• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran

B. Layanan Akademik

4) Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran

keterkaitan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk mencapai apa yang menjadi tujuan pembelajaran.

4) Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran

44

Sholeh Hidayat, op.cit., hlm. 66 45

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran diantaranya faktor guru, faktor siswa, faktor sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.

(a) Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaiamanapun bagus dan idealnya suatu strategi itu tidak mungkin dapat diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, taktik, dan taktik pembelajaran.

(b) Faktor Siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses perkembangan dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. (c) Faktor Sarana dan Prasarana

Terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana prasarana. Pertama,

kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar.

(d) Faktor lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran yaitu: pertama,

dalam satu kelas merupakan aspek penting yang dapat memengaruhi proses pembelajaran. Kedua, faktor iklim sosial- psikologi maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal dan eksternal. 46

Dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan segala pihak untuk berkontribusi dan saling melengkapi dalam menciptakan sistem pembelajaran yang bermutu.

b. Layanan Bimbingan dan Konseling 1) Pengertian Bimbingan Konseling

Istilah Bimbingan dan Konseling, sebagaimana digunakan dalam literature professional di Indonesia, merupkan terjemahan dari kata Guidance dan Counceling dalam bahasa Inggris. Dalam kamus bahasa inggris Guidance dikaitkan dengan kata asal guide,

yang berartikan sebagai berikut: menunjukkan jalan, memimpin, menuntun, memberikan petunjuk, mengatur, mengarahkan, memberikan nasihat. Sedangkan istilah Bimbingan dalam bahasa Indonesia diberi arti yang selaras dengan arti-arti yang disebutkan diatas, akan muncul dua pengertian yang agak mendasar, yaitu (a) Memberikan informasi, (b)Mengarahkan, menuntun kesuatu tujuan.47 Melihat dari definisi diatas, bila di hubungkan dengan siswa disekolah maka dapat diketahui bimbingan merupakan pemberian layanan berupa informasi dan mengarahkan kepada siswa agar memahami diri serta dalam kegiatan belajar.

Sedangkan pendapat ahli Menurut Frank W. Miller dalam bukunya Guidance, Principle dan Services yang dikutip oleh Sofyan S. Wills, mengemukakan definisi bimbingan adalah “proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman

46Wina Sanjaya, op.cit.,

h. 197-201 47

W.S Winkel dan M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan (Yogyakarta:Media Abadi, 2004), cet. Ketiga, h. 27

diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga, dan masyarakat”.48 Berbeda dengan Miller, menurut Peters dan Shertzer mengemukakan pengertian bimbingan merupakan “proses bantuan terhadap individu agar ia memahami dirinya dan dunianya, sehingga dengan demikian ia dapat memanfaatkan potensi-potensiya”.49

Dari pendapat ahli diatas, dapat diketahui proses pemahaman individu terhadap diri dan dunianya sehingga dengan pemahaman tersebut dapat mempermudah untuk mengemukakan dan menggunakan potensi dirinya untuk kemaslahatan diri dan lingkungan.

Adapun tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar dapat:

(1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupan pada masa yang akan datang.

(2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.

(3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya.

(4) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dangan lingkugan pendidkan, masyarakat, dan ataupun lingkungan kerja.50

Tujuan dari bimbingan tersebut memberikan dampak positif dalam perkembangan siswa tersebut, maka perlu prenecanaan, program dan kegiatan yang baik dari sekolah agar tujuan dari bimbingan berjalan dengan baik.

48

Sofyan S. Willis, Konseling Individu: Teori dan Praktik, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. Ketujuh h. 13

49

Ibid., h. 14 50

Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan (Bandung: Refita Aditama, 2006) cet. Keempat, h. 8

Adapun fungsi dari bimbingan ada 7, yaitu sebagai:

(a) Pemahaman, yaitu membantu peserta didik (siswa) agara memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungan (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).

(b) Preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.

(c) Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang menfasilitasi perkembangan siswa.

(d) Perbaikan (penyembuhan), yaitu upaya pemberian bantuan kepada siswa yang mengalamai maslah.

(e) Penyaluran, fungsi bimbingan dalam membantu individu melilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.

(f) Adaptasi, yaitu fungsi membatu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu (siswa).

(g) Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidika, peraturan sekolah atau norma agama.51

Melihat dari fungsi bimbingan terlihat menitikberatkan pada Guru BK untuk dapat melakukan kegiatan, membantu dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa sebagai fasilitas

51

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Koseling (Bandung: Prgram Pascasarjana UPI dengan PT Remaja Rosdakarya, 2012) cet. Ketujuh, 16-17

dari sekolah untuk penunjang perkembanga siswa selain kegiatan belajar.

Diatas telah dijelaskan aspek dari Bimbingan. Berikut akan dijelaskan mengenai pengertian, tujuan dari Konseling.

Pendapat dari Robinson yang dikuti oleh Syamsu Yusuf dan Juntika N mengartikan konseling adalah “semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana yang seseorang yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan.52 Penjelasn ahli terebut bila dikaitkan dengan siswa disekolah maka interaksi guru BK dengan siswa untuk memecahkan masalah yang bertujuan memahami diri senidiri dan mampu berinteraksi di lingkungan masyarakat.

Ada beberapa perbedaan definisi konseling para ahli yaitu mengenai membaginya dalam beberapa kategori. Diantaranya yaitu:

“Moh. Djawad Dahlah mengklasifikasikan konseling

berdasarkan fungsinya menjadi tiga kelompok yaitu suportif, redukatif, dan rekonstruktif. Konseling juga dibedakan berdasarkan metodenya yaitu metode direktif dan non direktif. Osipow, Walsh dan Tosi: mengelompokkan konseling berdasarkan penekanan masalah yang dipecahkan yaitu penyesuaian pribadi, pendidikan, dan karir. Shertzer dan Stone: mengelompokkan konseling didasarkan pada ranah perilaku yang merupakan kepedulian, yaitu yang berorientasi pada ranah kognitif dan ranah efektif. Patterson secara lebih rinci mengelompokkan pendekatan konseling menjadi lima kelompok yaitu: pendekatan rasional, teori belajar, psikoanalitik, perceptual- fenomenologis, dan eksistensial.”53

Jadi dapat disimpulkan konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu klien agar ia mampu

52

Ibid., h. 7 53

tumbuh kearah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya.

Adapun tujuan dari konseling menurut Shertzer dan Stone menyimpulkan, bahwa yang menjadi tujuan konseling adalah: (a) Mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga

memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan. (b) Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif. (c) Penyelesaian masalah

(d) Mencapai keefektifan pribadi.

(e) Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya.54

Tujuan dari konseling terlihat sangatlah bagus apabila di terapkan dilingkungan sekolah karana sangat membantu siswa yang masih mengalami masa-masa perkembangan, sehingga mambantu perkembangan diri sendiri dan terhadap lingkungan.

Dokumen terkait