• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor Kekalahan PKS dalam Pemilihan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Tahun 2012 DKI Jakarta Tahun 2012

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

3. Faktor-faktor Kekalahan PKS dalam Pemilihan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Tahun 2012 DKI Jakarta Tahun 2012

pendidikan bagi kader dan masyarakat lainnya. Melalui program ini kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bahu membahu memberikan solusi bagi kader dan masyarakat yang membutuhkan dana untuk biaya sekolah anak. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Selamat Nurdin, "Selain itu, program ini juga berisi pemberian modal usaha dan advokasi kesehatan

secara berkelanjutan,”. Dalam periode yang sama, PKS juga akan

melakukan survei di setiap kecamatan secara bertahap untuk merumuskan pemenangan Pilkada Jakarta 2012 berbasis teritorial.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) PKS DKI Jakarta Triwisaksana mengatakan, program Takaful Kader meningkatkan semangat kader PKS untuk melayani warga Jakarta dan menjadikan Jakarta penuh kebaikan dan menuju kesejahteraan.

“Kondisi kader yang nyaman dan solid akan melahirkan kerja-kerja nyata

untuk kebaikan Jakarta, dan dari itu kita siap memenangkan Pilkada 2012 dan Pemilu 2014,” tutupnya. Takaful Kader merupakan salah satu program kampanye pemilihan gubernur DKI Jakarta.

3. Faktor-faktor Kekalahan PKS dalam Pemilihan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Tahun 2012

Beberapa analisis dilakukan untuk mengetahu faktor kekalahan PKS (parta Islam) dalam pemilihan Cagub/cawagub DKI Jakarta. Secara

umum faktor kekalahan dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu factor internal dan factor ekternal.

a. Faktor Internal Partai

Faktor internal kekalahan PKS dalam pilkada di DKI Jakarta yaitu:

1) Terpaan Badai Korupsi

Korupsi oleh pengurus partai merupakan penyebab turunnya elektabilitas PKS yang berakibat pada kekalahan calon gubernur dan calon wakil gubernur yang diusung pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 yaitu kasus yang menimpa salah satu petinggi PKS (Presiden Partai), Luthfi Hasan Ishaq (LHI) yang ditahan oleh KPK karena diduga menerima suap kuota impor daging sapi, meskipun peristiwa penetapannya sebagai tersangka dan penahanannya menyimpan banyak keganjilan.

Masalah korupsi ini melahirkan beberapa analisis para pengamat politik didasarkan pada kekalahan PKS pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 yang hanya mendapatkan 11% suara – padahal sudah menurunkan tokoh nasional Hidayat Nur Wahid, jauh dari perolehan suara pada Pemilukada sebelumnya tahun 2007, yaitu 44%. Tren menurunnya perolehan suara PKS pada Pemilukada terakhir diprediksikan oleh para pengamat bahwa PKS akan semakin terpuruk menghadapi Pemilu tahun 2014 mendatang, sebab DKI Jakarta adalah barometer eksistensi dan elektabilitas sebuah partai politik. Bahkan sebagian pengamat memprediksikan PKS tidak mampu mencapai batas electoral threshold 3,5%, artinya PKS akan tidak bisa ikut Pemilu, bisa jadi bubar dan tidak ada lagi kelanjutan sejarah partai fenomenal ini atau kembali kepada habitat semula; menjadi gerakan sosial.

2) Kurang efektifnya Komunikasi Politik yang dibangun

Buruknya komunikasi politik PKS juga diduga memberikan kontribusi terhadap kekalahan tersebut. Komunikasi politik memiliki peran penting dalam proses dan gerakan politik.

Kurang efektifnya PKS dalam komunikasi politik ini misalnya didasarkan pada analisis salah satu Kedernya Sapto Waluyo dalam pernyataan berikut ini:63

“Manuver dan pernyataan elite PKS yang memancing kontroversi.

PKS berperilaku bak debt collector yang main ancam demi mencapai kepentingan politiknya. Setiap pernyataan dan manuver elite PKS ternyata tak diukur manfaat dan mudharatnya terlebih dulu. Karena itu, PKS mengusulkan figur nonpartai. Ini seperti merendahkan posisi PKS sendiri, betapa manuver berkoalisi tanpa daya tawar yang memadai. Ketiga contoh itu mencerminkan betapa buruknya komunikasi politik sebagian elite PKS. Kapasitas

PKS sebagai learning organization mulai diragukan.

