• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keunggulan Komparatif

DAFTAR LAMPIRAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Komoditi Udang Indonesia

5.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keunggulan Komparatif

Pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing komoditi udang Indonesia digunakan uji ekonometrika melalui metode regresi linear berganda. Pada hasil regresi linear berganda yang diolah dengan menggunakan Eviews 6 akan dilihat berbagai kriteria ekonometrika seperti autokorelasi, heteroskedastisitas, multikolinearitas dan normalitas.

Tabel 5.3 Hasil Regresi Pada Metode OLS

Variabel Dependen : LNDS

Variable Coefficient Prob. LNPXT 0,302767 0,0277 LNQXT 0,099302 0,6405 LNPDXT 0,143251 0,0105 LNNIT -0,229165 0,0596 C 1,547898 0,5225 R-squared 0,511530 F-statistic 3,665232 Durbin-Watson stat 1,704705 Prob (F-stat) 0,030395

Keterangan pada taraf nyata α = 10%

Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan di antara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Pengambilan kesimpulan autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson statistik pada hasil regresi yang dijelaskan pada Tabel 5.3. Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa nilai Durbin-Watson statistik sebesar 1,704705 atau mendekati nilai dua. Berdasarkan Tabel 5.3 juga diketahui hasil hipotesisnya adalah menolak H0 (H0 = ada autokorelasi) yang artinya tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi yang diperoleh. Pada asumsi heteroskedastisitas terjadi jika nilai varian dari variabel bebasnya berbeda atau ragamnya berbeda (tidak konstan). Pengujian masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji

White Heteroskedasticity Test. Pengujian ini dilakukan dengan melihat

Probability Obs* R-squared pada Lampiran 4. Berdasarkan Lampiran 4 diketahui bahwa nilai Prob. Chi-Square sebesar 0,2735 lebih besar daripada

taraf nyata α (0,2735 > 10%). Artinya tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model atau menolak hipotesis H0.

Pada multikolinearitas dideteksi dengan melihat koefisien korelasi antar variabel bebas dengan cara melihat correlation matrix. