• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BOARDING SCHOOL MAN 4 JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BOARDING SCHOOL MAN 4 JAKARTA"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BOARDING

SCHOOL MAN 4 JAKARTA

TESIS

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan (M.Pd)

Oleh:

Fitria Silvi

21170181000034

PROGRAM STUDI MAGISTER

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

i

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fitria Silvi

Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Juli 1985

NIM : 21170181100034

Prodi : Magister Manajemen Pendidikan Islam

Judul Tesis : Evaluasi Pelaksanaan Program Boarding school MAN 4 Jakarta

Dosen Pembimbing I : Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd

Dosen Pembimbing II : Jejen Jaenudin, M.Ed., Lead, Ph.D

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri, dan saya bertanggung jawab secara akademik atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.).

Jakarta, 10 Juli 2020 Mahasiswa

Fitria Silvi

(3)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING UNTUK PENDAFTARAN UJIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Fitria Silvi

NIM : 21170181100034

Prodi : Magister Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Tesis : Evaluasi Pelaksanaan Program Boarding school MAN 4 Jakarta

Mahasiswa tersebut di atas sudah selesai masa bimbingan tesis dan disetujui untuk pendaftaran ujian tesis.

Jakarta, 13 Juli 2020

Dosen Pembimbing I,

Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd NIP. 196501151987031020

Dosen Pembimbing II,

Jejen Jaenudin, M.Ed., Lead, Ph.D NIP. 197012071997031002

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL

Tesis dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program Boarding school MAN 4 Jakarta” yang ditulis oleh Fitria Silvi dengan NIM 21170181100034 telah diujikan dalam seminar hasil Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta pada hari Jumat, 17 Juli 2020. Tesis ini telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran dari penguji sebagai salah satu syarat mengikuti Ujian Promosi Tesis.

Jakarta 12 Agustus 2020

Tanggal Tanda Tangan

Penguji I Maifalinda Fatra, M.Pd., Ph.D. NIP. 197005281996032002 10 Agustus 2020 _________________ _____________________ Penguji II Dr. Maftuhah, M.A. NIP. 197211182005012001 _________________ _____________________

(5)

iv

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program Boarding School MAN 4 Jakarta” yang ditulis oleh Fitria Silvi dengan NIM 21170181000034, telah diujikan pada ujian Promosi oleh Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada : Jum’at, 14 Agustus 2020 dan telah diperbaiki sesuai saran dari penguji sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada program studi magister (S2) Managemen Pendidikan Islam.

Jakarta, 18 Agustus 2020

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Prodi Magister MPI Nama : Dr. Jejen Musfah, MA

NIP : 197706022005011004 _______________ ________________

Penguji I

Nama : Dr. Maftuhah, M.A.

NIP : 197211182005012001 _______________ ________________

Penguji II

Nama : Dr. Sita Ratnaningsih, M.Pd.

NIDN : 9903001264 _______________ ________________

Pembimbing I

Nama : Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd

NIP : 196501151987031020 _______________ ________________

Pembimbing II

Nama : Jejen Jaenuddin, M.Ed., Lead,Ph.D

NIP : 197012071997031002 _______________ ________________

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Sururin. M.Ag NIP. 197103191 199803 2 001

(6)

v

ABSTRAK

Fitria Silvi NIM. 21170181100034: “Evaluasi Pelaksanaan Program Boarding school MAN 4 Jakarta”. Tesis Program Magister Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Banyaknya permasalahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan kenakalan pada anak-anak usia sekolah, membuktikan masih kurangnya pembinaan yang dilakukan oleh semua pihak, baik orang tua siswa maupun sekolah. Berbagai macam upaya dilakukan untuk membentuk karakter pada siswa, salah satunya dengan adanya sekolah berasrama atau boarding school. Salah satu sekolah yang memiliki program boarding school ialah MAN 4 Jakarta yang berlokasi di Jakarta Selatan. Sebagai madrasah percontohan bagi madrasah di Provinsi DKI Jakarta, MAN 4 Jakarta banyak dijadikan rujukan dalam pelaksanaan pendidikan, begitu pula dengan program boarding

school yang sudah ada sejak tahun 2011. Namun program boarding school yang

dilaksanakan di MAN 4 Jakarta sejak tahun 2011 sampai sekarang belum dievaluasi.. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program boarding school di MAN 4 Jakarta. Metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan menggunakan model CIPP (Context, Input, Process dan Product). pendekatan yang digunakan kualitatif, dengan metode analisis deskriptif. Pengumpulan data diperoleh dengan cara metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan pada aspek Context MAN 4 Jakarta memulai program

boarding school atas dasar inisiatif dari kepala madrasah dikarenakan sudah tersedianya

prasarana yang memadai, namun tidak ditemukannya surat resmi penetapan boarding

school di MAN 4 Jakarta dari pemerintah dalam bentuk Surat Keputusan yang dikeluarkan

oleh Kementerian Agama. Pada aspek Input, seleksi peserta didik baru untuk boarding

school dilakukan dengan jalur khusus boarding school. Pendidik dan tenaga kependidikan

yang bertugas di boarding school, sarana dan prasarana sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Namun pada pembiayaan belum ditemukan adanya subsidi silang untuk peserta didik di boarding school. Pada aspek Process, perumusan kurikulum, perencanaan proses pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian sudah dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Pada aspek Product, berdasarkan hasil ujian nasional menunjukkan tingkat kelulusan MAN 4 Jakarta mencapai 100%. sementara peserta didik yang melanjutkan ke perguruan tinggi sebesar 60,53% data tersebut menunjukkan terjadinya penurunan dari tahun sebelumnya.

(7)

vi

ABSTRACT

Fitria Silvi NIM. 21170181100034: “Evaluation of the Implementation of MAN 4 Jakarta

Boarding school Program”. Thesis of the Islamic Education Management (MPI) Masters

Program in the Faculty of Tarbiyah and Teacher Training (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

There is amount of issues in education field which connected to juvenile delinquency from children on school age, proved that there is lack of accompaniment from both of parents and teachers on school. Various kinds of effort has been done to form the students character, one of them is the existence of Boarding school. One of the school which has the Boarding school program is MAN 4 Jakarta which located in South Jakarta. As a pilot of school in DKI Jakarta Provence, MAN 4 Jakarta uses as many references for Education implementation, and so do is the Boarding school program which established since 2011. However, the Boarding school program on Man 4 Jakarta that has been implemented since 2011 is never been evaluated. This Research is aim to analyze the implementation of MAN 4 Jakarta Boarding school program. The Research is using a qualitative approach method. This Research is evaluation Research using a model of CIPP (Context, Input, Process dan Product). The approach is using a qualitative, with an analysis method descriptive. The Data collection obtained with interviews, observation and documentation methods. The Research results shows that in Context aspect, Man 4 Jakarta started the Boarding school program based on initiative from the head of Madrasah due to the infrastructure is available already, however the official letter foundation of MAN 4 Jakarta Boarding

school as a decree from The Ministry of Religion was never been found. In the Input

aspect, the selection for the new students was held in a specific of Boarding school way. The educator and Educational staff whos on duty at the Boarding school, the facility and infrastructure are consistent with the regulation from the Ministry of National Education. However at the financing point, the cross subsidies for the students in the Boarding school is never been found yet. In the Process aspect, the curriculum formulation, learning process plan, learning plan and the assessment was implemented as the regulation from the Ministry of National Education. In the Product aspect, based on National Examination result shows that the graduation level of MAN 4 Jakarta reached a 100%. Meanwhile the amount of students who continued to college reached 60,53%, it shows decreation form the last year result.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji dan syukur kepada sumber dari suara-suara

hati yang bersifat mulia, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar magister pendidikan. Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan kepada kita semua ajaran Al-Quran dan Hadist yang telah terbukti kebenarannya dan semakin terus terbukti kebenarannya.

