• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Program Usaha Mikro Yayasan Olat Perigi Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Program Usaha Mikro Yayasan Olat Perigi Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat."

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM YAYASAN OLAT

PERIGI DALAM PENINGKATAN EKONOMI

MASYARAKAT DI DESA MALUK-SUMBAWA BARAT

MASRA JAYADI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Strategi Pengembangan Program Yayasan Olat Perigi Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa Maluk Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)

RINGKASAN

Masra Jayadi, Strategi Pengembangan Program Usaha Mikro Yayasan Olat Perigi Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di bawah bimbingan Dr.Nurmala K. Pandjaitan, MS, DEA sebagai ketua dan Dr .Ir.Soeryo Adiwibowo MS sebagai anggota.

Implementasi Program Microfinance YOP yang dijalankan selama ini sudah sesuai dengan konsep-konsep microfinance. Ada tiga tahapan-tahapan yang lakukan, Perencaan program dengan baik dan matang. Hal ini terlihat dari bagaimana mereka menentukan konsep, target dan tujuan dari program dengan baik. Meskipun tahapan ini mengabaikan keterlibatan stakeholder lain yang secara langsung maupun tidak berdampak pada kesuksesan program; Berikutnya adalah tahapan pelaksanaan program microfinance YOP sudah berjalan sesuai dengan skema dan step yang semestinya. Seperti dimulai dari tahap permohonan kredit, tahap analisis dan tahap penentuan (pencairan) besaran jumlah kredit; dan yang tidak kalah penting adalah secara rutin melakukan evaluasi program.

Masalah sosial yang terjadi di Desa Maluk adalah kemiskinan dan kesenjangan sosial. Kondisi ini tidak mampu dirubah dengan signifikan oleh program microfinance YOP. Secara ekonomi memang ada peningkatan pendapatan atau penghasilan nasabah. Namun secara sosial masih belum mampu merubah situasi soaial, seperti pengangguran dan pembukaan lapangan kerja baru sebagai efek dari program microfinance YOP tersebut.

Dari tanggapan responden mengenai prosedur pembiayaan, pembiayaan usaha kecil YOP tergolong cukup efektif. Akan tetapi, dinilai dari dampak pembiayaan terhadap pendapatan usaha dan keuntungan usaha, tujuan pembiayaan belum sepenuhnya tercapai. Hal ini disebabkan besarnya pembiayaan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan. Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap perubahan pendapatan dapat diartikan bahwa peranan pembiayaan belum menunjukkan pengaruh yang besar dalam meningkatkan pendapatan usaha nasabah

(5)

SUMMARY

Masra Jayadi, The Strategy of Developing Microfinance in Enhancing Community welfare at Maluk Village. Under the guadance of Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS, DEA as sebagai chairman dan Dr .Ir.Soeryo Adiwibowo MS sebagai member.

Microfinance Program Implementation YOP run so far has been in accordance with the concepts of microfinance. There are three stages have been practiced. The program is well planned. This is evident of how they define the concept, goals and objectives of the well planned program. Although this stage ignore the involvement of other stakeholders who are directly or indirectly impact on the success of the program; The next phase of the program has been running microfinance YOP accordance with the scheme and the proper step. As beginning of the loan application stage, the stage of the analysis and determination phase (melting) the amount of the credit amount; and that is no less important is routinely conduct program evaluation.

Social problems that occurred in the village of Maluk is poverty and social inequality. This condition is not able to be changed significantly by YOP microfinance program. Economically, there is an increase in revenue or income customers. But socially still not able to change the situation socially, such as unemployment and the opening of new jobs as the effects of the YOP microfinance program.

From respondents responds regarding the procedure of financing, small business financing YOP is quite effective. However, assessed the impact of the financing of operating revenues and profits, the purpose of financing has not been fully achieved. This is due to the amount of financing provided no significant effect on the increase in revenue. The absence of significant effect on the change in income can mean that the role of financing has not been a significant impact in improving the customer's business income

Strategies offered is zoning program consisting of a model zone, buffer zone and the development zone. Then there should be a bankable approaches and concepts in the program so as to maximize the effectiveness of the program. As a suggestion for improvement is needed socialization programs are more associated prospectively promoting microfinance with more participatory approach. YOP should begin to be directed to change the orientation of the activities that focus only on the rate of return in the financing of microfinance, but the orientation should be directed to the achievement of each household revolving funds in venture capital utilization.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat

STRAGEI PENGEMBANGAN PROGRAM YAYASAN OLAT

PERIGI DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DI DESA MALUK-SUMBAWA BARAT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)

Judul Tesis : Strategi Pengembangan Program Yayasan Olat Perigi Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Desa Maluk – Sumbawa Barat

Nama : Masra Jayadi NIM : I354120155

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Nurmala K.Pandjaitan,MS.DEA Ketua

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat

Dr Ir Lala M. Kolopaking,MS

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala nikmat-Nya sehingga proposal tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini adalah Efektivitas Program Yayasan Olat Perigi Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakatdi Desa Maluk, Sumbawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Nurmala K. Pandjaitan MS, DEA dan Bapak Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS selaku pembimbing, serta Bapak Fredian Tonny Nasdian, yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Rachmat Makkasau selaku General Manager Social Responsibility and Government Relation PT.NNT, Ir.H. Syarafuddin Jarot selaku Manager Social Responsibility PT. NNT, Bapak Yuyud Indrayudi selaku Staff Senior Specialist Business Development PT. NNT, serta staf PS MPM SPs IPB, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Perumusan Masalah 5

Tujuan Kajian 7

Manfaat Kajian 7

Ruang Lingkup Kajian 8

2 TINJAUAN PUSTAKA 9

Corporate Social Responsibility (CSR) 9

Implementasi Dan Manfaat CSR 10

Usaha Mikro 11

Lembaga Swadaya Masyarakat 12

Konsep Evaluasi 13

Efektifitas 14

Peningkatan Ekonomi Masyarakat 15

Kerangka Pikiran 17

3 METODOLOGI 19

Lokasi dan Waktu 19

Metode Pengumpulan Data 19

Pengolahan dan Analisa Data 20

Pemilihan Responden 20

Pemilihan Informan 20

Pengumpulan Data 21

Pengolahan dan Analisa Data 22

Perancangan Kebijakan 22

Metode Perancangan 22

Partisipasi Perancangan 23

Proses Perancangan 23

4 PROFILE KOMUNITAS 24

Lokasi Komunitas 24

Kondisi Desa Maluk 24

Letak Geografis 24

Kependudukan 25

Jumlah dan Komposisi Penduduk 25

Stuktur Sosial 26

Kelembagaan Sosial 28

Pemberdayaan Karang Taruna 28

Pemberdayaan Remaja Masjid 28

(14)

Ketokohan 29

Jejaring Sosial 29

Aksessibilitas terhadap Kebijakan dan sumberdaya 32

Jaringan Bisnis 32

5 EVALUASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT 37

Evaluasi Kebijakan Pengembangan 37

Pembiayaan Usaha Mikro 39

Prosedur Pembiayaan 39

Analisa Pembiayaan 41

Pembiayaan Bermasalah 43

Pembinaan dan Pengawasan Pembiayaan 46 Manfaat pembiayaan dan Keberhasilan Program 47

Evaluasi Pembiayaan Usaha Mikro 50

6 ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM USAHA MIKRO 53

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Penerima Program Usaha Mikro 53 Implementasi Program Pembiayaan Usaha Mikro 55

