang dinyatakan layak atau tidak layak digambarkan didalam matrik berikut ini:

Tabel 12 Kelayakan Calon Debitur Hasil Observasi dan Survey YOP

Sumber: Yayasan Olat Perigi

Calon debitur yang permohonannya ditolak akan diberi melalui surat yang dikirim melalui PT. Pos Indonesia kealamat calon debitur. Sedangkan debitur

No. Kelayakan Omset/ Tahun KTP Kepemilikan

Rumah Kepemilikan Usaha Prilaku Debitur -Bulan milik sendiri. -Buruk

-Milik sendiri tapi

belum 1 tahun -Malas bayar

-Milik sendiri - =/> 1 tahun -Milik sendiri - =/> 1 tahun -Prilaku baik 3 Over Layak > Rp. 60.000.000 Sesuai dengan lokasi tempat tinggal

Milik sendiri -Prilaku baik

1.. Tidak Layak Rp. 0 Tidak sesuai dengan lokasi tempat tinggal Masi kontrakan/ sewa/ kos 2 Layak Rp. 500.000 - Rp. 60.000.000 Sesuai dengan lokasi tempat tinggal Milik sendiri

yang permohonanya disetujui, surat pemberitahuannya diantar langsung ke alamat calon debitur dengan mencantumkan tanggal untuk melengkapi persyaratan ke kantor YOP. Di dalam surat pemberitahuan tersebut dicantumkan juga jumlah nominal permohonan yang disetujui komite (F-4A).

Didampingi oleh suami/istri calon debitur, calon debitur melakukan tanda tangan akad perjanjian (F-5) dan menerima surat pengantar pencairan dana pinjaman (F-6). Setelah proses di YOP selesai, debitur akan menyerahkan surat pengantar pencairan ke Kantor PT. Pos Persero Indonesia di wilayahnya untuk mengambil atau menerima dana pembiayaan. Kantor PT. Pos Persero Indonesia mengeluarkan Kartu Angsuran, serta menjelaskan jumlah angsuran, berapa lama angsuran serta tanggal jatuh tempo angsuran. Kantor PT. Pos Persero Indonesia akan membuat laporan bulanan setiap tanggal 5 bulan berjalan, laporan tersebut berisi beberapa hal tentang debitur yang telah membayar ngsuran, terlambat membayar angsuran atau menunggak membayar angsuran.

Analisa Pembiayaan

Pembiayaan tanpa agunan atau jaminan aset, tentu rawan dengan masalah dan berpotensi gagal pengembalian. YOP menyadari bahwa tidak mungkin mengilangkan 100 persen gagal pengembalian atau dalam istilah YOP disebut Pembiayaan Bermasalah. Potensinya masi tetap ada, tetapi dengan analisa yang detail, sesuai kondisi aktual calon debitur dan transafaran, diharapkan dapat mengurangi tingkat pembiayaan yang bermasalah. Dengan menggunakan analisasi kualitatif, maka lebih difokuskan pada nalaisa karaktek, watak dan komitment calon debitur.

Pada saat melakukan observasi atau pra survey, Operasional Pembiayaan YOP berusaha mendapat informasi yang sebanyak mungkin dari orang-orang yang mengenal calon debitur, tetangga dekat dan pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan ini sangat penting sebagai data pembanding pada saat dilakukan survey. Informasi langsung dari debitur pada saat dilakukan survey dapat dibandingkan dengan informasi yang diperoleh pada saat observasi.

Umur usaha minimal 1 tahun, lokasi tempat usaha, apakah pelanggan atau pembeli cukup rame atau tidak ada pengunjung sama sekali merupakan oberservasi awal. Rumah tempat tinggal apakah milik sendiri calon debitur atau masi status sewa. Biasanya orang yang tidak memiliki rumah tetap atau milik sendiri, cendrung berpindah-pindah tempat tinggal. Kondisi seperti ini akan menyulitkan melakukan monitoring dan pengawasan serta pembinaan selama proses angsuran pembiayaan.

Operasional Pembiayaan juga melakukan pengecekan alamat yang tertera di Kartu Tanda Penduduk, apakah sama dengan lokasi rumah tempat tinggal calon debitur atau tidak. Prilaku keseharian calon debitur juga tidak luput dari analisa. Operasional Pembiayaan YOP akan mencari informasi tentang pinjaman calon debitur di tempat lain, kemampuan membayar, sisa pembiayaan ditempat lain (jika ada), beban rutin diluar kegaiatn usaha serta kemampuan memperoleh keuntungan.