Selama penulisan tesis ini, banyak sekali mengalami hambatan dan keterbatasan dalam hal persiapan, penyusunan maupun dalam tahap penyelesain. Namun demikian banyak pelajaran yang dapat dipetik dari penyusunan tesis ini. Oleh karena itu dengan selesainya penulisan tesis ini maka penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu sehingga tersusunnya penulisan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Amany Lubis, M.A. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin, M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Jejen Musfah, MA. Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd. selakuDosen Pembimbing I dan Jejen Jaenudin, M.Ed.,

Lead, Ph.D. Dosen Pembimbing II yang telah memberikan ilmu, arahan, motivasi dan membimbing penulis selama menyelesaikan tesis ini.

5. Seluruh Dosen dan Staff Program Magister FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan dan memberikan layanan akademik dengan sangat baik dan juga dukungan serta motivasi kepada penulis.

6. Kementerian Agama Republik Indonesia dalam hal ini Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan yang telah memberikan kesempatan pada penulis sebagai guru madrasah melalui Program Beasiswa Tugas Belajar Bagi Guru dan Calon Pengawas Madrasah untuk melanjutkan studi S-2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ismail Nur Lc,M.Ag. Kepala MAN 4 Jakarta yang telah bersedia memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian. Dan seluruh Wakil Kepala MAN 4 Jakarta, dewan guru staff dan siswa/i yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi, data, dokumen dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian tesis ini.

8. Keluarga tercinta, Ayahanda Muchsin Ibnu Djuhan, Ibunda Faizah Machfudz, adik-adikku tersayang Farhan Bihal, Oktya Rayfika, putraku tercinta Ananda

(9)

viii

Qolbi Muhammad Azra dan keponakanku tersayang Latishya Ainaya Bihal. terima kasih atas doa-doanya dan dukungan yang tidak putus-putus.

9. Seluruh sahabat seperjuangan kelas MPI B program Beasiswa Kemenag RI Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam, yang telah berjuang bersama, membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya kepada Siti Abidah, Sri Yati, Tabiin dan Ali Mukhtar terimakasih atas semua bantuannya dan kebersamaan yang telah dilalui bersama. 10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, yang tidak

dapat penulis cantumkan satu persatu

Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya tugas akhir ini semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Amin.

Jakarta, 10 Juli 2020 Penulis,

(10)

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksra Arab dan padanannya dalam aksara latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan

ب b Be

ت t Te

ث ts te dan es

ج j Je

ح h h dengan garis bawah

خ kh ka dan ha د d De ذ dz de dan zet ر r Er ز z Zet س s Es ش sy es dan ye

ص s es dengan garis di bawah

ض d de dengan garis di bawah

ط t te dengan garis dibawah

ظ z zet dengan garis bawah

ع ‘ koma terbalik di atas hadap kanan

غ gh ge dan ha ف f Ef q Ki ك k Ka ل l El م m Em ن n En و w We ـھ h Ha ء ` Apostrof ي y Ye B. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـَــ A Fathah

ـِــ I Kasrah

(11)

x

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ـَــ ai a dan i

ـَــ

و au a dan u

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـَـﺎ â a dengan topi di atas

ـ ِِ ـ ِ

ﻲ î i dengan topi di atas

ـُـ

ﻮ û u dengan topi di atas

D. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân

E. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda (ـّــ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (ةروﺮﻀﻟا) tidak ditulis ad-darûrah

melainkan al-darûrah, demikian seterusnya. F. Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda

(ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1 ﺔﻘﯾﺮط Tarîqah

2 ﺔﯿﻣﻼﺳﻹا ﺔﻌﻣﺎﺠﻟا al-jâmî’ah al-islâmiyyah

3 دﻮﺟﻮﻟا ةﺪﺣو wahdat al-wujûd

G. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal

(12)

xi

(bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al- Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

H. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab

Alih Aksara

َِ

ذ

ھ

َِ

َِ

ا

ُِ

ِ

َِ

ُِ

ذ

dzahaba al-ustâdzu

َِ

َِ

َِ

ا

َِ

ِ

ُِ

tsabata al-ajru

اﻟ

َِ

َِ

َِ

ا

َِ

ِ

ِِ

ﯾﱠ

al-harakah al-‘asriyyah

أ

َِ

ُِ

أ

َِ

ِ

ن

َِ

إ

ِِ

ﻟﮫ

َِ

إ

ِِ

asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

َِ

ِ

َِ

َِ

َِ

ِِ

ا

ﻟﺎ

ِِ

Maulânâ Malik al-Sâlih

َ ُﯾ

ﷲ ﻢُ ﻛُ ﺮُ ِﺛﺆ

yu’atstsirukum Allâh

ا

ﺎَﻈﻤﻟ

ھ

ا

ﺔﱠﯿِﻠﻘ ﻌَ ﻟ

al-mazâhir al-‘aqliyyah

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nûr Khâlis Majîd; Mohamad Roem, bukan Muhammad Rûm; Fazlur Rahman, bukan Fadl al-Rahmân.

(13)

xii

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ... I LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... II LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL ... III LEMBAR PENGESAHAN TESIS ... IV ABSTRAK ... V KATA PENGANTAR ... VII PEDOMAN TRANSLITERASI... IX DAFTAR ISI ... XII DAFTAR GAMBAR ... XIV DAFTAR TABEL ... XV

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Fokus Penelitian ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Boarding school... 9