Perencanaan 55

Pelaksanaan 57

Evaluasi 64

Dampak Program Pembiayaan Usaha Mikro 65

Efektivitas Program Pembiayaan Usaha Mikro 66 7 PERANCANGAN STRATEGI PROGRAM USAHA MIKRO YOP 70

Analisa Strategi Program Usaha Mikro 70

Strategi Program Usaha Mikro YOP 72

Pembagian Zona Program 75

Kerjasama Pembiayaan Usaha Mikro 76

Perubahan Sasaran Program 76

Memaksimalkan Peran Pemerintah 77

5 SIMPULAN DAN SARAN 79

Simpulan 79

Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 81

RIWAYAT HIDUP 82

(15)

DAFTAR TABEL

No Penjelasan Hal

1 Jenis dan Tekhnik Pengumpulan Data 21

2 Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin 25 3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Geogerafis 25 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jneis Kelamin di Desa Maluk 26

5 Penyebaran Kepala Keluarga di Desa Maluk 26

6 Stratifikasi Masyarakat Maluk Periode Pra-Industri 27 7 Stratifikasi Masyarakat Maluk Periode Pra-Industri (Orde Baru) 27 8 Stratifikasi Masyarakat Maluk Periode Industri 28 9 Luas Penguasaan Lahan Pertanian Berdasarkan Kelompok Tani 30 10 Pedagang di Pasar Maluk Menurut Desa Tahun 2012 31 11 Keterlibatan dan Kepentingan 3 Unsur Dalam Program Usaha Mikro 38 12 Kelayakan calon debitur hasil observasi dan survey YOP 40 13 Penggolongan Kolektibilitas Pembiayaan Usaha Mikro YOP 44 14 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Usaha Mikro 45 15 Persentasi Kolektibilitas Daerah Lingkar Tambang 48 16 Evaluasi Program Pe,biayaan Usaha Mikro YOP di Desa Maluk 49

17 Penerimaan Manfaat Program Usaha Mikro 54

18 Penerima Manfaat Program Usaha Mikro sesuai Mata Pencaharian 54 19 Kolektibilitas Bantuan dana Usaha Mikro YOP 65

20 Matrik Analisa SWOT 68

21 Analisa Matrik Analisa SWOT 71

22 Matrik Kerangka Aksi Usaha Mikro YOP (Bonding Strategy) 73 23 Matrik Kerangka Aksi Usaha Mikro YOP (Bridging Strategy) 74 24 Matrik Kerangka Aksi Usaha Mikro YOP (Creating Strategy) 74 25 Kreteria Pembagian Zona Pengembangan Usaha Mikro 75

26 Besaran Bantuan Usaha Mikro YOP 76

27 Data Kolektibilitas Debitur di Desa Maluk 77

28 Data Kolektibilitas Debitur di Kec.Jereweh, Maluk, Sekongkang 77 29 Matrik Pembagian Peran Pemerintah KSB, PTNNT dan YOP 78

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran Penelitian 18

2. Alur Pengajuan dan proses pembiayaan usaha mikro 43 3. Perkembangan debitur dan transaksi di KSB tahun 2011-2013 51 4. Perkembangan debitur dan transaksi di Kec. Maluk tahun 2011-2013 52 5. Distribusi dan transaksi Kec. Maluk (Forecahs vs Actual) 52

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrument Pertanyaan Terstruktur 83

Lampiran 2 Sketsa Peta Wilayah Sumbawa Barat 88

Lampiran 3 Instrument Pertanyaan Kuesioner 89

Lampiran 4 Hasil Tabulasi Kuesioner 103

Lampiran 5 Data Kolektibiltas Tiga Kecamatan 119

Lampiran 6 Daftar Informan Kuesioner 121

Lampiran 7 Daftar Informan Wawancara Mendalam 122

(16)

1

PENDAHULUAN

Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dunia usaha berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut triple bottom line. Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Seiring dengan pesatnya perkembangan sektor dunia usaha sebagai akibat liberalisasi ekonomi, berbagai kalangan swasta, organisasi masyarakat, dan dunia pendidikan berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan. Saat perubahan sedang melanda dunia dimana kalangan usaha tengah dihimpit oleh berbagai tekanan, mulai dari kepentingan untuk meningkatkan daya saing, tuntutan untuk menerapkan corporate governance, hingga masalah kepentingan stakeholder yang makin meningkat. Oleh karena itu, dunia usaha perlu mencari pola-pola kemitraan (partnership) dengan seluruh stakeholder agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar tetap dapat bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu bersaing.

Upaya tersebut secara umum dapat disebut sebagai corporate social responsibility atau corporate citizenship dan dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970an, yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan; serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Corporate Social Responsibility (CSR) tidak hanya merupakan kegiatan karikatif perusahaan dan tidak terbatas hanya pada pemenuhan aturan hukum semata (Lesmana, 2007).

Di Indonesia, CSR telah menjadi bagian dari kewajiban perusahaan seiring dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tersebut termaktub kewajiban bagi Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

(17)

Penanaman Modal. Dalam ketentuan Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tersebut diatur bahwa salah satu kewajiban penanaman modal adalah melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Kewajiban ini melekat bagi semua penanam modal baik itu penanaman modal dalam negeri maupun penanam modal asing. Tanggung sosial yang dimaksud adalah tanggung jawab yang melekad pada setiap perusahaan penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Dampak dari terbitnya produk hukum yang mengatur adanya kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, beberapa pemerintah provinsi dan kabupaten/kota turut serta menerbitkan peraturan daerah yang mengatur tentang kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.

Khusus di Kabupaten Sumbawa Barat, kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan telah dikukuhkan dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Dari sisi waktu, peraturan daerah ini lebih dahulu terbit daripada Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 6 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan.

Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 34 Tahun 2011 bahkan lebih dahulu terbit dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 sebagai pelaksanaan dari UU Nomor 47 Tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat memandang bahwa pelaksanaan kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan sebagai salah satu strategi dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan kualitas hidup masyarakat.

Latar Belakang

Tambang Batu Hijau merupakan tambang tembaga dengan mineral ikutan emas dan terletak di sebelah barat daya pulau Sumbawa, di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat.

Tambang Batu Hijau dioperasikan oleh PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) yang merupakan perusahaan patungan dimiliki oleh Nusa Tenggara Partnership B.V, PT Multi Daerah Bersaing (PTMDB), PT Pukuafu Indah dan PT Indonesia Masbaga Investama. Newmont dan Sumitomo bertindak sebagai operator PTNNT yang melakukan penambangan di Batu Hijau.

Dalam rangka menjamin keberlanjutan Proyek Batu Hijau, PTNNT memastikan diri mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Selain itu, PTNNT juga memerlukan izin sosial (social licence) dari masyarakat dan pemerintah setempat. Oleh karena itu, PTNNT menyelenggarakan kegiatan pengembangan masyarakat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) atau sering disingkat dengan istilah CSR.

(18)

pembangunan yang dilakukan oleh PTNNT tertuang di dalam Rencana Strategi Program Pengembangan Masyarakat.

Salah satu bentuk CSR PTNNT adalah peningkatan ekonomi masyarakat melalui pemberian Dana bergulir untuk pembiayaan usaha mikro kepada masyarakat yang disalurkan melalui Yayasan Olat Perigi (YOP) yang merupakan salah satu mitra kerjasama perusahaan dalam melakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

YOP merupakan yayasan yang dibentuk oleh para tokoh masyarakat di sekitar wilayah operasional PTNNT pada Tahun 1999 yang meliputi Kecamatan Jereweh, Maluk dan Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat. Pembentukannya dihajatkan hanya untuk menjadi wadah bagi masyarakat untuk dapat mengakses berbagai program peningkatan ekonomi yang diselenggarakan PTNNT. Dengan demikian, sejak dibentuk pada Tahun 1999, YOP hanya menjalankan program-program yang disepakatinya dengan PTNNT. Seluruh anggaran untuk operasional kegiatan YOP hanya berasal dari PTNNT.

Setidaknya dalam periode Tahun 2011 sampai dengan 2013, PTNNT telah menyalurkan dana sebesar Rp. 4.950.000.000,- untuk program pembiayaan usaha mikro yang dikelola oleh YOP. Jumlah Dana tersebut meningkat dalam setiap tahun seiring dengan pemberian tambahan sebesar Rp.1.980.000.000 kepada YOP. Dana yang sangat besar diharapkan dapat digunakan secara efektif dan ikut serta membangun ekonomi masyarakat (Masra; Praktek Lapangan II).

Sejumlah dana tersebut dapat diakses oleh pelaku usaha kecil dari semua desa di Kabupaten Sumbawa Barat terutama pelaku usaha yang berasal dari wilayah Lingkar Tambang PTNNT yang meliputi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Jereweh, Kecamatan Maluk dan Kecamatan Sekongkang.

Keberhasilan pelaksanaan program pembiayaan mikro ini tentu bergantung pada beberapa aspek mulai dari kelembagaan, manajemen pembiayaan, manajemen keuangan dan strategi pengembangan. Aspek kelembagaan terkait dengan tugas dan tanggung jawab berbagai unit kerja organisasi YOP dalam pengelolaan program pembiayaan usaha mikro. Manajemen keuangan terkait dengan pengelolaan informasi keuangan yang tersedia dalam program pembiayaan mikro. Adapun manajemen pembiayaan terkait dengan pengelolaan batasan-batasan segmentasi sasaran pembiayaan, tata cara permohonan, evaluasi, pengambilan keputusan, pencairan, pemantauan, pengelolaan pinjaman, pencatatan, pendokumentasian dan kode etik pembiayaan. Sedangkan strategi pengembangan sangat terkait dengan upaya-upaya strategis yang ditempuh untuk mensukseskan program pembiayaan usaha mikro dengan memaksimalkan sumberdaya unggulan untuk pencapaian sasaran kinerja program pembiayaan mikro. Termasuk dalam bagian strategi pengembangan adalah memantapkan perencanaan usaha dan prosedur-prosedur standar dalam penyelenggaraan program pembiayaan usaha mikro.

(19)

pembiayaan usaha mikro yang diselenggarakan PTNNT melalui YOP, perlu dilakukan evaluasi program.

Evaluasi program yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan yang sengaja dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan program. Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 279), evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan. Oleh karena itu, evaluasi program merupakan kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang merealisasi atau mengimplementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan. Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan.

Dalam konteks program pembiayaan usaha mikro YOP, hasil evaluasi program yang dilaksanakan dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya terhadap berbagai prosedur dan skema pembiayaan usaha mikro yang telah berlangsung. Manfaat dari evaluasi program ini dapat berupa penghentian program, merevisi program, melanjutkan program, dan menyebarluaskan program pembiayaan usaha mikro tersebut.

Dalam pelaksanaan program tersebut, keberhasilan pelaksanaannya tidak terlepas dari pengaruh internal dan eksternal baik yang bersifat mendukung maupun yang bersifat menghambat. Pengaruh internal dan eksternal yang bersifat menghambat harus diminimalisir, sedangkan pengaruh internal dan eksternal yang bersifat mendukung harus terus dikembangkan sehingga pelaksanaan program pembiayaan usaha mikro ini bisa berjalan efektif.

Terutama di desa-desa yang termasuk dalam wilayah Lingkar Tambang PTNNT yang meliputi desa-desa di Kecamatan Jereweh, Maluk dan Sekongkang perlu dilakukan evaluasi secara komprehensif. Hal ini penting dilakukan mengingat desa-desa yang di wilayah Lingkar Tambang PTNNT merupakan entitas masyarakat yang terkena dampak langsung operasional perusahaan. Kegagalan dalam pencapaian tujuan peningkatan ekonomi masyarakat melalui program pembiayaan usaha mikro ini akan menimbulkan citra dan persepsi yang cenderung negatif bagi PTNNT.

Salah satu desa yang paling dekat secara geografis dengan wilayah operasional PTNNT adalah Desa Maluk Kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat. Desa Maluk merupakan salah satu desa yang menjadi sentra pemukiman karyawan langsung PTNNT maupun Karyawan Kontraktor dan Sub Kontraktor yang mendukung operasional PTNNT. Selain itu, Desa Maluk juga merupakan salah satu sentra kegiatan ekonomi masyarakat yang berkembang semenjak PTNNT mengoperasikan Proyek Batu Hijau.

Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan kajian untuk mengevaluasi

(20)

Perumusan Masalah

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 semakin memberi ruang yang luas kepada yayasan untuk mengambil bagian dalam pembangunan nasional. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Salah satu yayasan yang mempunyai kiprah cukup besar dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Sumbawa Barat sejalan dengan beroperasinya PTNNT di Batu Hijau adalah Yayasan Olat Perigi (YOP). Keberadaan YOP tentu bertujuan memberikan sumbangsih pikiran dan tenaga dan mengambil bagian dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat serta mendukung program pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Dengan mengelola dana pengembangan masyarakat dari PTNNT, YOP telah menjadi yayasan yang berperan besar dalam pengembangan ekonomi masyarakat di wilayah operasional PTNNT. Dalam 15 tahun terakhir ini, YOP telah menjadi mitra PTNNT dalam penyelenggaraan program pembiayaan usaha mikro di Kabupaten Sumbawa Barat. Program tersebut telah memberi sumbangsih yang nyata dalam peningkatan taraf hidup masyarakat dan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah operasional PTNNT. Namun demikian, hingga saat ini masih terdapat anggapan di masyarakat bahwa program pembiayaan usaha mikro yang diselenggarakan YOP belum memberikan manfaat yang maksimal dalam usaha meningkatkan ekonomi masyarakat setempat karena konsistensi YOP dalam menjalankan prosedur-prosedur operasional standar yang tidak berjalan dalam penentuan sasaran pembiayaan program. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan melakukan analisa secara mendalam bagaimana implementasi program pembiayaan usaha mikro YOP dalam meningkatkan Ekonomi masyarakat Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat?

Dalam menjalankan program pembiayaan usaha mikro, keberhasilan YOP sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di sekitar kegiatan usaha tersebut, baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal biasanya berupa kekuatan dan kelemahan dalam setiap kegiatan. Begitu juga dengan faktor eksternal dapat juga berupa peluang dan ancaman kelangsungan program. Pengelolaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman eksternal membutuhkan kemampuan manajerial yang handal dari pengurus YOP dan pengelola program. Begitu pula halnya dengan upaya mengurangi kelemahan-kelemahan yang barangkali menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan kinerja program, harus mampu dirumuskan dengan langkah-langkah strategis dan taktis oleh pengurus YOP dan pengelola program.

