• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi program boarding school MAN 4 Jakarta dari aspek context

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

C. Evaluasi Program Boarding school MAN 4 Jakarta

1. Evaluasi program boarding school MAN 4 Jakarta dari aspek context

Evaluasi konteks utamanya mengarah pada identifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi dan pada pemberian masukan untuk memperbaiki organisasi. Tujuan pokok dari evaluasi konteks adalah menilai seluruh keadaan organisasi, mengidentifikasi kelemahannya, menginventarisasi kekuatannya yang bisa dimanfaatkan untuk menutupi kelemahannya, mendiagnosis masalah-masalah yang dihadapi organisasi, dan mencari solusi-solusinya. Evaluasi konteks juga bertujuan untuk menilai apakah tujuan-tujuan dan prioritas-prioritas yang telah ditetapkan memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang menjadi sasaran organisasi.

Sudjana dan Ibrahim (2004:246) mengemukakan bahwa evaluasi pada

context merupakan situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis

tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam sistem yang bersangkutan, situasi ini merupakan faktor eksternal, seperti misalnya masalah pendidikan yang dirasakan, keadaan ekonomi negara, dan pandangan hidup masyarakat. Merujuk kepada pendapat tersebut, penulis menarik sebuah pemahaman bahwa evaluasi pada konteks dilakukan setelah memahami pelaksanaan konteks pendidikan yang telah dijalankan di sebuah lembaga pendidikan yang meliputi latar belakang pendirian, tujuan, dan strategi yang digunakan dalam kegiatan pendidikan.

Pelaksanaan program boarding pada aspek konteks juga terkait dengan program unggulan yang ditawarkan kepada peserta didik sebagai upaya menghasilkan lulusan yang kompeten, misalnya keunggulan dalam bidang tahfidz qur’an, keunggulan dalam bidang sains, keunggulan dalam bidang keterampilan, maupun berbagai keunggulan kompetensi lainnya.

Evaluasi konteks yang dilakukan pada program boarding MAN 4 Jakarta, merujuk pada teori Stufflebeam, di mana konteks merupakan Goal atau tujuan

56

dari suatu program. Tujuan diadakannya boarding school di MAN 4 jakarta, penulis paparkan sebagai berikut.

a. Tujuan Program Boarding school

Pengembangan kegiatan pendidikan di MAN 4 Jakarta menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas lulusan sebagaimana tuntutan perkembangan zaman milenia saat ini. Lembaga pendidikan yang peduli dan mampu membaca berbagai tuntutan zaman mampu membekali lulusannya dengan berbagai kompetensi, sehingga secara tidak langsung mampu mengangkat kualitas sekolah di mata masyarakat luas. Pengembangan kegiatan pendidikan pada hakikatnya memiliki tujuan untuk menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan madrasah. Tujuan madrasah dirumuskan lembaga sebagai acuan dalam menentukan jenis kegiatan, melaksanakan kegiatan dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan zaman saat ini, namun, secara khusus tujuan penyelenggaraan program boarding school di MAN 4 Jakarta adalah sebagai berikut:

1) Membentuk kemandirian peserta didik dalam hal kebersihan, ketertiban dan kesehatan.

2) Memastikan para peserta didik untuk mengikuti berbagai kegiatan. 3) Menanamkan nilai-nilai agama peserta didik guna membangun generasi

islami yang beriman, bertaqwa, berahlak mulia, cerdas dan mandiri. 4) Membangun lingkungan belajar peserta didik agar lebih optimal,

fokus, konsentrasi dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan prestasi.

5) Meningkatkan kemampuan interaksi dan tanggungjawab sosial peserta didik baik kepada teman sebaya, para pengasuh asrama, para guru, para staf sekolah, keluarga dan lingkungan sosial lainnya

6) Menjaga lingkungan pergaulan peserta didik agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan sistem pendidikan madrasah (Panduan Asrama MAN 4 Jakarta Tahun 2018).

b. Dasar Pemikiran Boarding school MAN 4 Jakarta

Perkembangan zaman di era teknologi informasi dan kemajuan iptek yang semakin tidak terbendung lagi, madrasah sebagai sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan yang berbasis keagamaan, harus senantiasa melakukan pengembangan, terutama di bidang manajemen dan kurikulum pendidikan. Pengembangan madrasah tidak terlepas dari adanya berbagai kendala yang harus dihadapi. Dewasa ini, dunia secara dinamis telah menunjukkan perkembangan dan perubahan secara cepat, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap dunia pendidikan madrasah.

Permasalahan pendidikan nasional yang tertera dalam Renstra Kemendikbud 2015 – 2019 yang diantara yaitu belum seluruh penduduk memperoleh layanan akses pendidikan menengah yang berkualitas,

57

Peningkatan Kualitas Pembelajaran belum Maksimal, Gejala Memudarnya Karakter Siswa dan Jati Diri Bangsa, Minimnya Apresiasi Seni dan Kreativitas Karya Budaya, sehingga pengembangan MAN 4 Jakarta diberbagai bidang mutlak diperlukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan dibidang pendidikan (Ismail, 2018:2). Pengembangan kegiatan pendidikan yang dapat dilaksanakan MAN 4 Jakarta selain berbagai program kegiatan di sekolah adalah program boarding (asrama).