1. Pengertian Boarding school ... 9

2. Keunggulan Boarding school ... 9

3. Kriteria Boarding school yang Baik ... 10

4. Problematika Boarding school ... 12

B. Standar Nasional Pendidikan ... 13

1. Fungsi Standar Nasional Pendidikan ... 13

2. Penerapan Standar Nasional Pendidikan pada Lembaga Pendidikan ... 15

C. Konsep Evaluasi Program ... 17

1. Pengertian Evaluasi ... 17

2. Pengertian Evaluasi Program ... 18

3. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program ... 19

4. Model Evaluasi Program ... 20

5. Evaluator ... 30

D. Kerangka Konseptual ... 32

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 33

F. Kriteria Evaluasi ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39

B. Metode Penelitian dan Model Evaluasi ... 39

(14)

xiii

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Teknik Analisis Data ... 43

F. Validitas Data ... 44

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Madrasah ... 46

1. Identitas MAN 4 Jakarta ... 46

2. Letak Geografis ... 47

3. Sejarah Madrasah ... 47

4. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah ... 48

5. Struktur Organisasi Madrasah ... 49

6. Guru dan Karyawan MAN 4 Jakarta ... 50

7. Sarana dan prasarana ... 51

B. Profil Boarding MAN 4 Jakarta ... 53

1. Sejarah Berdirinya Boarding school MAN 4 Jakarta ... 53

2. Visi, Misi dan Tujuan ... 53

C. Evaluasi Program Boarding school MAN 4 Jakarta... 55

1. Evaluasi program boarding school MAN 4 Jakarta dari aspek context ... 55

2. Evaluasi program boarding school MAN 4 Jakarta dari aspek input ... 61

3. Evaluasi program boarding school MAN 4 Jakarta dari aspek process ... 74

4. Evaluasi program boarding school MAN 4 Jakarta dari aspek product ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 104

A. Saran ... 104

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Hubungan antar standar dalam Standar Nasional Pendidikan Dasar dan

Menengah ... 13

Gambar 2.2. Proses Model Evaluasi Berbasis Tujuan ... 20

Gambar 2.3. Pelaksanaan Model Evaluasi Bebas Tujuan ... 21

Gambar 2.4. Proses Evaluasi Formatif ... 22

Gambar 2.5. Proses Model Evaluasi Responsif ... 23

Gambar 2.6. Model Evaluasi CIPP ... 26

Gambar 2.7. Komponen model evaluasi CIPP dan hubungannya dengan program ... 26

Gambar 2.8. Model Evaluasi Ketimpangan ... 27

Gambar 2.9. Kerangka konseptual penelitian ... 31

Gambar 4.1. Bagan Struktur Organisasi MAN 4 Jakarta ... 49

Gambar 4.2. Sasaran Mutu dan Program Kerja tahun pelajaran 2016/2017 ... 57

Gambar 4.3. Ketercapaian Sasaran Mutu dan Program Kerja tahun pelajaran 2016/2017 . 57 Gambar 4.4. Sasaran Mutu dan Program Kerja tahun pelajaran 2017/2018 ... 58

Gambar 4.5. Gambar Alur Penerimaan Peserta Didik Baru MAN 4 Jakarta ... 62

Gambar 4.6. Nilai Kepribadian Peserta Didik Boarding school ... 83

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jenis-Jenis Evaluator ... 29

Tabel 2.2. Kriteria Evaluasi ... 46

Tabel 3.1. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian ... 39

Tabel 4.1. Identitas MAN 4 Jakarta ... 46

Tabel 4.2. Tenaga Pendidik MAN 4 Jakarta ... 50

Tabel 4.3. Tenaga Kependidikan MAN 4 Jakarta ... 49

Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana MAN 4 Jakarta ... 52

Tabel 4.5. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Yang Bertugas di Boarding school MAN 4 Jakarta ... 66

Tabel 4.6. Rincian Pembiayaan Boarding school MAN 4 Jakarta ... 69

Tabel 4.7. Sarana dan Prasarana MAN 4 Jakarta ... 70

Tabel 4.8. Struktur Kurikulum Boarding school MAN 4 Jakarta ... 75

Tabel 4.9. Jadwal Kegiatan Harian Boarding school MAN 4 Jakarta ... 77

Tabel 4. 10. Kegiatan Pembiasaan Ibadah ... 81

Tabel 4.11. Laporan Hasil Belajar Boarding school MAN 4 Jakarta ... 86

Tabel 4.12. Laporan Kegiatan Ekstrakulikuler Peserta Didik Boarding school MAN 4 Jakarta ... 88

Tabel 4.13. Daftar nilai UN Kelas XI IPA 1 Tahun Pelajaran 2018-2019 ... 90

Tabel 4.14. Daftar nilai UN Kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran 2018-2019 ... 91

Tabel 4.15. Rekap nilai akademik rapor peserta didik asrama ... 92

Tabel 4.16. Rekap Nilai Sikap Dan Sosial Peserta Didik Boarding ... 94

Tabel 4.17. Jumlah peserta didik yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi ... 96

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu cita-cita nasional yang harus terus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia ialah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Pendidikan merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tantangan dalam dunia pendidikan saat ini adalah bagaimana menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang nantinya mampu bersaing dalam era global yang menuntut keterampilan serta kreatifitas tinggi.

Pendidikan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, ketarampilan, kemampuan individual dan kesehatan sehingga dapat bekerja lebih produktif. Sumber daya manusia yang dicetak melalui pendidikan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dunia industri, mempunyai kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dan mampu lebih meningkatkan daya saing industri dalam era globalisasi. Berbekal ilmu pengetahuan dan pengembangan bakat yang diperoleh dari pendidikan, manusia mampu menghadapi masalah dan tantangan kehidupan yang sedang maupun akan dihadapi.

Theodore Roosevelt (Ford, 1979: 2784) pernah mengatakan “To educate a man

in mind and not in morals is to educate a menace to society” pernyataan ini

membuktikan bahwa pendidikan dituntut untuk mampu membangun karakter dan moral seseorang dan bukan hanya membangun kecerdasan. Pendidikan moral bukan lah sebuah gagasan baru, sejak zaman plato masyarakat yang bijak telah menjadikan pendidikan sebagai tujuan sekolah karena menyadari bahwa pintar dan baik tidaklah sama (Lickona, 2008: 6).

Perintah untuk para orangtua mendidik anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang taat kepada Allah SWT tercantum dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6 yaitu:

ٰﻠَﻣ ﺎَﮭ ﯿَﻠَع ُةَرﺎَﺠِﺤ ﻟاَو ُسﺎﱠنﻟا ﺎَھُد ﻮُقﱠو اًرﺎَﻧ ﻢُك ﯿِﻠ ھَاَو ﻢُكَسُف ﻧَا آٰ ﻮُق ا ﻮُنَﻣٰا َن ﯾِذﱠﻟا ﺎَﮭُّﯾَﺎٰٰٓﯾ

غظ َﻼِل غﺔَكِكىِٕ

ﻌَﯾ ﱠﻻ غداَﺪِﺷ

َن وُﺮَﻣ ﺆُﯾ ﺎَﻣ َن ﻮُﻠَﻌ فَﯾَو ﻢُھَﺮَﻣَا ٰٓﺎَﻣ َ ّٰﷲ َن ﻮُﺼ

“Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. At-Tahrim: 6)”

Quraish Shihab (2003:178) merinci ayat 6 surat At-Tahrim di atas bahwa pendidikan dan juga dakwah harus bermula dari rumah, di mana kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangannya masing-masing.