(21)

Kemampuan manajerial pengurus YOP dan pengelola program akan berpengaruh terhadap keberhasilan program. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen yang mampu merumuskan dan menjalan prosedur kelembagaan, manajemen pembiayaan, manajemen keuangan dan strategi pengembangan yang handal dalam menjalankan program.

Kegagalan manajemen YOP dan pengelola program dalam merumuskan dan menjalan prosedur kelembagaan, manajemen pembiayaan, manajemen keuangan dan strategi pengembangan akan berdampak serius terhadap pencapaian target kinerja program. Berbagai prosedur standar yang dirumuskan harus mampu memberikan jaminan secara teoritis maupun praktis bahwa program akan berjalan dengan baik dan mampu mewujudkan tujuan program yang telah direncanakan.

Saat ini YOP telah mempunyai rumusan Standard Operational Procedure

(SOP) aspek kelembagaan, manajemen pembiayaan, manajemen keuangan dan strategi pengembangan program pembiayaan usaha mikro. Namun demikian, berbagai prosedur tersebut perlu diukur keberhasilannya dalam mendukung pencapaian dampak program dalam peningkatan ekonomi masyarakat. Pengujian ini terutama perlu dilakukan di tengah masyarakat yang heterogen seperti di Desa Maluk Kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat.

Desa Maluk sebagai sentra pemukiman karyawan PTNNT maupun Karyawan Kontraktor PTNNT telah mengalami perubahan pesat secara sosial dan ekonomi dalam 15 tahun terakhir ini. Seiring dengan perubahan tersebut, dinamika permasalahan juga semakin komplek sebagai salah karakter masyarakat urban.

Masyarakat pendatang dan masyarakat penduduk asli bercampur menjadi satu dalam kompetisi ekonomi yang sulit dikendalikan. Kondisi yang ada di Desa Maluk menampilkan wajah Desa Maluk yang terpolarisasi. Di satu sisi terdapat masyarakat pendatang dengan keunggulan sumberdaya manusia, kesiapan modal, dan kemampuan adaptasi yang tinggi dengan situasi sosial yang ada. Di sisi lain terdapat masyarakat penduduk asli yang kualitas sumberdayanya berada di bawah kemampuan masyarakat pendatang dengan kemampuan kompetisi dan adaptasi perubahan lingkungan yang rendah. Gambaran ini menunjukkan adanya kesenjangan yang harus diantisipasi. Salah satunya dengan dengan memaksimalkan program pembiayaan usaha mikro yang diselenggarakan oleh PTNNT melalui YOP.

Upaya peningkatan ekonomi masyarakat melalui program pembiayaan usaha mikro YOP yang disertai dengan pelatihan usaha dapat menjadi aksi penguatan (affirmative action) bagi masyarakat penduduk asli Desa Maluk sehingga berada pada posisi start yang sepadan dengan masyarakat pendatang. Kaitan dengan program tersebut, masih diperlukan evaluasi yang mendalam untuk mengetahui bagaimana program pembiayaan usaha mikro YOP terhadap ekonomi masyarakat di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat?

Program microfinance ini diharapkan memiliki efek positif dalam rangka meningkatkan produktifitas masyarakat terutama debiturnya. oleh karenanya menjadi menarik untuk mengetahui Efektivitas Program Pembiayaan Usaha Mikro YOP dalam meningkatkan Ekonomi Masyarakat di Desa Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat?

(22)

kelemahan-kelemahan dan kendala-kendala yang masih tersedia baik secara internal maupun eksternal dalam penyelenggaraan program pembiayaan usaha mikro.

Pengetahuan tentang kelemahan-kelemahan dan kendala-kendala dalam pencapaian kinerja program dapat memberikan arah bagi perumusan strategi yang relevan. Perumusan strategi yang tepat dapat membantu Pengurus YOP maupun Pengelola Program dalam mengalokasikan sumber daya organisasi ke dalam suatu kegiatan yang aktif yang didasarkan pada kondisi internal dan kelemahan relatif organisasi, serta dapat mengantisipasi perubahan lingkungan program YOP. Rumusan strategi harus bersifat adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi kelembagaan program.

Upaya peningkatan ekonomi masyarakat yang diselenggarakan YOP melalui program pembiayaan usaha mikro masih memerlukan kerja keras dan lebih serius lagi dari para pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada untuk merumuskan strategi baru yang lebih efektif untuk mencapai tujuan memperluas kesempatan kerja dan/atau peluang usaha, serta mengatasi pengangguran bagi masyarakat. Untuk bisa memberi manfaat yang lebih maksimal, maka diperlukan rumusan strategi yang lebih baik dan adaftif terhadap perubahan. Oleh karena itu, penelitian juga akan menkaji strategi apa yang digunakan oleh YOP dalam meningkatkan ekonomi masyarakat di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat?

Tujuan Kajian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Efektifitas Program Yayasan Olat Perigi Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Desa Maluk, Sumbawa Barat. Sedangkan tujuan khususnya adalah:

1. Menganalisis implementasi program pembiayaan usaha mikro YOP dalam meningkatkan perekonomian masyarakat desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat.

2. Menganalisis dampak pelaksanaan program pembiayaan usaha mikro YOP terhadap perekonomian masyarakat di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat.

3. Menganalisis Efektivitas Program Pembiayaan Usaha Mikro YOP dalam meningkatkan perekonomian Masyarakat di Desa Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat.

4. Merumuskan strategi yang digunakan oleh YOP dalam meningkatkan perekonomian masyarakat melalui program pembiayaan usaha mikro di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat.

Manfaat Kajian

(23)

perusahaan dapat menyusun strategi baru atau menyempurnakan strategi yang telah tersedia untuk pelaksanaan program berikutnya.

Manfaat yang diharapkan dari evaluasi efektifitas Program YOP dalam peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat ini antara lain:

1. Untuk bahan masukan bagi pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang terkait lainnya dalam menyusun strategi program peningkatan ekonomi masyarakat.

2. Dapat bermanfaat sebagai panduan bagi pihak-pihak lain dalam penyusunan strategi pembangunan ekonomi masyarakat.

3. Dapat bermanfaat dan digunakan sebagai salah satu rujukan penelitian lanjutan dengan teman peningkatan ekonomi masyarakat.

Ruang Lingkup Kajian

Kajian dilakukan untuk melihat Efektifitas Program YOP dalam usaha meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat. Sebagai desa yang heterogen yang terdiri dari berbagai macam suku tentu tidak bisa melepas diri dari dampak negatif antara lain munculnya kesenjangan sosial ekonomi antara masyarakat penduduk asli dengan masyarakat pendatang. Kesenjangan ini diharapkan dapat berkurang dengan adanya program pembiayaan usaha mikro yang dilakukan oleh YOP di Desa Maluk.

Berikut rumusan lingkup kajian untuk melihat Efektifitas Program YOP dalam peningkatan perekonomian masyarakat Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat sebagai berikut:

1. Metode yang digunakan adalah Indepth Interview, FGD, studi dokumen, observasi lapangan dan kusioner;

2. Rujukan yang digunakan dalam kajian ini adalah dokumen laporan tahunan program kegiatan Usaha mikro YOP, Program Rencara Strategi

Community Development PTNNT tahun 2009 – 2013;

3. Analisa evaluasi difokuskan untuk melihat efektifitas program usaha mikro YOP yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi masyarakat dan didanai oleh PTNNT 2011-2012;

4. Cakupan wilayah evaluasi adalah dikhususkan di Desa Maluk Kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat; dan

(24)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan tentang efektifitas program dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, kesesuaian program dan kebijakan, proses partisipasi dan tingkat partisipasi serta efektivitas pengembangan ekonomi yang akan dituangkan dalam bentuk kerangka pemikiran kajian.