Di samping analisa kualitatif, Operasional Pembiayaan YOP juga melakukan analisa kuantitatif. Perhitungan rugi laba sebelum memperoleh pembiayaan dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam kepada calon debitur, berapa pendapatan, berapa pengeluaran serta berapa laba bersih.

Dari wawancara juga diperoleh informasi lain tentang kemungkinan terdapat tambahan pendapatan dari luar kegiatan usaha yang akan dibiaya YOP.

Besaran rasio angsuran sudah ditentukan oleh YOP, yaotu maksimum 40 persen dari jumlah pendapatan bersih setiap bulannya. Pembatasan 40 persen rasio angsuran ini mengikuti standar perbankan yang berlaku dan juga untuk memberi jaminan tidak terjadinya pembiayaan gagal. Setiap calon debitur atau debitur tentu memiliki pengeluaran yang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari keuntungan bersih per bulan, masi tersisa 60 persen yang dapat digunakan untuk keperluan yang lain. Rasio 40 persen ini dinilai sangat aman untuk menjamin kelancaran debitur melakukan pembayaran angsuran pembiayaan.

Laba usaha diperoleh dari penjualan usaha setelah dikurangi harga pokok jual dan biaya usaha. Laba usaha digabung dengan pendapatan dari istri atau suami dan pendapatan lainya jika ada. Jumlah pendapatan akhir dikurangi lagi dengan kebutuhan rumah tangga, biaya pendidikan dan biaya lainnya sehingga diperoleh pendatan bersih. Pendapatan bersih ini yang menjadi dasar perhitungan berapa jumlah pembiayaan yang layak diberikan.

Secara sederhana analisa pembiayaan dilakukan sebagai berikut: 1. Perhitungan Laba Usaha dalam satu bulan :

a. Penjualan Usaha : Rp. 3.000.000,- b. Harga Pokok Jual : Rp. 1.000.000,-

c. Biaya Usaha : Rp. 400.000,-

Laba Usaha (a+b+c) : Rp. 2.600.000,-

2. Perhitungan Kemampuan Bayar :

a. Laba Usaha : Rp. 2.600.000,-

b. Pendapatan istri/ Suami : Rp. 1.500.000,-

c. Pendatan lainnya : Rp. –

Jumlah Pendapatan (a+b+c) : Rp. 4.100.000,-

3. Biaya Pengeluaran diluar Usaha :

a. Kebutuhan Rumahtangga : Rp. 1.500.000,- b. Biaya Pendidikan : Rp. 250.000,- c. Biaya Listrik, dan lain-lain : Rp. 150.000,-

Jumlah pengeluaran (a+b+c) : Rp. 1.900.000,

4. Jumlah pendapatan Bersih :

a. Jumlah Pendapatan : Rp. 4.100.000,- b. Jumlah pengeluaran : Rp. 1.900.000,-

Pendapatan Bersih (a-b) : Rp. 2.200.000,-

5. Jumlah Pembiayaan yang akan disetujui :

Rasio Angsuran (40%) x Jumlah Pendapatan (Rp. 2.200.000) x Jangka waktu angsuran (10 bulan) sama dengan jumlah pembiayaan yang dapat disetujui (Rp. 8.800.000)

Model analisa di atas, bahwa potensi pembiayaan bermasalah sangat kecil terjadi. Rasio angsuran 40 persen di hitung dari pendapatan yang benar-benar bersih karena sudah dihitung biaya dan pengeluaran diluar usaha. Jika ada pengeluaran yang lain setelah pendapatan bersih, maka masi dalam batas yang aman.

Gambar 2 Alur pengajukan adan proses pembiayaan usaha mikro:

Sumber: Standar Operasional Prosedur YOP (Gambar 2)

Pembiayaan Bermasalah

Di dalam SOP YOP dijelaskan bahwah Pembiayaan Bermasalah adalah suatu kondisi pembiayaan dimana terdapat suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali pembiayaan yang berakibat terjadi kelambatan dalam pengembalian, atau diperlukan tindakan dalam pengembalian atau kemungkinan terjadinya kerugian. Jadi Pembiayaan Bermasalah adalah pembiayan dan tagihan yang kolektibilitasnya berada pada kondisi kurang lancar, diragukan dan macet.

Sesuai definisi di atas, terdapat kita jenis pembiayaan bermasalah yaitu;

pertama, 50 persen dari pembiayaan atau tagihan kurang lancar; kedua, 75 persen dari pembiayaan atau ditagihkan diragukan; dan ketiga, 100 persen dari pembiayaan dan tagihan macet.