Guna melakukan pembinaan moral berbagai cara telah dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pengelola pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanan sampai perguruan tinggi, demi mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan

(18)

2

berakhlak mulia, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Beberapa permasalahan kerap terjadi dalam dunia pendidikan seperti perkelahian antar pelajar, penggunaan obat-obatan terlarang, pergaulan bebas para pelajar, dan kenakalan remaja lainnya. Komisi perlindungan anak atau KPAI mencatat kasus tawuran pelajar di Indonesia meningkat 1,1 persen sepanjang 2018. Komisioner bidang pendidikan KPAI Retno Listiyarti pada portal tempo.co mengatakan, pada tahuan 2017 kasus tawuran berada di 12,9 persen, tetapi pada tahun 2018 menjadi 14 persen (Firmansyah, 2018). Diberitakan lebih lanjut, pada hari sabtu dini hari, 1 September 2018 terjadi tawuran di Permata Hijau yang melibatkan siswa dari sekolah SMA Muhammadiyah 15 Slipi melawan geng Gusdon yang beranggotakan siswa SMAN 32 Jakarta, Madasah Anajah dan Husni Thamrin. Akibat tawuran ini, seorang siswa tewas karena sabetan senjata tajam dan disiram menggunakan air keras.

Dari berbagai permasalahan tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan pembinaan peserta didik di sekolah belum mampu untuk membentuk kepribadian yang baik dan kurangnya kegiatan pembinaan peseta didik untuk mengembangkan minat dan bakat sehingga waktu luang yang ada digunakan untuk kegiatan yang tidak bemanfaat di luar jam sekolah. Demi mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut dan dalam melakukan pembentukan moral bagi siswa, pihak sekolah melakukan berbagai upaya dengan membentuk manajemen yang berbeda-beda, ada manajemen sekolah berbasis islam dan manajemen sekolah berasrama.

Sekolah berasrama sudah lama dikenal di dalam konteks pendidikan di Indonesia, sekolah berasrama merupakan adopsi dari pendidikan berbasis pondok pesantren. Pondok pesantren sendiri sudah sangat banyak tersebar di Indonesia, menurut Zamakhsyari Dhofier (2011: 38) pendidikan di pondok pesantren memiliki tujuan untuk menanamkan ketaatan dalam beragama dan tidak mengejar kepentingan duniawi. Akhir-akhir ini mulai banyak lembaga pendidikan formal yang melengkapi fasilitas sekolahnya dengan asrama yang dikenal dengan sekolah berasrama (boarding

school), di antaranya SMA Madania di Parung Bogor, SMA Dwiwarna di Parung

Bogor, MAN Insan Cendekia di Serpong, SMP-SMA Luqman Al Hakim Hidayatullah di Surabaya, MAN 4 Jakarta di Jakarta Selatan, MAN 1 Kota Malang di Malang Jawa Timur.

Arti kata boarding dalam kamus bahasa inggris diartikan sebagai asrama. Asrama dalam konteks ini merupakan pondokan untuk menginap para siswa. School berarti sekolah. Boarding school itu sendiri merupakan sistem pendidikan yang mewajibkan siswanya berada di asrama dalam kurun waktu tertentu dengan pendampingan dari guru selama berada di asrama.

(19)

3

Banyak sekolah yang menerapkan sistem sekolah berasrama (boarding school) didasarkan atas pertimbangan untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih utuh yang dapat menghasilkan lulusan yang tidak hanya unggul dalam berfikir tetapi juga kepribadian mulia. Pemikiran tersebut muncul dari kenyataan bahwa umumnya sekolah non-asrama lebih banyak terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademik sehingga banyak aspek lain yang tidak tersentuh yang dikarenakan keterbatasa waktu yang ada dalam pelaksanaan pendidikan sekolah non-asrama. Sebaliknya pendidikan berasrama dapat menerapkan program pendidikan yang menyeluruh mencakup keagamaan, pengembangan akademik, life skills dan membangun wawasan global.

Penelitian yang dilakukan Anisa Rizkiani (2012, 10) mendukung eratnya pengaruh pendidikan sistem boarding school terhadap pembentukan karakter peserta didik, khususnya peserta didik di Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah Garut. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil yang menunjukkan karakter peserta didik berada pada kualifikasi baik yaitu 73% dengan pengaruh sistem boarding school dalam pembentukan karakter peserta didik mencapai angka 93.8%. sehingga dapat disimpulkan, sistem boarding school sangat berpengaruh pada proses pembentukan karakter peserta didik.

Penelitian lainnya yang menunjukan hasil implementasi program boarding

school dalam pembentukan karakter siswa ialah penelitian yang dilakukan oleh

Najihaturrohmah (2017, 207). Penelitian yang dilakukan pada SMA Negeri Cahaya Madani Banten BoardingSchool Pandeglang tersebut menunjukkan hasil akhir dari penelitian tersebut implementasi program boarding school berjalan dengan baik dan memiliki pengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajran di sekolah SMAN CMBBS, adapun pembinaan karakter yang menjadi fokus utama ialah religius, disiplin, jujur, mandiri dan tanggung jawab.

Oleh karena itu boarding school merupakan salah satu bentuk pendidikan yang diyakini dapat memberikan pendidikan berkarakter kepada para siswa. Adanya kurikulum, pembiasaan dalam aspek kedisiplinan, kegiatan ekstrakulikuler yang keseluruhannya dapat didampingi, dan terkontrol oleh seorang guru pembina asrama, menjadikan boarding school salah satu alternatif pendidikan bagi sebagian siswa.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh kemdikbud, pada tahun 2019 tercatat terdapat sedikitnya 176 sekolah yang menyelenggarakan pendidikan boarding school untuk pendidikan di tingkat sekolah dasar sampai dengan pendidikan di tingkat menengah atas (sekolah.data.kemdikbud.go.id). Beberapa di antaranya, SMPIT Nurul Fikri Bogor dan SMAIT As-Syifa Boarding school Subang. SMPIT Nurul Fikri Bogor membuat tiga fokus dalam pendidikannya, yaitu academic support program, leadership program, dan islamic & dormitory program. Masing-masing program tersebut memiliki beberapa kegiatan. SMPIT Nurul Fikri Bogor tercatat memiliki prestasi yang bergengsi di tingkat internasonal dalam bidang robotik, pada tahun 2017 SMPIT Nurul Fikri Bogor berhasil meraih medali perak pada ajang international robotic competition 2017, dan medali perak pada ajang asian youth robotic singapore 2017. Prestasi di bidang robotik masih dipertahankan pada tahun 2018 dengan meraih berbagai peringkat di ajang nasional, salah satunya pada 4th Indonesian Youth Robotic Competition 2018 dengan meraih medali emas dan excellent award.

(20)

4

Sedangkan SMAIT As-Syifa Boarding school Subang, dimana selain menekankan pendidikan agama, para peserta didik juga dibekali dengan di bidang olah raga, pada tahun 2015 para siswa meraih kemenangan dalam kegiatan POSPEDA (Pekan Olahraga dan Seni Antar Pondok Pesantren) Jawa Barat, dimana untuk dapat bertanding di tingkat provinsi, peserta diharuskan melewati seleksi di tingkat wilayah. Dengan memaksimalkan pembinaan di waktu luang selepas kegiatan sekolah yang diisi dengan kegiatan positif, maka para siswa dapat menggali lebih dalam potensi yang dimiliki sesuai dengan minat juga bakatnya, dan menghindari dari perilaku-perrilaku negatif.

