Pemberitahuan tambahan dapat berisi bahwa kepada yang di-alamatkan ditunjukkan akibat dari pelanggaran ketentuan dalam izin, seperti sanksi-sanksi yang diberikan pada ketidakpatuhan. Pemberi-tahuan ini merupakan petunjuk-petunjuk cara sebaiknya bertindak dalam mengajukan permohonan berikutnya atau informasi umum dari organ pe-merintahan yang berhubungan dengan kebijaksanaannya sekarang atau pada kemudian hari. Pemberitahuan tambahan ini sejenis pertimbangan yang berlebihan, yang pada dasarnya terlepas dari diktum selaku inti ke-tetapan. Oleh sebab itu, pemberitahuan ini karena tidak termasuk dalam hakikat keputusan sehingga secara formal seseorang tidak dapat meng-gugat melalui hakim administrasi.
Sebagai suatu bentuk ketetapan, izin tidak berbeda dengan ketetap-an pada umumnya, yaitu pembuatketetap-an, penerbitketetap-an, dketetap-an pencabutketetap-annya harus memenuhi syarat-syarat yang berlaku pada ketetapan, memenuhi syarat formal dan syarat material, serta memerhatikan asas contrarius actus dalam pencabutan.
G. Instrumen Hukum Keperdataan
Penggunaan instrumen hukum publik merupakan fungsi dasar dari organ pemerintahan dalam menjalankan tugas-tugas pemerin-tahan, sedangkan penggunaan instrumen hukum privat merupakan konsekuensi paham negara kesejahteraan, yang menuntut pemerintah untuk mengusahakan kesejahteraan masyarakat ( beswurszorg), yang dalam rangka bestuurszorg itu, pemerintah terlibat dengan kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai dimensi sejalan dengan tuntutan perkembangan kemasyarakatan. Dalam memenuhi tuntutan itu, organ pemerintahan tidak cukup hanya menggunakan instrumen hukum publik, tetapi juga menggunakan instrumen keperdataan, terutama Menurut Indroharto, ada beberapa penggunaan instrumen keperdataan, yaitu sebagai berikut.
1. Warga masyarakat sudah terbiasa berkecimpung dalam suasana kehidupan hukum perdata.
2. Lembaga-lembaga keperdataan sudah terbukti kemanfaatannya dan merupakan bentuk-bentuk yang digunakan dalam pengaturan perundang-undangan yang luas maupun yurisprudensi.
3. Lembaga-lembaga keperdataan tersebut selalu dapat diterapkan sibel dan jelas sebagai instrumen.
4. Lembaga-lembaga keperdataan tersebut selalu dapat diterapkan karena bagi pihak-pihak yang bersangkutan memiliki kebebasan untuk menentukan sendiri isi dari perjanjian yang hendak mereka buat. 5. Sering terjadi di jalur hukum publik menemui jalan buntu, tetapi jalur
yuridis menurut hukum perdata dapat memberi jalan keluarnya. 6. Ketegangan yang disebabkan oleh tindakan yang selalu bersifat
sepihak dari pemerintah dapat dikurangi.
7. Berbeda dengan tindakan-tindakan yang bersifat sepihak dari pemerintah, tindakan-tindakan menurut hukum perdata ini selalu dapat memberikan jaminan-jaminan kebendaan, misalnya untuk ganti rugi.
1. Penggunaan Instrumen Hukum Keperdataan
Para pejabat tata usaha negara dalam menjalankan tugasnya ber-tindak melalui dua macam peranan berikut.
a. Pelaku hukum publik menjalankan kekuasaan publik yang dijelma-kan dalam kualitas penguasa ( authorities), seperti halnya badan tata usaha negara dan berbagai jabatan yang diserahi wewenang penggunaan kekuasaan publik.
b. Pelaku hukum keperdataan yang melakukan berbagai perbuatan hukum keperdataan, seperti halnya mengikat perjanjian jual beli, sewa menyewa, pemborongan, dan sebagainya, yang dijelmakan dalam kualitas badan hukum ( legal person, rechtspersoon).
Selaku pelaku hukum publik ( public actor), badan atau pejabat tata usaha negara memiliki hak dan wewenang istimewa untuk menggunakan dan menjalankan kekuasaan publik. Badan atau pejabat tata usaha negara dapat secara sepihak menetapkan berbagai peraturan dan keputusan yang mengikat warga (bersama badan-badan hukum perdata) dan peletakan hak dan kewajiban tertentu sehingga menimbulkan akibat hukum bagi mereka. Tentu, kadang-kadang seorang warga atau badan hukum perdata tidak menyenangi dan enggan menaati suatu peraturan/ keputusan yang mengikat kepadanya, tetapi ia tetap dituntut untuk menghormati dan menaati ketentuan peraturan/keputusan itu, bahkan jika perlu pelaksanaannya dapat dipaksakan melalui campur tangan petugas (aparat) penegak hukum, seperti halnya polisi, jaksa, dan hakim.
Sekalipun demikian, badan atau pejabat tata usaha negara tidak sekadar menjalankan kekuasaan dan wewenang hukum publik, tetapi juga melakukan berbagai perbuatan hukum keperdataan, seperti halnya seorang warga (dalam arti manusia pribadi/ natuurlijke persooh) dan badan hukum perdata. Selaku badan hukum, badan atau pejabat tata usaha negara mengikat diri pada berbagai perjanjian keperdataan, misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa, pemborongan, bahkan penghibahan. Di sini badan atau pejabat tata usaha negara menjalankan peranan sebagai pelaku hukum keperdataan. Perbuatan hukum yang dilakukan badan atau pejabat tata usaha negara tidak diatur berdasarkan hukum publik, tetapi didasarkan pada peraturan perundang-undangan hukum perdata, sebagaimana lazimnya peraturan perundang-undangan yang mendasari perbuatan hukum keperdataan yang dilakukan seorang warga dan badan hukum perdata.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 menegaskan bahwa keputus-an tata usaha negara ykeputus-ang merupakkeputus-an perbuatkeputus-an hukum perdata tidak termasuk keputusan tata usaha negara dalam arti beschikking yang dapat dibawa ke hadapan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (Pasal 2 butir b).
Keikutsertaan badan atau pejabat tata usaha negara dalam ber-bagai perbuatan hukum keperdataan memengaruhi hubungan hukum keperdataan yang berlangsung di masyarakat umum. Hal ini disebabkan perjanjian-perjanjian yang diadakan oleh badan atau pejabat tata usaha negara dilakukan dengan warga dan badan hukum perdata. Bukan tidak mungkin berbagai ketentuan hukum publik (terutama peraturan perundang-undangan hukum tata usaha negara) akan menyusup dan memengaruhi peraturan perundang-undangan hukum perdata (privaatrecht, civil law).
Beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tata cara/prosedur tertentu yang harus ditempuh berkenaan upaya perbuatan hukum keperdataan yang dilakukan oleh badan atau pejabat tata usaha negara, misalnya badan atau pejabat tata usaha negara tidak dapat dengan begitu saja melakukan pembelanjaan (pengadaan) barang dan jasa bagi kebutuhan departemen/lembaga tanpa melalui tata cara dan prosedur yang telah ditetapkan apalagi pembelanjaan itu dilakukan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1984 (yang mencabut Keputusan Presiden Nomor 14A Tahun 1980) tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Selaku pelaku hukum keperdataan ( civil actor), badan tata usaha negara juga memiliki kekayaan aktiva dan pasiva. Tiap warga dan badan hukum swata dapat menagih dan menuntut pembayaran sesuatu piutang kepada badan tata usaha negara, bahkan jika perlu, menggugatnya ke hadapan hakim perdata di pengadilan negeri. Sebaliknya, badan atau pejabat tata usaha negara dapat pula menagih dan menuntut pembayaran kepada siapa saja yang berutang kepadanya, bahkan menggugat debitur ke hadapan hakim perdata, menurut ketentuan hukum acara perdata yang berlaku. Pasal 6 ayat 3 butir a dari Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1984 mewajibkan departemen/lembaga mengintensifkan penagihan dan pemungutan piutang negara dan me-masukkannya pada pos penerimaan anggaran.