Sesungguhnya, PKS telah „dihukum‟ publik dan pemilih yang kritis

dengan „kekalahan‟ di Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, dan kota

-kota besar lain. „Jurus dewa mabuk‟ sebagian elite PKS dan iklan

yang warna-warni. Target nasional 20 persen suara masih terlalu jauh dari jangkauan karena kesalahan strategi. Bahkan, prediksi yang realistik 12-15 persen suara pun tak tercapai.

b. Faktor Ekternal Partai

Hasil analisis tersebut dilakukan abaik oleh pihak internal PKS mapun oleh pihak ekternal PKS. Hasil analisis yang dikalukan oleh pihak internal partai seperti dikemukakan oleh Ketua DPP PKS, Jazuli Juwaeni yang dimuat di detik.com. "Mesin PKS sudah bekerja maksimal. Pak Hidayat sebagai cagub juga telah bekerja dan berikhtiar secara maksimal. Namun perolehan suara sementara lewat hitungan cepat menempati urutan ke-3. Dibanding Pilgub sebelumnya, terkesan suara PKS menurun, tapi itu tidak bisa serta merta kita simpulkan gembos," 64

63

Sapto Waluyo, Evaluasi untuk PKS: antara Rakus dan Kepercayaan Diri Berlebihan

http://www.itoday.co.id/politik-nasional/politik/evaluasi-untuk-pks-antara-rakus-dan-kepercayaan-diri-berlebihan 64

Lima Analisis PKS Atas Kegagalan di Pilgub DKI, tersedia online di http://news.detik.com/berita/1963384/5-analisis-pks-atas-kegagalan-di-pilgub-dki

Jazuli memberikan penjelasan mengapa suara PKS kali ini menurun dari sebelumnya. Dia memberikan 5 analisis penyebabnya:65 1) Pilgub sebelumnya hanya diikuti 2 kandidat, suara tidak terlalu

pecah-pecah.

2) Semakin sering Pilkada dilaksanakn di Indonesia, masyarakat terpolarisasi secara pragmatis.

3) Persoalan DPT juga menjadi penyebab yang sangat signifikan. Karena besar kemungkinan by design. Dimana potensi pemilih kandidat tertentu tidak terdaftar di DPT. Daerah-daerah basis PKS pada Pilgub dan Pemilu sebelumnya banyak yang tidak terdafar.

4) Netralitas PNS dan birokrasi masih sangat menyedihkan. Banyak timses Hidayat diintimidasi. Bahkan atribut malam dipasang besoknya sudah hilang.

5) PKS tidak melakukan money politics karena bertentangan dengan UU. Berdasarkan lima faktor penyebab kekalahan HNW-Didik yang dilontarkan oleh Jazuli Zuwaeni keempatnya adalah faktor eksternal, hanya satu faktor dari internal yaitu PKS menurutnya bersih dari politik uang. Tentunya kajian mendalam tentang kekalahan PKS tidak diungkap semua yang sebagian dikonsumsi oleh internal, tetapi saya sendiri memiliki beberapa analisis faktor penyebab kemerosotan PKS.

Pilkada DKI Jakarta adalah mercusuar dari demokrasi di Indonesia, sebagai pusat pemerintahan partai secara cermat harus menyadari bahwa menjadi kontestan di DKI Jakarta bukan dalam kapasitas mengumpulkan logistik atau merebut basis kekuasaan daerah sebagaimana orientasi parpol pada pilkada di daerah lain. Pilkada DKI Jakarta hadir dalam sorot media yang begitu besar, sehingga masyarakat memperoleh banyak informasi yang berimbang, terutama melalui jejaring sosial dan koran online dan televisi. Semestinya kesempatan ini dimanfaatkan parpol

65

Jazuli Juwaeni, 5 Analisis PKS Atas Kegagalan di Pilgub DKI, tersedia online di http://news.detik.com/berita/1963384/5-analisis-pks-atas-kegagalan-di-pilgub-dki

untuk benar-benar membangun citra dan menunjukkan keberpihakannya pada selera publik yang memasyarakat.

Ketika awal penjaringan bakal calon Gubernur langkah PKS ingin mempersunting Fauzi Bowo sebagai gubernur dan Triwicaksana sebagai wakil gubernur jadi titik lemahnya, pada pilkada DKI Jakarta sebelumnya PKS menjadi anti-tesa Fauzi Bowo, sehingga memperoleh suara 42% sendirian melawan banyak partai. Namun ketika PKS bersikap balik mendukung Fauzi Bowo publik melihat ini sebagai bentuk ketidak konsistenan PKS, hal inilah yang perlu dipahami betul sebelum PKS pada putaran kedua berlabuh ke Jokowi-Ahok atau Fauzi Bowo-Nahrowi Ramli.

Namun demikian Jazuli menyadari bahwa dalam demokrasi selalu ada menang dan kalah. Mengomentari hasil kekalahan PKS pada Plikada DKI Jakarta ia mengatakan.

"Setelah bekerja keras dan maksimal tanpa kita melakukan kecurangan dan pelanggaran, apapun hasilnya kita harus bangga. Kami yakin warga DKI masih tetap setia pada PKS pada pemilu 2014 nanti. Asal PKS terutama teman-teman DPRD DKI trus menjaga dan menyuarakan aspirasi warga sesuai dengan kewenanganya. Karena itu kami tetap dan terus berterimakasih pada warga DKI yang selalu setia pada PKS,"

Sekularisasi politik ini terlihat menguat dengan makin merosotnya dukungan pada partai Islam di DKI, dan terakhir kekalahan Hidayat Nurwahid yang punya kridensial politisi Islam dalam Pilkada putaran pertama yang lalu. Juga kekalahan PKS dalam Pilkada 2007. Apakah faktor utama yang menyebabkan kekalahan tersebut.