Karena itu, keberadaan asrama memiliki peran strategis, berfungsi tidak hanya sebagai lingkungan tempat tinggal dan lingkungan belajar tetapi juga merupakan lingkungan yang dapat membentuk kepribadian para penghuninya. Pola asrama diharapkan memberikan pengaruh positif bagi pengembangan karakter siswa menjadi insan yang beriman dan bertaqwa, sehingga tidak tergerus arus negatif perkembangan dan pergaulan bebas dunia luar beserta pengaruh-pengaruh kemajuan teknologi yang disalahgunakan pada saat ini.

Seiring dengan berkembangnya sekolah/madrasah yang membuka jalur pendidikan program boarding school, maka perlu diperhatikan regulasi yang harus dipatuhi dalam penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan standar yang berlaku dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pemerintah mengeluarkan peraturan tentang Standar Nasional Pendidikan yang merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terdapat delapan lingkup Standar Nasional Pendidikan yang menjadi acuan yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

MAN 4 Jakarta adalah salah satu madrasah negeri di Jakata yang mengembangkan dan melaksanakan program boarding school. Sebagai sekolah menengah tingkat atas di Jakarta, MAN 4 Jakarta tidak hanya menerima peserta didik yang bertempat tinggal dari Jakarta saja, tetapi semua peserta didik dari berbagai daerah di luar Jakarta berhak mengenyam pendidikan di MAN 4 Jakarta. banyak dari peserta didik yang berdomisili jauh dari MAN 4 Jakarta memilih untuk tinggal di rumah kost sekitar sekolah. Sementar keadaan rumah-rumah kost tersebut tidak memiliki pengawasan yang ketat dari pemilik rumah beberapa rumah kost tidak menentukan jam keluar dan jam berkunjung, sehingga kebanyakan orang tua merasa khawatir terhadap perkembangan kepribadian anak-anaknya. Karena banyaknya permintaan dari orang tua agar diadakannya boarding school di MAN 4 untuk peserta didik yang berdomisili jauh dari MAN 4 Jakarta, maka pada tahun 2011 MAN 4 Jakarta resmi membuka pendidikan jalur boarding school.

Didirikannya boarding school di MAN 4 Jakarta merupakan upaya dari pihak sekolah untuk memberikan pendampingan dan bimbingan kepada siswa untuk mengisi waktu luangnya selepas kegiatan belajar mengajar di sekolah. Agar waktu luang yang ada dapat diisi dengan kegiatan yang lebih bermanfat dalam pengembangan minat dan bakat siswa. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,

(21)

5

boarding school MAN 4 Jakarta memadukan antara kurikulum di madrasah dan

asrama yang berkenaan dengan pendidikan agama dan pembentukan karakter santri. MAN 4 Jakarta tidak mewajibkan seluruh siswanya untuk tinggal di asrama, hanya mereka yang berminat saja yang mengikuti program boarding school. Sistem

boarding school yang saat ini diterapkan di MAN 4 Jakarta merupakan rintisan untuk

menuju sistem full boarding school di masa mendatang, karena saat ini hanya sebagian kecil dari peserta didik MAN 4 yang menetap di boarding MAN 4 Jakarta. Karena belum tersedianya regulasi yang terkait dengan penyelenggaraan boarding

school, maka boarding school MAN 4 mengadopsi beberapa sistem pondok pesantren

yang terdapat di sekitar provinsi DKI Jakarta dan Banten.

Boarding school MAN 4 Jakarta pada tahun ajaran 2018-2019 hanya memiliki

satu angkata dengan jumlah siswa kurang lebih 38 orang. Menurunnya jumlah siswa boarding diketahui karena boarding school MAN 4 Jakarta tidak membuka jalur

boarding school selama dua tahun, berdasarkan wawancara awal dengan kepala

madrasah Bapak Ismail, terjadi akan diadakan perubahan tujuan program boarding

school yang sejak awal pendiriannyauntuk mengakomodir siswa yang berdomisili

jauh dari sekolah menjadi program untuk pembinaan bagi siswa yang akan diikut sertakan dalam kegiatan kompetisi akademik.

Berangkat dari wacana pentingnya manajemen lembaga pendidikan islam, khususnya manajemen boarding school sebagai suatu pengembangan dari manajemen pondok pesantren, dan sejak awal didirikannya boarding school MAN 4 Jakarta di tahun 2011 sampai dengan sekarang belum pernah dilakukan evaluasi, maka atas pertimbangan itulah yang menjadi signifikansi dari tema penelitian sekaligus melatarbelakangi penelitian ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai evaluasi pelaksanaan program boarding school MAN 4 Jakarta.

Dengan adanya evaluasi pada program boarding school MAN 4 Jakarta, diharapkan dapat diketahui apakah aspek-aspek sistem yang diterapkan sesuai dengan tujuan diadakannya program tersebut. Evaluasi di dalam dunia pendidikan, Menurut Sukardi (2009: 5), pada prinsipnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga cakupan penting, yaitu evaluasi pembelajaran, evaluasi program dan evaluasi proses. Evaluasi pembelajaran merupakan inti bahasan evaluasi yang kegiatannya dalam lingkup kelas atau proses belajar mengajar. Sedangkan evaluasi program mencakup pokok bahasan yang lebih luas seperti evaluasi kurikulum atau evaluasi program dalam suatu bidang studi, baik itu evaluasi kebijakan program, implementasi program ataupun efektivitas program. Selanjutnya, evaluasi sistem merupakan evaluasi yang paling luas, di antaranya evaluasi diri sekolah (EDS), atau evaluasi akreditasi lembaga pendidikan.

Menurut Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 pasal 57 ayat (1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai

bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan; Ayat (2) evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang satuan dan jenis pendidikan.

(22)

6

Berbagai model evaluasi telah dibuat oleh para ahli, di antaranya adalah; 1) Goal Oriented Evaluation Model, 2) Goal Free Evaluation Model, 3) Formatif Summatif Evaluation Model, 4) Countenance Evaluation Model, 5) Responsive Evaluation Model, 6) CSE-UCLA Evaluation Model, 7) CIPP Evaluation Model, dan 8) Discrepancy Model (Arikunto dan Jabar, 2009: 40)

Banyaknya model evaluasi yang telah diuraikan di atas, peneliti akan mengambil salah satu model yang menurut peneliti lebih tepat untuk diterapkan dalam melakukan evaluasi program boarding school di MAN 4 Jakarta. Program boarding school merupakan contoh dari program pemrosesan yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses atau keluaran (Arikunto dan Jabar, 2009: 49) oleh karena itu model evaluasi yang sesuai dengan program pemrosesan salah satunya ialah model evaluasi CIPP karena model evaluasi CIPP mengarahkan objek sasaran evaluasinya pada masukan, proses sampai dengan hasil, maka model evaluasi yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah CIPP Evaluation Model, yaitu model evaluasi yang terdiri dari; evaluasi Context (Konteks), evaluasi

Input (Masukan), evaluasi Process (Proses), dan evaluasi Product (Hasil).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-asalah sebaai berikut:

1. Kenakalan-kenakalan remaja saat ini menandakan sekolah belum mampu membina peserta didik agar memiliki moral dan perilaku yang baik, sehingga sekolah dituntut untuk dapat memberikan pembinaan kepada peserta didik agar memiliki moral yang baik karena waktu yang dihabiskan peserta didik di sekolah ternyata masih memiliki celah sehingga siswa menghabiskan banyak waktu di luar sekolah dan rumah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang positif. 2. Banyaknya permintaan dari wali murid agar anaknya mengenyam pendidikan

umum namun memiliki banyak pendidikan agama dan pembentukan moral dan karakternya, beberapa sekolah non-pesantren mulai membuka boarding school untuk mengakomodir permintaan masyarakat akan kebutuhan pembinaan moral dan pemahaman agama bagi para peserta didik khususnya di usia remaja.