Dalam pergaulan keperdataan, pemerintah, sebagaimana manusia dan badan hukum privat, dapat terlibat dalam pergaulan hukum privat. Pemerintah melakukan jual beli, sewa-menyewa, membuat perjanjian, dan mempunyai hak milik. Pemerintah juga bertanggung jawab ketika terjadi perbuatan melawan hukum yang dilakukan pemerintah. Menurut Huisman, tindakan hukum keperdataan adalah tindakan hukum yang
diatur oleh hukum perdata. Pemerintah juga sering melakukan perbuat-an semacam itu, seperti provinsi memutuskperbuat-an untuk membeli hutperbuat-an, kabupaten menjual tanah bangunan, menyewakan rumah, menggadaikan tanah, dan sebagainya.
Hubungan hukum dalam bidang keperdataan itu bersifat dua pihak atau lebih ( meerzij-dige), sementara dalam hukum publik pada asasnya bersifat satu pihak atau bersegi satu. Hubungan hukum dalam bidang perdata bersandar pada prinsip otonomi dan kebebasan berkontrak (contraasvri/heid ), dalam arti kemerdekaan atau kemandirian penuh bagi subjek hukum untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan hukum, serta iktikad baik dalam berbagai persetujuan yang menunjukkan kesetaraan antarpihak, tanpa salah satunya memiliki kedudukan khusus dan kekuatan memaksa terhadap pihak lain. Atas dasar ini, pemerintah hanya dapat “menyejajarkan diri” dengan seseorang atau badan hukum perdata dalam kapasitasnya sebagai wakil dari badan hukum publik, bukan dalam kapasitasnya selaku wakil dari jabatan pemerintahan yang memiliki kedudukan istimewa dengan atau hak-hak istimewa dan/atau wakil badan hukum itulah pemerintah dapat terlibat dalam hubungan hukum keperdataan.
2. Instrumen Hukum Keperdataan yang Dapat
Di-gunakan Pemerintah
Tidak semua tindakan hukum keperdataan yang dapat dilakukan individu dapat pula dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah tidak dapat melakukan hubungan keperdataan yang berhubungan dengan hukum kekeluargaan, seperti perkawinan, perwalian, dan kewarisan. Pemerintah pun tidak dapat membeli tanah untuk dijadikan hak milik karena ber-dasarkan UUPA, negara hanya diberi hak menguasai, tidak diberi hak untuk memiliki atau tidak boleh sebagai pemilik tanah. Pemerintah juga tidak diperkenankan melakukan perbuatan hukum keperdataan yang bertentangan dengan kepentingan umum atau yang jelas-jelas dilarang oleh peraturan perundang-undangan.
Ketika pemerintah menggunakan instrumen hukum keperdataan, hal tersebut tidak serta-merta terjadi hubungan hukum antara peme-rintah dengan seseorang atau badan hukum perdata berdasarkan prinsip kesetaraan dan kemandirian masing-masing pihak, sebagaimana lazimnya hubungan hukum dua pihak atau lebih dalam bidang perdata.
Pemerintah dapat menggunakan instrumen hukum keperdataan sebagai alternatif atau cara menjalankan tugas-tugas pemerintahan, tanpa harus menempatkan diri dalam hubungan hukum yang setara dengan pihak lainnya sebab dalam hal-hal tertentu, pemerintah tidak sepenuhnya dapat melepaskan diri dari misi yang diembannya yang melekat pada setiap tindakan pemerintahan. Dengan demikian, ada dua kemungkinan kedudukan pemerintah dalam menggunakan instrumen hukum keper-dataan, yaitu sebagai berikut.
a. Pemerintah menggunakan instrumen keperdataan sekaligus me-libatkan diri dalam hubungan hukum keperdataan dengan ke-dudukan yang tidak berbeda dengan seseorang atau badan hukum perdata.
b. Pemerintah menggunakan instrumen hukum keperdataan tanpa menempatkan diri dalam kedudukan yang sejajar dengan sese-orang atau badan hukum. Dalam hal ini, terdapat perjanjian dengan persyaratan yang ditentukan sepihak oleh pemerintah.
Dalam rangka menjalankan kegiatan pemerintahannya, pemerintah dapat menggunakan perjanjian yang berbentuk sebagai berikut.