Pola pendidikan berasrama (boarding) pada madrasah menjadi sebuah terobosan penting dalam mengembangkan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang mengintegrasikan bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan nilai religi bagi peserta didik, sehingga dengan bekal tersebut, lulusan madrasah diharapkan menjadi generasi yang unggul dan kompetitif dalam era kemajuan iptek saat ini. Kehadiran pendidikan berpola asrama pada madrasah juga menjadi sebuah solusi bagi peserta didik yang berdomisili jauh dari sekolah (Ismail, 20 Maret 2019).

Muslimin (t.t.:2) menguturkan bahwa kehadiran boarding school telah memberikan alternative pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Seiring dengan pesatnya modernitas, dimana orang tua tidak hanya Suami yang bekerja tapi juga istri bekerja sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan baik maka boarding school adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak mereka baik makannya, kesehatannya, keamanannya, sosialnya, dan yang paling penting adalah pendidikanya yang sempurna. Kenyataan ini semakin mengukuhkan bahwa boarding school menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi dalam dunia pendidikan.

Program boarding school (sekolah berasrama) dianggap sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi berbagai permasalahan remaja yang mewabah saat ini di antaranya kasus tawuran di kalangan pelajar, kasus asusila, kasus penyalahgunaan narkoba, dan berbagai kasus amoral lainnya. Sekolah

berasrama (boarding school) memiliki kelebihan tersendiri jika

dibandingkan dengan pola pendidikan reguler yang ada saat ini (Amin, 2017:1-2). Dengan demikian, kehadiran boarding school menjadi sebuah kebutuhan bagi penyelenggara pendidikan formal sebagai upaya dalam mewujudkan keberhasilan serta tujuan pendidikan nasional khususnya dalam membentuk kepribadian peserta didik yang berakhlaqul karimah dan religius.

Dengan adanya boarding school maka pembelajaran yang

mengintegrasikan ilmu pengetahuan, teknologi dan nilai religi diharapkan dapat membentuk kepribadian yang utuh bagi peserta didik. Pelayanan pendidikan dan bimbingan dengan sistem boarding school yang diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh penjadwalan pembelajaran yang lebih leluasa dan menyeluruh, segala aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing, kedekatan antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu diketahui dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan senantiasa diterarpkan karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama

58

24 jam. Sehingga pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan dengan optimal.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Amanah Undang-undang tersebut menyadarkan insan pendidikan bahwa pelaksanaan kegiatan pendidikan sejatinya bukan hanya mencetak generasi yang unggul dari segi intlektualitasnya, namun juga mewujudkan generasi bangsa yang berkepribadian religius, kompeten, dan berakhlak mulia.

Pendirian program asrama (boarding) pada MAN 4 Jakarta mengacu pada PP. Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan, dimana pada pasal 13 menjelaskan tentang salah satu pemenuhan standar kurikulum yang dapat dilakukan adalah memberikan kurikulum pendidikan yang memuat kecakapan hidup yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional. Pendidikan kecakapan hidup diberikan melalui kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan ekstrakulikuler sekolah, maupun bentuk kegiatan pendidikan yang lain seperti pendidikan boarding. Pendidikan boarding dilaksanakan sebagai upaya mengembangkan kompetensi peserta didik dari berbagai aspek, baik aspek akademik maupun non akademik.

Pelaksanaan program boarding pada MAN 4 Jakarta juga mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Pada pasal 8 ayat 2 mengemukakan bahwa pendidikan keagamaan memiliki tujuan membentuk peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Pembentukan peserta didik sebagaimana yang diharapkan pada tujuan pendidikan keagamaan tersebut tentu sulit diwujudkan manakala sekolah atau madrasah hanya mampu melaksanakan pendidikan di sekolah semata. Dengan demikian, madrasah membutuhkan waktu tambahan dalam membentuk peserta didik melalui berbagai program pendidikan yang salah satunya pendidikan boarding (berasrama).

Namun lebih lanjut tidak ditemukannya surat izin pendirian boarding

school ataupun surat penetapan boarding school MAN 4 Jakarta yang

dikeluarkan oleh Kantor Kementerian Agama yang terkait. Hasil temuan ini didukung dengan hasil wawancara dengan Kepala Madrasah MAN 4 Jakarta tahun 2010-2011, Drs. Nuroto, M.Si, yang memprakarsai pendirian

boarding school MAN 4 Jakarta, dimana ketika diputuskan akan

59

melalui penetapan oleh pejabat terkait ataupun memperoleh izin dari pejabat terkait.

c. Sasaran Mutu dan Program Kerja Asrama MAN 4 Jakarta

Untuk mencapai Goal atau tujuan dari didirikannya boarding school MAN 4 Jakart, diperlukan adanya sasaran mutu dan juga program kerja dari

boarding school MAN 4 jakarta. adapun sasaran mutu dan program kerja boarding school MAN 4 Jakarta adalah sebagai berikut

Gambar 4.2. Sasaran Mutu dan Program Kerja tahun pelajaran 2016/2017 (Sumber: Dokumentasi MAN 4 Jakarta).