3. Belum adanya regulasi mengenai standar penyelenggaraan boarding school yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan, sehingga pelaksanaan boarding

school selama ini mengadopsi sistem pendidikan di pondok pesantren.

4. Boarding school MAN 4 Jakarta diselenggarakan sejak tahun pelajaran 2011/2012 dengan menggunakan UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasonal Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA, serta Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah, tetapi belum ada regulasi yang terkait dengan penyelenggaraan boarding school.

(23)

7

C. Fokus Penelitian

Merujuk pada masalah-masalah yang sudah diidentifikasi, agar penelitian ini berfokus pada pembahasan yang terkait, maka dibatasi masalah sebagai berikut: 1. Evaluasi pelaksanaan program boarding school di lihat dari aspek context. 2. Evaluasi pelaksanaan program boarding school di lihat dari aspek input. 3. Evaluasi pelaksanaan program boarding school di lihat dari aspek process. 4. Evaluasi pelaksanaan program boarding school di lihat dari aspek product.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Bagaimana analisis pelaksanaan program boarding school di MAN 4 Jakarta dilihat dari aspek context?

2. Bagaimana analisis pelaksanaan program boarding school di MAN 4 Jakarta dilihat dari aspek input?

3. Bagaimana analisis pelaksanaan program boarding school di MAN 4 Jakarta dilihat dari aspek process?

4. Bagaimana analisis pelaksanaan program boarding school di MAN 4 Jakarta dilihat dari aspek product?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis dan mendapatkan gambaran pelaksanaan program boarding

school di MAN 4 Jakarta dilihat dari aspek context.

2. Untuk menganalisis dan mendapatkan gambaran pelaksanaan program boarding

school di MAN 4 Jakarta dilihat dari aspek input.

3. Untuk menganalisis dan mendapatkan gambaran pelaksanaan program boarding

school di MAN 4 Jakarta dilihat dari aspek process.

4. Untuk menganalisis dan mendapatkan gambaran pelaksanaan program boarding

school di MAN 4 Jakarta dilihat dari aspek product.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat yang signifikan, baik secara teoritis maupun praktik, di antaranya yaitu:

1. Manfaat secara teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk

pengembangan manajemen lembaga pendidikan islam.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan tentang pengembangan manajemen lembaga pendidikan islam, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi para pembaca.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu paradigma baru

(24)

8

bording school sebagai transformasi manajemen lembaga pendidikan Islam

pada bentuk pesantren. 2. Manfaat secara praktik

a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan sebagai standar

pengembangan, pengelolaan dan evaluasi manajemen boarding school di lembaga pendidikan Islam lainnya.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal ilmu pengetahuian bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk mengelola dan mengembangkan

manajemen boarding school di lembaga-lembaga Islam yang

(25)

9

BAB II KAJIAN TEORETIS

A. Boarding school

1. Pengertian Boarding school

Boarding school merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang

terdiri dari dua kata, yaitu boarding yang berarti asrama dan school yang berarti sekolah. Menurut Longman Dictionary (2001: 44), “Boarding school is school at

which children live instead of going there daily from home”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari asrama adalah “bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala asrama” (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/asrama diakses tanggal 12 desember 2018).

Menurut Maksudin (2013:15) “Boarding school adalah lembaga pendidikan dimana para siswa tidak hanya belajar, tetapi mereka bertempat tinggal dan hidup menyatu di lembaga tersebut”. Jadi dapat dipahami boarding school adalah tempat di mana para siswa bersekolah dan bertempat ditinggal di tempat yang sama.

Boarding school merupakan wujud lembaga pendidikan Islami yang baru,

yang kemunculanya diilhami oleh lembaga pendidikan pesantren. Dalam hal ini

boarding school dinilai mengadopsi salah satu ciri dasar kelembagaan pesantren,

yakni pondokan dan pola pengasuhan dengan corak hubungan kiai-santri seperti layaknya di pesantren yang sangat khas (Engku dan Zubaidah, 2016: 136). Lebih lanjut menurut Engku, yang perlu dicatat adalah sekolah berasrama seperti halnya madrasah, sekolah islam, atau madrasah pesantren, sama-sama mengacu pada lembaga sekolah yang mengambil aspek-aspek pendidikan Nasional, khususnya kurikulum nasional.

Berdasarkan beberapa defini diatas dapat disimpulkan bahwa Boarding

school merupakan sekolah yang mempunyai asrama untuk para siswa dan

gurunya menginap, di mana para siswanya semua tinggal bersama di lingkungan sekolah dan belajar di bawah bimbingan guru pembina boarding school.

2. Keunggulan Boarding school

Menurut Sutrisno (academia.edu) ada beberapa keunggulan dari boarding

school (sekolah berasrama) dibandingkan sekolah reguler, yaitu:

a. Program pendidikan paripurna

Umumnya sekolah-sekolah reguler terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program pendidikan pada sekolah reguler. Sebaliknya sekolah berasrama dapat merancang progam pendidikan yang komprehensif holistik dari program pendidikan keamanan, perkembangan akademik, keahlian hidup sampai membawa wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya

(26)

10

sampai pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.

b. Fasilitas lengkap

Sekolah berasrama mempunyain fasilitas yang lengkap, mulai dari fasilitas ruang belajar, ruang asrama sampai ruang dapur.

c. Guru yang berkualitas

Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan intelektual, sosial, spiritual dan kemampuan pedagogis-metodologis serta adanya jiwa kependidikan pada setiap guru. Ditambah lagi kemampuan bahasa asing:Inggris, Arab, Mandarin dan lain-lain.

d. Lingkungan yang kondusif

Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam kompleks sekolah telibat dalam proses pendidikan. Begitu juga dalam membangun

sosial keagamaannya, maka semua elemen yang terlibat

mengimplementasikan agama secara baik.

e. Siswa yang heterogen

Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang tingkat heterogenitasnya tinggi. Berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang sosial, budaya, tingkat kecedasa, kemampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan nasional dan siswa terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom anak dan menghargai pluralitas.

f. Jaminan keamanan

Jaminan keamanan diberikan boading school, mulai dari jaminan kesehatan, tidak narkoba, terhinda dari pergaulan bebas dan jaminan keamanan fisik (tawuran dan perpeloncoan) serta pengauh kejahatan dunia maya.

g. Jaminan kualitas

Dalam boarding school, pintar tidak pintarnya anak, baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah karena 24 jam anak berasrama sekolah. Sekolah-sekolah dapat melakukan treatment individual, sehingga setiap siswa dapat melejitkan bakat dan potensi individunya. Sedangkan di sekolah konvensional jika anak pinta harus dibantu oleh lembaga bimbingan belajar dan lain-lain.