Corporate Social Responsibility (CSR)

Pemerintah Republik Indonesia telah mengatur semua hal yang terkait dengan Corporate Social Responsibility (CSR) atau lebih dikenal dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TSP). Melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang menyatakan bahwa setiap perseroan atau penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. Melalui Undang-undang tersebut, pemerintah telah menjadikan kegiatan CSR sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh semua perusahaan.

Radyati (2008) menerangkan bahwa CSR merupakan keputusan strategis yang perencanaanya melibatkan semua bagian dalam perusahaan, serta harus direncanakan sejak awal dengan dampak yang diharapkan bukan untuk jangka pendek. Perusahaan harus mampu menjalin hubungan baik yang konstruktif dengan berbagai kalangan, proaktif, memimpin inovasi, dan menemukan cara-cara baru demi kelangsungan dan keamanan bisnis.

Tujuan akhir dari kegiatan CSR adalah pembangunan berkelanjutan. Menurut Munier, (2005) seperti yang di kutip Radyati (2008), Pembangunan yang berkelanjutan adalah suatu proses perubahan yang dapat diukur secara kualitatif. Dalam hal ini yang berubah tidak hanya aspek ekonomi, akan tetapi aspek sosial dan lingkungan.

Dalam konteks pemberdayaan ekonomi lokal, CSR bukan hanya bagaimana perusahaan menyusun dan menjalankan program untuk membantu masyarakat atau membantu Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang ada di sekitar lokasi tempat perusahaan tersebut beroperasi. Pemberdayaan ekonomi lokal berarti memampukan masyarakat sekitar agar dapat mandiri secara ekonomi dan dapat menjadi pemacu atau memberi multiplier effect perkembangan ekonomi masyarakat (Radyati, 2008).

Budimanta dalam Rudito dan Famiola (2013) menyebutkan bahwa,

(25)

budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap kehidupan komunitas lokal yang dikutip Rudi dalam Rudito dan Famiola (2013).

Implementasi Dan Manfaat CSR

Radyati (2008), Puncak CSR di Indonesia terjadi pada Tahun 2005. Pemberian CSR Award yang diselenggarakan oleh Corporate Forum for Community Development (CFCD) yang bekerjasama dengan beberapa lembaga, merupakan momentum penting dalam meningkatkan kesadaran perusahaan akan keharusan memasukan CSR sebagai bagian integral strategi bisnis.

Isu Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai isu demokrasi yang diusung oleh masyarakat global memberi implikasi positif dalam usaha penguatan hak-hak masyarakat sipil. Pemerataan kesempatan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal dengan tetap memperhatikan pelestarian lingkungan telah menjadikan perusahaan sebagai mitra strategis yang baik.

Dengan demikian sudah semestinya implementasi kebijakan CSR dilakukan dengan persiapan yang matang. Manajemen perusahaan harus menguasai tahapan-tahapan kegiatan serta sasaran yang ingin dicapai. Untuk mencapai hal tersebut, jaminan ketersediaan sumber daya pendukung mutlak diperlukan. Keseluruhan tanggung jawab manajemen ini adalah saling berkaitan antara membimbing, mengkoordinasi, memotivasi, dan mengendalikan kegiatan program, mengukur serta menentukan efisiensi pelaksanaan rencana tersebut. PT. NNT di dalam menjalankan Kebijakan Tanggung Jawab Sosialnya, tidak bisa lepas dari Visi Perusahaan, yaitu menjadi perusahaan tambang yang paling dihargai dan dihormati melalui pencapaian kinerja terdepan dalam industri tambang. Mewujudkan kepemimpinan di bidang keselamatan kerja, pengelolaan lingkungan dan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk mencapai misi tersebut.

Dalam implementasi kebijakannya, PT.NNT melakukan kerja sama dengan dengan Pemerintah Daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Salah satu di antaranya dengan Yayasan Olat Perigi (YOP). Sesuai visinya, YOP merupakan lembaga yang mandiri dan berkelanjutan. Memiliki sumber daya manusia yang kapabel dan profesional dalam mengembangkan program secara partisipatif dan inovatif serta mengembangkan kemitraan yang konstruktif. Sebagai mitra strategis PT.NNT dan dalam menjalankan programnya, YOP telah merumuskan 4 (empat) misi sebagai rencana strategis dalam menjalankan kegiatannya, yakni:

1. Mendorong terjadinya tata kelola kelembagaan yang transparan dan akuntable;

2. Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia menjadi tenaga yang kapabel dan profesional dalam bidangnya;

3. Mendorong pengembangan program pemberdayaan dan strategis dan inovatif;

(26)

dapat dijadikan license social dalam menjamin kelangsungan operasional perusahaan. Berkurangnya risiko eksternal perusahaan bisa memberi waktu yang cukup bagi manajemen perusahaan untuk memusatkan perhatian dalam usaha mencapai target-target yang telah disusun.

Di samping itu, manfaat CSR juga dapat mengurangi ketergantungan jangka panjang dari masyarakat, dan meminimalkan terjadinya keterlambatan atau penghentian pembiayaan oleh investor, bank atau agen pembiayaan akibat konflik antara perusahaan dengan masyarakat.

Usaha Mikro

Definisi Usaha Mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UU-UMKM) adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan Usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Di dalam Pasal 6 menjelaskan kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan Usaha Mikro (UM) adalah memiliki nilai kekayaan bersih atau aset paling banyak Rp. 50.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000. Kriteria Usaha Kecil (UK) adalah memiliki nilai

kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000 sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki

hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000. Sedangkan kriteria Usaha Menengah (UM) adalah memiliki nilai kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.0000 sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000.

Definisi Usaha Mikro menurut Bank Indonesia seperti dikutip Lingga dan Hamida (2009) adalah kredit yang besaranya Rp. 1.000.000 sampai dengan Rp. 50.000.000. Dari definisi ini tergambar bahwa di lingkungan kita terdapat sangat banyak jenis usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro.

Untuk mengenali Usaha Mikro ada beberapa ciri khusus yang dapat kita jadikan rujukan (Lingga dan Hamida ,2009), yakni; Pertama, tidak menggunakan system formal, biasanya tergantung kepercayaan; Kedua, Lebih mengutamakan hubungan secara emosional, sering kali logika aturan kurang diperhatikan; Ketiga, hampir semuanya bersifat estimasi (perkiraan), tidak ada yang bisa hitung secara pasti; Keempat, Umumnya usaha dijalankan memiliki lebih dari satu jenis produk, cenderung tidak fokus pada satu bidang usaha; Kelima, Perputaran usahanya bersifat harian, berapa pun hasilnya yang didapat dalam satu hari, uangnya akan langsung dibelanjakan barang dagangan lagi; Keenam, Usaha yang dijalankan sangat tergantung kepada pemilik usaha karena dikelola sendiri oleh pemiliknya;

Ketujuh, Pelaku Usaha Mikro menggunakan mindset yang simple, tidak suka hal-hal yang bersifat complicated. Transaksi jual beli tunai, bukan menggunakan cek atau giro. Sehingga hampir tidak ada pencatatan pembukuan usaha. Kalaupun ada, biasanya dilakukan secara sederhana, tidak menggunakan system komputerisasi.

(27)

usaha ini berbeda dengan usaha kredit yang lain pada umumnya dan memerlukan strategi khusus agar risiko dapat diukur dan diminimize.

Dalam proses pemberian kredit, bank harus memperhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit yang benar. Artinya sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh lembaga keuangan dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya. Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5 C dan 7P. Penjelasan analisis 5C (Kasmir, 2004) adalah sebagai berikut:

1. Character menganalisis watak dari peminjam sangat penting untuk diperhatikan.

2. Capacity menganalisis faktor kemampuan untuk mengetahui kesungguhan nasabah melunasi hutangnya.

3. Capital menganalisis modal untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memikul beban pembiayaan yang dibutuhkan dan kemampuan dalam menanggung beban resiko yang mungkin dialami perusahaan. 4. Collateral menganalisis jaminan untuk diteliti keabsahan dan

kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5. Condition menganalisis kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk dimasa yang akan datang.

Penilaian kredit dengan menggunakan 7P (Kasmir, 2004) adalah sebagai berikut: 1. Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah

laku sehari-hari maupun kepribadian masa lalu.

2. Party yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. 3. Purpose yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit

termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

4. Prospect yaitu menilai usaha nasabah di masa akan datang menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

5. Payment yaitu ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau sumber dana untuk pengembalian kredit.

6. Profitability yaitu menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

7. Protection yaitu bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman.

Lembaga Swadaya Masyarakat

(28)

pada unsur-unsur kemasyarakatan yang umumnya dikelola dalam wadah kelompok sosial serta memobilisasi sumber daya berdasarkan nilai-nilai dan visi sosial (Brown, David, L. & Kalegaonkar, Archana, 1999 di dalam Zubaedi (2012). Kenny, Susan, 1994 di dalam Zubaedi (2012), menerangkan bahwa LSM adalah organisasi non-profit dan non-pemerintah. Sasaran LSM adalah menjadikan kelompok masyarakat kurang beruntung untuk lebih berswadaya setelah program kemasyarakatan berakhir.

Masing-masing kelembagaan masyarakat yang ada mempunyai fungsi yang berbeda-beda sesuai kebutuhan masyarakat (Zubaedi, 2012). Lembaga-lembaga kemasyarakatan di pedesaan setidak-tidaknya dikelompokkan menjadi empat jenis:

1. Lembaga kekerabatan (kindship institution), yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kekerabatan. Jenis lembaga ini antara lain meliputi; lembaga adat, lembaga perkawinan, kelompok kerukunan keluarga.

2. Kelembagaan masyarakat yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perekonomian seperti produksi, permodalan, dan pemasaran. Jenis lembaga ini antara lain: kelompok tani, kelompok nelayan, KUD, lumbung padi.

3. Lembaga politik (political institution) yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan distribusi kekuasaan dan wewenang dalam mengatur urusan-urusan masyarakat. Jenis lembaga ini antara lain pemerintah desa dan BPD.

4. Lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya seperti lembaga pendidikan (Sekolah), lembaga pelayanan kesehatan, lembaga keamanan desa, lembaga rohaniwan atau keagamaan, lembaga kepemudaan.

Lembaga-lembaga ini dirangkul oleh para aktivitas LSM sebagai partner atau mitra dalam menyukseskan proses perencanaan dan pelaksanaan program. Meskipun demikian, LSM tetap berinisiatif membentuk sebuah organisasi lokal yang khusus berfungsi dalam menangani berbagai sektor kegiatan.

Sebagai pelaku perubahan (agent of change), LSM diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator pendidikan masyarakat, komunikator bagi kepentingan masyarakat lapis bawa, katalisator, dinamisator transformasi sosial, serta mediator antara pemerintah dan lembaga lain seperti bank dan masyarakat (Zubaedi, 2012).

Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat atau dikenal juga dengan istilah Yayasan, telah diatur dalam Lembaran Negara. Melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dan diperbaharui lagi dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, memberi legitimasi kepada lembaga yayasan untuk bermitra dengan perusahaan, swasta atau pemerintah dalam program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan menjelaskan, bahwa yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.

Konsep Evaluasi

(29)

keberhasilannya untuk keperluan pemangku kepentingan (Suryahadi, 2007). Menurut tujuannya, Suryahadi membagi evaluasi menjadi 3 jenis:

1. Evaluasi proses: Mengkaji bagaimana program berjalan dengan fokus pada masalah penyampaian pelayanan (service delivery).

2. Evaluasi biaya-manfaat: Mengkaji biaya program relatif terhadap alternatif penggunaan sumberdaya dan manfaat dari program.

3. Evaluasi dampak: Mengkaji apakah program memberikan pengaruh yang diinginkan terhadap individu, rumahtangga, masyarakat, dan kelembagaan. Berdasarkan hasil evaluasi program yang telah dilakukan, Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009) menyatakan ada empat kemungkinan kebijakan yang dilakukan yaitu:

1. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan. 2. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan

harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit.

3. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.

4. Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat-tempat lain atau mengulangi lagi program di lain waktu), karena program tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.

Sejalan dengan pemikiran di atas, Endang Mulyatiningsih (2011), membagi tujuan evaluasi program menjadi 2 yaitu:

1. Untuk menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program yang sama di tempat lain.

2. Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah program perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.

Efektifitas

Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukkan suatu program tersebut berhasil atau tidak. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan (Siagian, 2001)

Suatu efektivitas dilihat berdasarkan pencapain hasil atau pencapaian dari suatu tujuan. Efektivitas berfokus kepada outcome (hasil) dari suatu program atau kegiatan, yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan. Dalam teori sistem, suatu organisasi dipandang sebagai satu dari sejumlah elemen yang saling tergantung. Aliran input dan output

(30)

Menurut Gibson (1996), efektivitas berasal dari kata “efek’ dan kata tersebut digunakan dalam kontek sebab akibat, maka efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab variable oleh variable yang situasi. Sedangkan Mubyarto (1987) menjelaskan bahwa efektivitas merupakan kesesuaian antara keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dengan tujuan yang ditetapkan bagi pusat pertanggungjawaban tersebut.

Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya, dijelaskan Steer di dalam Bachtiar (2013), bahwa efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarnnya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya.

Efektivitas juga merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Bernard di dalam Bachtiar (2013) menjelaskan bahwa efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama. Sehingga efektivitas suatu program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, secara komperehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya atau untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Peningkatan Ekonomi Masyarakat

Peningkatan ekonomi ini diharapkan dapat menciptkan kondisi dimana masyarakat dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya secara mandiri. Rudito dan Famiola (2013) membagi kebutuhan dasar hidup manusia dalam tiga bagian, yaitu:

1. Primer yang bersumber pada aspek-aspek biologi/organisasme tubuh manusia yang mencakup kebutuhan akan makan, minum, buang air, berkeringat, perlindungan dari cuaca panas, suhu, istirahat, tidur, pelepasan dorongan seksual dan reproduksi serta kesehatan yang baik; 2. Kebutuhan sosial atau kebutuhan sekunder yang terwujud sebagai hasil

akibat dari usaha-usaha untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tergolong sebagai kebutuhan yang primer, yang mencakup kebutuhan akan; berkomunikasi dengan sesame, kepuasan akan benda dan materian, kekayaan, system-system pendidikan, keteraturan sosial dan kontrol sosial, kerja sama, persaingan dan bahkan konflik antar kelompok sosial; dan

(31)

Kebutuhan-kebutuhan dasar ini akan menggambarkan apakah perekonomian suatu masyarakat meningkat atau tidak. Semakin masyarakat bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, maka semakin menggambarkan bahwa di masyarakat tersebut telah terjadi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya.Tidak mungkin masyarakat yang hidup dengan standar ekonomi atau pendapatan yang rendah bisa memenuhi semua kebutuhan hidupnya dengan baik.

Dari uraian di atas diharapkan pada hasil akhir dari kajian ini akan menentukan sejauh manah efektifitas dari seluruh atau sebagian program-program yang telah dilaksanakan, sehingga dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk memperbaiki program-program yang akan datang. Programnya masi bersifat khusus kepada masyarakat-masyarakat tertentu yang dinilai telah memiliki sumberdaya yang memadai dalam meningkatkan ekonominya, tetapi belum memberi ruang kepada masyarakat yang belum berdaya baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi sumberdaya yang lain.

Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat diwujudkan dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar pendampingan masyarakat (Karsidi, 1988 dalam Karsidi, 2007), sebagai berikut:

1. Belajar Dari Masyarakat

Prinsip yang paling mendasar adalah prinsip bahwa untuk melakukan pemberdayaan masyarakat adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti, dibangun pada pengakuan serta kepercayaan akan nilai dan relevansi pengetahuan tradisional masyarakat serta kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah sendiri.

2. Pendamping sebagai Fasilitator, Masyarakat sebagai Pelaku

Konsekuensi dari prinsip pertama adalah perlunya pendamping menyadari perannya sebagai fasilitator dan bukannya sebagai pelaku atau guru. Untuk itu perlu sikap rendah hati serta kesediaan belajar dari masyarakat dan menempatkan warga masyarakat sebagai narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat itu sendiri. Bahkan dalam penerapannya masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Kalaupun pada awalnya peran pendamping lebih besar, harus diusahakan agar secara bertahap peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan-kegiatan pada warga masyarakat itu sendiri. 3. Saling Belajar, Saling Berbagi Pengalaman

Salah satu prinsip pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan lokal masyarakat. Hal ini bukanlah berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah. Kenyataan objektif telah membuktikan bahwa dalam banyak hal perkembangan pengalaman dan pengetahuan lokal (bahkan tradisional) masyarakat tidak sempat mengejar perubahan-perubahan yang terjadi dan tidak lagi dapat memecahkan masalah-masalah yang berkembang. Namun sebaliknya, telah terbukti pula bahwa pengetahuan modern dan inovasi dari luar yang diperkenalkan oleh orang luar tidak juga dapat memecahkan masalah mereka.

(32)

dipengaruhi oleh teori modernisasi atau doktrin developmentalisme. Model pembangunan pro pertumbuhan yang menyakini terjadinya “efek tetesan ke bawah (trickle-down effect) ternyata tidak mampu mengangkat kesejahteraan penduduk miskin. Sebaliknya, yang terjadi justru penyedotan ke atas (trickle up effect) atau malahan akan terjadi penyedotan produksi (production squeeze).

Jadi program pembangunan yang sering kali tidak berdampak besar dalam memperbaiki kesenjangan ekonomi di masyarakat.Sasaran pembangunan atau program tidak secara maksimal menyentu masyarakat lapisan paling bawah, bahkan cendrung persyaratan-persyaratan yang dibuat menyulitkan masyakarat miskin dalam memperoleh manfaat dari program tersebut.Akibatnya kesenjangan ekonomi semakin tumbuh dengan suburnya.

Dari beberapa konsep di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa efektifitas suatu program dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dapat dikukur dengan mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai, melakukan analisa yang mendalam untuk mengukur setiap perubahan yang terjadi, memetakan penyebab dan akibat dari setiap perubahan sehingga memudahkan setiap orang menilai apakah program tersebut efektif atau tidak dalam mencapai tujuannya.

Dengan pendekatan teoritis yang digunakan dalam melakukan evaluasi Efektifitas Program Yayasan Olat Perigi dalam peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat akan memberikan gambaran tentang berbagai input sumberdaya dalam implementasi program beserta dampak-dampak atau manfaat yang dihasilkan dari program tersebut dalam peningkatan ekonomi masyarakat. Selanjutnya akan dapat menemukan ada atau tidak ada faktor-faktor eksternal atau internal yang menjadi penghambat atau pendukung program-program. Hasil evaluasi ini kemudian akan berguna dalam pengambilan keputusan tentang keberlanjutan program, apakah program perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan. Pada akhirnya akan menghasilkan rumusan strategi yang cocok dan efektif digunakan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat.

Kerangka Pemikiran

Penilaian efektifitas program Yayasan Olat Perigi (YOP) dalam peningkatan ekonomi masyarakat harus didasarkan pada analisis terhadap input, proses, dan output tersedia dan berlangsung dalam keseluruhan pelaksanaan program serta interaksinya dengan lingkungan internal dan eksternal organisasi YOP seperti persepsi dan peranserta masyarakat.

Input yang tersedia bisa berupa organisasi dengan sumberdaya yang dikelola, ketersediaan dana, dan prosedur-prosedur operasional standar yang telah tersedia.

(33)

Semua bagian yang tersedia dan berlangsung dalam penyelenggaraan program tersebut dievaluasi secara seksama sehingga menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang obyektif. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai rekomendasi penelitian.

Diskripsi kerangka pemikiran penelitian di atas dapat diilustrasikan pada gambar di bawah ini (Gambar 1)

Gambar 1: Kerangka Pikiran

Peningkatan ekonomi masyarakat akan ditentukan oleh pelaksanaan dari program pengembangan masyarakat. Dan dalam melaksanakan suatu program, tentu tidak bisa lepas dari faktor eksternal dan faktor internal. Kedua faktor ini akan berdampak baik secara positif mapupun negatif terhadap pelaksanaan program sehingga akan mempengaruhi output yang akan dicapai. Perencanaan yang baik, detail, terarah dan efesien (input) akan semakin memudahkan pelaksanaan program.

CSR PT.NNT Melalui Yayasan Olat Perigi (YOP)

PROGRAM USAHA MIKRO YOP

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Evaluasi

Dampak Kondisi Sosial

Ekonomi Masyarakat

Efektivitas

(34)

3

METODOLOGI

Mengingat kajian ini dilakukan untuk mengetahui respon komunitas terhadap evaluasi implementasi program usaha mikro yang dilakukan oleh YOP, dan persepsi masyarakat terkait program usaha mikro dalam peningkatkan ekonomi, maka kajian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengevaluasi Program Usaha Mikro di Desa Maluk mulai dari landasan strategi, pelaksanaan, kinerja, capaian program dan tindakan korektif. Pada pendekatan kuantitatif, dilakukan survei terhadap persepsi komunitas penerima manfaat atau debitur terkait program usaha mikro dalam peningkatan ekonomi masyarakat.

Gabungan dua pendekatan ini diharapkan dapat menyusun strategi baru sebagai Strategi Pengembangan Usaha Mikro YOP Dalam Meningkatkan Modal Sosial Komunitas.

Lokasi dan Waktu

Kajian Strageti Pengembangan Program Usaha Mikro YOP Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dilakukan di sekitar desa yang berdekatan dengan Usaha pertambangan PT. NNT, yaitu di Desa Maluk Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat.

Pemilihan lokasi kajian di Desa Maluk (Lampiran 3) dilakukan secara sengaja, dengan tiga alasan, yaitu:

1. Penduduk Desa Maluk merupakan gabungan dari penduduk asli Suku Samawa (Sumbawa), Suku Lombok dan Suku Jawa yang datang sebagai Penduduk Transmigrasi pada Tahun 1984 dan telah tinggal di Desa Maluk sebelum pertambangan dimulai, dan penduduk pendatang yang datang sebagai pekerja, pedagang atau pengusaha pada saat tambang sudah dimulai. Sehingga pada saat ini sudah bisa dilihat apakah terjadi peningkatan ekonomi atau tidak sejak kegiatan pertambangan PT. NNT beroperasi.

2. Terdapat implementasi Program Usaha Mikro kepada penduduk tersebut; dan 3. Terdapat Program Usaha Mikro untuk tahun-tahun sebelumnya maupun yang

sedang berlangsung, yang secara keseluruhan bisa dikaji perubahannya.

Waktu pelaksanaan kajian dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai Agustus 2014. Dalam periode tersebut terdapat program yang telah dan sedang berlangsung sehingga dapat diketahui landasan strategi, pelaksanaan, kinerja, capaian program, tindakan korektif hingga manfaat program dalam menguatkan modal sosial komunitas.

Metode Pengumpulan Data

Seperti yang telah dijelaskan, bahwa kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui implementasi Program Usaha Mikro YOP di Desa Maluk mulai dari landasan strategi, pelaksanaan, kinerja, capaian program, dan tindakan korektif dalam kurun waktu dua tahun terakhir yaitu tahun 2012 dan 2013.

(35)

Pengolahan dan Analisa Data

Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Fokus data yang akan diolah adalah data yang berkaitan dengan kegiatan usaha mikro YOP, laporan keuangan bulanan dan tahunan YOP mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, dan termasuk kontrak perjanjian antara YOP dan PTNNT.

Fokus yang akan dianalisis ialah evaluasi implementasi Program Usaha Mikro YOP (landasan strategi, pelaksanaan, kinerja, capaian program dan tindakan korektif). Setiap data akan diberi kode menurut berbagai sub topik dalam analisis data. Jadi diperlukan juga data-data distribusi dana ke setiap debitur atau penerima manfaat, hasil usaha penerima manfaat.

Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu melakukan pemilihan, pemilihan dan penyerdahanaan data. Data-data yang ada diseleksi terlebih dulu, membuat ringkasan dan menggolongkan data.

2. Penyajian data, yaitu mengkonstruksikan data dalam bentuk narasi, matriks, grafik atau bagan, sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan. 3. Penarikan kesimpulan, yaitu menghubungkan antar data (fenomena) secara

kualitatif dan berdasarkan landasan teori yang meliputi mencari arti tindakan masyarakat, mencari dan menentukan pola hubungan, penjelasan, alur sebab akibat dan proporsi.

4. Membuat kesimpulan. Dari kesimpulan tersebut, dapat dijadikan dasar untuk merumuskan strategi atau program yang baru atau merekomendasikan menghentikan program tersebut jika dianggap tidak bermanfaat untuk masyarakat.

Metode survei akan digunakan dalam kajian melalui pendekatan kuantitatif, yaitu dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yang sama kepada banyak orang (kuesioner), untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis (Prasetyo dan Jannah, 2005). Survei dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat terkait Program Usaha Mikro yang terfokus pada peningkatan ekonomi masyarakat.

Pemilihan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kecamatan Maluk yang menerima manfaat Program Usaha Mikro YOP padan tahun 2012 yang berjumlah 105 orang. Di Antara penerima manfaat tersebut terdapat 19 orang yang berasal dari Desa Maluk. Untuk kegunaan penelitian ini seluruh penerima manfaat dari Desa Maluk menjadi responden ditambah 11 orang lainnya yang masing- masing terdiri dari Desa Mantun (3 orang), Desa Bukit Damai (3 orang) dan Desa Pasir Putih (5 orang). Dengan demikian, total responden yang megisi kuesioner sebagai sumber penelitian ini ada 30 orang yang diambil dengan sengaja (purposive).

Pemilihan Informan

(36)

pertimbangan bisa menjelaskan kebijakan CSR PTNNT, bisa menjelaskan tentang Program Usaha Mikro YOP dan terlibat dalam implementasi Program Usaha Mikro YOP.

Pengumpulan data

Metode pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan metode survei dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner (lampiran 5). Pertanyaan-pertanyaan yang dijadikan kuesioner merupakan fakta yang ada, pendapat sikap, dan informasi tentang Program Usaha Mikro terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Sedangkan jenis pertanyaan yang akan diajukan merupakan jenis pertanyaan tertutup.

Tabel 1 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Wawancara mendalam dilakukan untuk mendukung hasil survey yang dilakukan. Pemilihan informan disesuaikan dengan pengetahuan mereka terkait program usaha mikro tersebut, baik sebagai penerima manfaat, pemberi program, pelaksana program atau pihak-pihak yang lain yang dinilai memiliki pengetahuan dan mengetahui proses dan dampak dari program tersebut.

Dalam melakukan kajian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer melalui pendekatan kualitatif digambarkan dengan metode triangulasi berupa wawancara mendalam, pengamatan berpartisipasi serta dan Focus Group Discusion (FGD). Pelaksanaan FGD dilakukan dua tahap dengan memisahkan peserta antara antara masyarakat penerima manfaat (debitur) dengan Petugas YOP atau Pegawai SR Dept. PTNNT, untuk memberi kesempatan dan kenyamanan dan kesepmatan yang bebas dalam berdiskusi kepada masyarakat penerima manfaat.

a. Landasan Strategi

a. Observasi dokumen a. Wawancara mendalam Capaian dan dampak a. Implementasi a. Observasi dokumen a. Wawancara mendalam

b. Dampak

Data Sekunder Observasi dokumen

Laporan bulanan dan

No Jenis Data Metode Pengumpulan

Gambar

gambar di bawah ini (Gambar 1)
Tabel 1  Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Tabel 4 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis kelamin Desa Maluk Tahun 2012
Tabel 7 Stratifikasi Masyarakat Maluk Periode Pra–Industri (Pemerintahan Orde
+7

Referensi

Dokumen terkait

(6) 4 (empat) buah sampul sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dimaksudkan untuk arsip Menteri, Penyelenggara Pos Milik Negara, museum pos, dan Pemohon atau instansi

Anda menyatakan mutlak setuju atas pemberitahuan dan pengungkapan informasi pribadi Anda (termasuk rincian terkait Keanggotaan, Akun, ID BIG Shot, BIG Point dan rincian apapun

Every Yankees versus Red Sox match-up gets covered like a playoff game in Boston and New York, so expect tempers to flare in this tilt. The Sox have had the early season advantage,

In this time, You have possibility to enjoy the written stuff whit music that fits dead

Apabila yang menghadiri pembuktian kualifikasi bukan direktur/ penangugungjawab perusahaan atau diwakilkan, maka harus membawa surat tugas dari pimpinan perusahaan

In this thesis, the writer analyzes violations of conversational maxims of cooperative principle in creating the humorous situation in The Thin Blue Line Season 1 Episode 3:

Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna

Area auditorik sekunder terletak di posterior dari area auditorik primer pada gyrus temporalis superior (area broadmann 22) yang menerima impuls dari area