Pembiayaan bermasalah ini dapat dihitung menggunakan Rumus Non Performing Loan (NPL):

NPL =

Jumlah debitur Kurang Lancar + Jumlah Debitur Diragukan + Jumlah

Debitur Macet X

100% Total Kredit Yang Diberikan

PT PT. Pos Persero Indonesia setiap tanggal 5 bulan berjalan akan memberi laporan kepada YOP tentang kondisi pembayaran dari debitur. Dari laporan ini, Operasional Pembiayaan dan tim yang lain melakukan analisa. Analisai dilakukan setiap dua bulan sekali sekaligus melihat apakah debitur melakukan keterlambatan atau tidak membayar angsuran selama dua bulan berturut-turut atau hanya terjadi satu kali saja.

YOP juga melakukan evaluasi untuk menentukan kondisi kemapuan debitur dalam mengembalikan atau kemampuan debitur membayar angsuran. Evaluasi ini di beris istilah Kolektibilitas Pembiayaan. Kolektibilitas pada dasarnya adalah kondisi pembayaran debitur mulai dari berjalanya waktu, dan kemampuan membayar. Penilian kualitas pembayaran dilakukan berdasarkan

kemampuan banyar sesuai ketetapan pembayaran angsuran tau pencapaian rasio antara Realisasi Pengembalian Angsuran (RP) dengan Proyeksi Pengembalian Angsuran (PP).

Tabel 13 Penggolongan Kolektibilitas Pembiayaan Usaha Mikro YOP.

Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet

Pembayaran angsuran tepat waktu. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran melewati 1 hari – 3 bulan. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran 3 bulan sampai dengan 6 bulan. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran 6 bulan lebih satu hari dan seterusnya. Informasi keuangan anggota selalu dapat diperoleh jika dibutuhkan dan kondisinya akurat Informasi keuangan jika dibutuhkan terlambat diperileh dan datanya meragukan Informasi keuangan jika dibutuhkan sulit untuk diperoleh dan jika ada informasi datanya tidak dapat dipercaya Informasi keuangan tidak dapat diperoleh dan anggota sulit dihubungi Dokumentasi perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat Dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat Dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah Tidak ada dokumentasi perjanjian piutang dan pengikatan agunan Terjadi pelanggaran – pelanggaran terhadap perjanjian piutang Terjadi pelanggaran- pelanggaran yang prinsip terhadap perjanjian piutang Terdapat perpanjangan piutang untuk menyembunyikan kesulitan keuangan

Sumber; SOP Yayasan Olat Perigi

YOP telah membuat matrik untuk menilai Tingkat Kesehatan Pembiayaan Usaha Mikro. Pembinaan dan pengawasan adalah hal yang mutlak dilakukan melalui penilaian berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan Program Pembiayaan Usaha Mikro tersebut. Pendekatan kualitatif untuk menilai tingkat kesehatan pembiayaan usaha mikro YOP dengan

mempoerhatikan lima aspek, yaitu: Aspek permodalan; Aspek Kualitas Aktiva Produksi; Aspek Manajemen; Aspek Rentabilitas; dan Aspek Likuiditas.

Seperti petunjuk pelaksanaan kesehatan Pembiayaan Usaha Mikro yang keluarkan berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi Pengusaha Kecel dan Menengah RI Nomor 194/KEP/M/IX/1998 tanggal 25 September 1998, telah memberi bobot penialan terhadap aspek dan komponen penilan tingkat kesehatan program pembiayaan usaha mikro.

Tabel 14 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Usaha Mikro

Sumber : SOP Yayasan Olat Perigi

Dalam penanganan pembiayaan yang bermasalah, YOP melakukan pemantauan dan monitoring baik. Dalam monitoring tersebut, penting dipahami faktor penyebab dan gejala dini pembiayaan bermasalah. Debitur yang terdeteksi kurang lancar, diragukan dan macet, diberi peringatan tertulis yang ditanda tangan oleh Pengurus YOP. Jika surat peringatan tertulis tidak dihiraukan, maka Pengurus YOP menempu penyelesaian secara damai dan jalur hukum.

Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Secara damai dilakukan khusus kepada debitur yang memiliki etikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya, meninggal dunia dan yang mengalami bencana alam. Pengurus YOP akan memberi keringanan dan memperpanjang jangka waktu pengembaliannya. Jika jalur damai dan kekeluarga tidak menyelesaikan masalah, maka YOP menempuh jalur hukum. Penyelesaiannya dapat diajukan ke Badan Urusan Piutang Lelang

No. Aspek yang

dinilai Komponen

Bobot Penilaian

Jumlah (%) A. Rasio modal sendiri

terhadap Total Asset 10

B. Rasio modal sendiri

terhadap pinjaman diberikan yang beresiko 10 A. Permodalan 5 B. Aktiva 5 C. Pengelolaan 5 25 D. Rentabilitas 5 E. likuidita 5

A. Ratio SHU sebelum

pajak terhadap pendapatan operational

5 B. Ratio SHU sebelum

pajak terhadap total Asset 5 C. Ratio beban operasional

terhadap pendapatan operasional

5

5 Likuiditas Ratio pinjaman yang diberikan

terhadap dana yang diterima 10 10

100 JUMLAH BOBOT 20 15 4 Rentabilitas 1 Permodalam 3 Manajemen

Negara (BUPLN), Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan Pengadilan Negeri (PN). Cara terakhir ini, sampai sekarang belum perna dilakukan oleh YOP.

Pembinaan dan Pengawasan Pembiayaan

Pembinaan dan pengawasan Pembiayaan Usaha Mikro adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sedangkan pengawasan adalah proses pengawasan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dialakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan (Standar Operasional Prosedur Yayasan Olat Perigi, 2013).

Ada dua metode dan tekhnik pembinaan dan pengwasan, yaitu: Pertama, Pembinaan secara langsung dilakukan dengan melakukan kunjungan langsung ke lokasi tempat usaha debitur. Dengan melihat langsung fisik kondisi dan keadaan usaha setiap debitur, diharapkan dapat memberikan saran-saran yang menyangkut problematik dan permasalahan debitur dalam rangka pengembangan usaha yang bersangkutan. Pembinaan ini juga dapat melihat secara langsung perkembangan usaha debitur, dan memberi keyakinan kepada debitur bahwa kegiatan usaha mereka dalam pengawasan.

Kedua, Pembinaan secara tidak langsung. Melalui laporan dari PT. Pos Persero Indonesia yang dikirim setiap tanggal 5 setiap bulannya, Operasional Pembiayaan melakukan analisa dan membuat prediksi kondisi kesehatan pinjaman dan usaha. Analisa file-file pembiayaan dilakukan secara berkala minimal dua kali sebulan. Mengelompokkan anggota sesuai masalah masing-masing debitur untuk memudahkan pembinaan. Debitur yang paling bermasalah dapat ditunjuk Pembina Pembiayaan untuk membantu dan memonitor usaha debitur.

Alur pembinaan secara tidak langsung pembiayaan bermasalah sebagai berikut:

1. Pembinaan dilakukan kepada debitur yang memperoleh pembiayaan yang tergolong kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet.

2. Hasil dari monitoring dan pembinaan anggota dilanjutkan dengan memberi pembinaan khusus, dalam arti pembinaan secara langsung maupun tidak langsung, dan dilakukan secara periodik minimal perminggu.

3. Portofolio pembiayaan bermasalah harus segera diminta review oleh bagian pengawasan pembiayaan/analis pembiayaan.

4. Melakukan tindakan penyelamatan dengan cara penjadwalan, penataan dan sebagainya melalui anggota komite pembiayaan.

5. Bila upaya pembinaan secara maksimal masih belum berhasil maka melalui komite pembiayaan dapat dialihkan pada bagian penyelesaian pembiayaan. Partisipasi Masyarakat

Menurut Mikkelsen,1999;65, Sebagai sebuah tujuan, partisipasi menghasilkan pemberdayaan, yakni setiap orang berhak menyatakan pendapat dalm pengambilan keputusan yang menyangkut kehidipannya. Dengan demikian partisipasi adalah alat dalam memajukan ideology atau tujuan-tujuan pembangunan yang normative seperti keadialan sosial, persamaan dan demokrasi. Dalam bentuk alternatif, partisipasi ditafsirkan sebagai alat mencapai efesiensi dalam manjemen proyek.

Bagaimana partisipasi masyarakat dalam Pemanfaatan Program Pembiayaan Usaha Mikro oleh masyarakat Desa Maluk? Program ini sifatnya

Top-Down. Masyarakat tidak diberi ruang untuk terlibat didalam perencanaan dan penyusunan program. YOP bersama PTNNT menyusun program, strategi, aturan