3. Kriteria Boarding school yang Baik

Boarding school merupakan bentuk pendidikan yang mengadopsi dari

pendidikan pondok pesantren, menurut Zamakhsyari Dhofir (2011: 44) sedikitnya ada 5 yang menjadi ciri dari pesantren, yaitu: pondok, masjid, kyai, santri, dan pembelajaran kitab kuning.

Secara khusus Kementerian Agama belum mengeluarkan kriteria mengenai pendidikan boarding school, namun sudah ada Peraturan Menteri Agama No 3

(27)

11

Tahun 2012 Tentang Pendidikan Keagamaan Islam (terlampir), yaitu pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan di pondok pesantren secara terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar dan menengah. Dari Peraturan Menteri Agama tersebut beberapa kriteria pondok pesantren yang dapat diadobsi untuk ditetapkan sebagai kriteria boarding school yang baik dilihat dari berbagai aspek, yaitu:

a. SDM

Pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi kualifikasi

1) Kyai, ustad atau sebutan lain yang sejenis, yang merupakan lulusan pesantren dengan kompetensi ilmu agama Islam.

2) Santri

3) Tenaga pendidik lain yang diperlukan dengan kompetensi sesuai kebutuhan

4) Tenaga kependidikan meliputi pustakwan, tenaga administrasi dan tenaga lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. b. Prasarana

1) Pondok/asrama 2) Ruang kelas 3) Ruang pendidik 4) Ruang tata usaha 5) Ruang perpustakaan 6) Masjid/musholla

7) Prasarana lainnya yang diperlukan

c. Sarana

1) Perabot/peralatan pendidikan 2) Media pendidikan

3) Buku/kitab dan sumber belajar lainnya 4) Bahan habis pakai

5) Perlengkapan lainnya yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan

d. Proses pembelajaran

1) Pengajian kitab kuning sesuai dengan kekhasan masing-masing pesantren.

2) Kurikulum terdiri atas kurikulum keagamaan Islam dan kurikulum pendidikan umum yang disusun oleh penyelenggara pendidikan pesantren dengan berpedoman pada standar pendidikan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.

3) Kurikulum keagamaan islam pada jenjang pendidikan menengah atas memuat paling sedikit meliputi mata pelajaran: a) Al- Qur’an, b) Tafsir-Ilmu Tafsir, c) Hadist-Tafsir-Ilmu Hadist, d) Tauhid, e) Fiqh-Ushul Fiqh, f) Akhlaq-Tasawuf, g) Tarikh, h) Bahasa Arab,i) Nahwu-Sharf, Balaghah, j) Ilmu Kalam, k) Ilmu Arudh, l) Ilmu Mantiq, dan m) Ilmu Falaq.

4) Kurikulum pendidikan umum memuat paling sedikit meliputi mata pelajaran: a) Pendidikan kewarganaegaraan, b) Bahasa Indonesia, c)

(28)

12

Bahasa Inggris, d) Matematika, e) Ilmu pengetahuan alam, f) Ilmu pengetahuan sosial, dan g) Kewirausahaan.

4. Problematika Boarding school

Melalui penelitiannya, Ismail (2009, 51) menyatakan permasalahan yang kerap terjadi pada sistem pendidikan boarding school yaitu, para peserta didik banyak menghabiskan waktu dalam kegiatan pengembangan pendidikan karakter yang rutin dilakukan sehari-hari, sehingga masih kurangnya terlibat dalam kegiatan pengembangan teknologi.

Musiran (2012, 33) lebih dalam lagi merinci mengenai kekurangan sistem

boarding school melalui penelitiannya. Musiran menyebutkan kekurangan yang

terdapat pada empat aspek komponen boarding school, yaitu:

a. Aspek siswa

Dengan tinggi jadwal pembelajaran yang dimiliki oleh peserta didik, yaitu pada kegiatan belajar reguler dan kegiatan belajar di asrama, banyak peserta didik yang akhirnya merasa kelelahan dan jenuh, sehingga mengakibatkan beberapa peserta didik merasa tidak kerasan.

b. Aspek guru,

Bertambahnya jam belajar peserta didik selama di asrama berarti bertambah juga tugas para guru untuk membimbing peserrta didik selama 24 jam dalam sehari, mengakibatkan kejenuhan yang juga dirasakan oleh para guru, sehingga kegiatan di boarding school menjadi kurang optimal.

c. Aspek kurikulum

Penerapan kurikulum boarding school masing belum dilaksanakan dengan optimal terutama dalam perilaku sehari-hari para peserta didik. d. Aspek manajemen

Manajemen yang masih bersifat sentralisasi dengan sekolah dirasakan sulit bagi para pengasuh boarding schol karena daya kreasi ataupun inisiatif para pengasuh kurang dapat diakomodir oleh manajemen sekolah

Sementara itu menurut Sutrisno (2008: 5) boarding school masih banyak mempunyai persoalan yang belum dapat diatasi sehingga banyak sekolah berasrama layu sebelum berkembang dan itu terjadi pada boarding perintis. Faktor-faktornya adalah sebagai berikut:

a. Ideologi sekolah boarding yang tidak jelas

Term ideology apa yang diterapkan pada sekolah berasrama, apakah religius, nasionalis atau nasionalis-religius.

b. Dikotomi guru sekolah vs guru asrama (pengasuhan)

Sekolah-sekolah berasrama acap kali kesulitan mencari guru yang cocok untuk sekolah berasrama, karena perguruan tinggi keguruan tidak menghasilkan guru-guru untuk sekolah berasrama. Akibatnya masing-masing sekolah mendidik guru asramanya sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki lembaga tersebut. Guru sekolah bertugas unutk mengampu mata pelajaran, sementara guru pengasuhan hanya bicara soal

(29)

13

pengasuhan. Padahal idealnya dua kompetensi tersebut harus melekat dalam sekolah berasrama.

c. Kurikulum pengasuhan yang tidak baku

Salah satu yang membedakan sekolah berasrama adalah kurikulum pengasuhannya. Pola pengasuhan sekolah-sekolah berasrama sangat beragam, dari yang sangat militer, sampai yang terlalu lunak. Keduanya mempunyai efek negatif.

d. Sekolah dan asrama terletak dalam satu lokasi.

Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu lokasi dan dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini yang telah banyak berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak yang berada di sekolah berasrama.