Adapun laporan kinerja dari boarding school MAN 4 Jakarta tahun pelajaran 2016-2017, tercantum dalam laporan RTM pada tahun pelajaran 2017-2018 (terlampir). Sementara itu ketercapaian sasaran mutu dan program kerja boarding school adalah sebagai berikut

Gambar 4.3. Ketercapaian Sasaran Mutu dan Program Kerja tahun pelajaran 2016/2017

60

Gambar 4.4. Sasaran Mutu dan Program Kerja tahun pelajaran 2017/2018 (Sumber: Dokumentasi MAN 4 Jakarta).

Dari hasil temuan observasi dan dokumentasi di atas, konteks pelaksanaan program boarding school MAN 4 Jakarta yaitu berupa latar belakang dari MAN 4 Jakarta dalam menyelenggarakan pendidikan berbasis boarding school (asrama).

Terkait latar belakang diadakannya program boarding school di MAN 4 Jakarta, Kepala Madrasah tahun 2010-2011, Bapak Nuroto menyatakan :

“Alasannya itu karena yang pertama banyak para orang tua siswa yang menanyakan ke MAN 4, pak apakah menyelenggarakan boarding banyak sekali itu. Yang kedua setelah ada pertanyaan orang tua tadi saya masuk ke MDC asrama jaman PGA ya, ternyata banyak ruangan atau kamar yang kosong yang tidak difungsikan. Tempat tidurnya juga ada, kasur ada yang lain-lain ada kamar mandi ada. Hanya saja pada waktu itu dalam kondisi yang tidak terurus jadi ya kotor ya berantakan. Atas dasar dari aspirasi orang tua menanyakan boarding maka saya rasa ini suatu jalan ya suatu solusi ternyata ada asrama”

Berdasarkan paparan penjelasan di atas, diperoleh informasi bahwa latar belakang MAN 4 Jakarta menyelenggarakan program boarding school lebih disebabkan oleh faktor banyaknya peserta didik yang bertempat tinggal jauh dari lokasi MAN 4 Jakarta, sehingga untuk mengakomodir banyaknya peserta didik tersebut diselenggarakanlah program boarding school, dan didukung dengan sudah adanya sarana yang memadai untuk program boarding, yaitu asrama yang memiliki kapasitas 20 kamar. Dengan adanya boarding school peserta didik yang berdomisili jauh dari sekolah, dapat tinggal di dalam lingkungan sekolah, dengan adanya pengawasan dari pihak sekolah dan mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang positif. Namun dikarenakan asrama yang dimiliki baru dimiliki satu gedung, maka boarding khusus diperuntukkan bagi peserta didik perempuan terlebih dahulu. Lebih lanjut Bapak Nuroto menyebutkan diadakannya program

boarding school di MAN 4 Jakarta tanpa adanya surat keputusan ataupun

penetapan dari pejabat kementeran agama terkait yang menujuk MAN 4 Jakarta agar melaksanakan program boarding school.

61

Dari hasil data yang diperoleh oleh penulis, konteks pada MAN 4 Jakarta sudah sesuai dengan teori Steaflebeum, dimana Konteks dalam tahapan evaluasi CIPP merupakan tahap pengidetifikasian tujuan dari suatu program. Kepala Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta tahun 2010-2011, Nuroto, saat itu memutuskan untuk menyelenggarakan pendidikan berbasis asrama (boarding

school) dikarenakan banyaknyanya permintaan dari orangtua siswa dan didukung

dengan sudah adanya gedung asrama yang dilingkungan MAN 4 Jakarta.

Dari tujuan didirikannya boarding school MAN 4 Jakarta, kemudian diturunkan kedalam Sasaran Mutu dan Program Kerja Boarding school MAN 4 Jakarta. meskipun didapatkan hasil ketercapaian belum mencapai target sebesar100% dari setiap sasaran mutu yang ditentukan. Namun disayangkan berdirinya boarding school MAN 4 Jakarta tanpa memiliki surat ketetapan yang dikeluarkan oleh pejabat yang terkait.

Kriteria evaluasi pada aspek Context (Konteks) memiliki satu kompenen yaitu latar belakang program yang terdiri dari tiga indikator, yaitu;

a. Adanya latar belakang pendirian boarding school. Dari hasil temuan diatas, menunjukkan adanya latar belakang pendirian boarding school, maka indikator ini terpenuhi.

b. Adanya tujuan dari didirikannya boarding school. Dari hasil temuan diatas menunjukan adanya tujuan dari pendirian boarding school yang kemudian disusun dalam bentuk sasaran mutu dan program kerja, maka indikator ini terpenuhi.

c. Adanya landasan hukum pendirian boarding school dari pemerintah. Dari hasil temuan diatas,yaitu wawancara dengan kepala madrasah yang memprakarsai berdirinya boarding school di MAN 4 Jakarta tidak adanya surat ketetapan untuk pendirian boarding school. maka inidikator ini tidak terpenuhi

Dengan adanya satu indikator yang tidak terpenuhi karena tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka penilaian pada aspek Context (konteks) ialah baik.