B. Standar Nasional Pendidikan

Menurut PP Nomor 13 Tahun 2015 tentang sisdiknas menyebutkan bahwa

Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP merupakan standar minimal tentang sistem pendidikan yang ditentukan pemerintah yang harus dipenuhi oleh setiap penyelenggara pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan nasional merupakan suatu upaya untuk mewujudkan tujuan ideal dan tujuan jangka panjang pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan Nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

Menurut Raharjo (2014: 471), Standar Nasional Pendidikan dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara dan lembaga pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu. Sehingga dengan adanya Standar Nasional Pendidikan seluruh sekolah yang ada di Indonesia akan berusaha meningkatkan layanan pendidikan yang bermutu dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki, karena Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasoinal dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

1. Fungsi Standar Nasional Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam ranga mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu (PP Nomor 13 Tahun 2015 Pasal 3). Dengan demikian, standar pendidikan ini menjadi sumber rujukuan dalam mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu karena Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional. Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi:

a. Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP Nomor 13 Tahun 2015).

(30)

14

b. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (PP Nomor 13 Tahun 2015).

c. Standar Proses adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (PP Nomor 13 Tahun 2015).

d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan (PP Nomor 13 Tahun 2015).

e. Standar Sarana dan Prasarana adalah Standar Nasional Pendidikan yang

berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (PP Nomor 13 Tahun 2015).

f. Standar Pengelolaan adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan

dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan (PP Nomor 13 Tahun 2015).

g. Standar Pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun (PP Nomor 13 Tahun 2015).

h. Standar Penilaian adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (PP Nomor 13 Tahun 2015).

Kedelapan standar pendidikan tersebut membentuk rangkaian input, proses dan output. Standar Kompetensi Lulusan (SKL merupakan output dalam Standar Nasional Pendidikan, SKL akan mencapai skor yang tinggi apabila input terpenuhi sepenuhnya dan proses berjalan dengan baik (Kemendikbud, 2016: 20).

(31)

15

Gambar 2.1. Hubungan antar standar dalam Standar Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikbud, 2016: 21)

2. Penerapan Standar Nasional Pendidikan pada Lembaga Pendidikan

Disebutkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 ayat 1, Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka eetiap lembaga pendidikan wajib memenuhi Standar Nasional Pendidikan, karena Standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah merupkan standar minimal yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan.

Penerapan delapan Standar Nasional Pendidikan pada lembaga pendidikan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Standar Kompetensi Lulusan

Berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai acuan utama dalam pengambangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan. Jadi dapat disimpulkan bawa standar kompetensi lulusan merupakan hasil akhir (output) dari serangkaian Standar Nasional Pendidikan.

(32)

16 b. Standar isi

Berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, standar isi terdiri dari tingkat kompetensi dan kompetensi inti sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan.

Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, silabus dan tingkat kompetensi, kompetensi dan ruang lingkup materi yang harus dipenuhi oleh peserta didik.

Lembaga pedidikan bisa mengembangkan kurikulum disesuaikan dengan lingkungan lembaganya masing-masing. Beban belajar yang harus dipenuhi peserta didik dalam satu pekan diatur oleh lembaga pendidikan dengan mengikuti pedoman yang ada pada standar isi dan disesuaikan dengan kebutuhan.

c. Standar Proses

Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, standar proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.

Standar proses meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian proses dan hasil pembelajaran, serta pengawasan proses pembelajaran

d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar Pendidik disebutkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, dan Standar Tenaga Kependidikan pada Pasal 35 lengkap dengan kriteria minimal untuk setiap satuan pendidikan.

e. Standar Sarana dan Prasarana

Kriteria Sarana dan Prasarana lebih lanjut lagi tertuang dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana, yang mencakup kriteria minum sarana dan kriteria minimum prasarana

f. Standar Pengelolaan

Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar pengelolaan mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan

g. Standar Pembiayaan

Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal (bsnp-indonesia.org). Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses

(33)

17

pembelajran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi gaji pendidik dan tenaga kependeieikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dan lain sebagainya

h. Standar Penilaian

Berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan, Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

C. Konsep Evaluasi Program

Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan suatu program yang dilaksanakan, diperlukan suatu evaluasi yang disebut juga evaluasi program. Evaluasi program dilakukan untuk menentukan kebijakan apa yang harus diambil selanjutnya oleh pihak yang berwenang dalam mengambil kebijakan. Utnuk memahami lebih lanjut mengenai teori evaluasi program maka akan dijelaskan pada bahasan berikut ini.

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa inggris), kata tersebut diserap ke dalam perbendaharaan istilah bahasa indonesia dengan tujuan memepertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi evaluasi. sedangkan dalam kamus besar bahasa indonesia dalam jaringan mempunyai arti proses penilaian atau menilai.

Selanjutnya dijelaskan oleh Arikunto dan Jabar (2009: 1-2), bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Sedangkan menurut Uno dan Koni (2013: 3), evaluasi adalah proses pemberian makna atau ketetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.

Sementara itu Evaluasi menurut Hakiim (2009: 158) memiliki dua sasaran yaitu Evaluasi terhadap proses dari perencanaan pembelajaran dan Evaluasi terhadap hasil dari perencanaan pembelajaran. Evaluasi proses bertujuan menilai semapai sejauh mana perencanaan pembelajaran dalapar mamberikan pengalaman belajar sesuai deng atujuan yang ditetapkan. Evaluaasi proses menilai apakah proses itu berjalan secara optimal sehingga mencapai tujuan.

Evaluasi berhubungan dengan pengambilan keputusan, karena hasil evaluasi dijadikan suatu landasan untuk menilai suatu program dan dijadikan dasar untuk memutuskan apakah program tersebut dapat diteruskan, masih perlu perbaikan

Gambar

Gambar 2.1. Hubungan antar standar dalam Standar Nasional Pendidikan Dasar  dan Menengah (Kemdikbud, 2016: 21)
Gambar 2.2. Proses Model Evaluasi Berbasis Tujuan (Wirawan, 2016: 125)  b.  Goal Free Evaluation Model
Gambar 2.3. Pelaksanaan Model Evaluasi Bebas Tujuan
Gambar 2.4. Proses Evalusi Formatif (Wirawan, 2016: 131)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada aspek konteks , hal-hal yang mendukung pelaksanaan kurikulum adalah kurikulum serta lingkungan pembelajaran yang dipersiapkan dengan baik.. Sedangkan penghambatnya

Hasil evaluasi RPP pada aspek langkah-langkah penyusunan RPP untuk indikator pertama memperoleh skor yang terbesar dengan skor 4 termasuk kategori sangat baik

Evaluasi input (masukan) pada kegiatan ini sangat baik, hal ini terpenuhinya indikator penyelenggaraan yang berperan sesuai standar indikator, kesesuaian

Evaluasi terhadap aspek konteks dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat dari dua sisi, baik sisi pembuat program (pemerintah), maupun sisi kelompok sasaran (target group),

Hasil dari analisis evaluasi yang telah dilakukan menyatakan bahwa bahwa program SPW di SMK Ibu Kartini berdasarkan aspek context memiliki landasan formal yaitu Peraturan Pemerintah

i EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN LITERASI SEKOLAH GLS DI SMP NEGERI 4 SINGARAJA Diajukan kepada Universitas Pendidikan Ganesha Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan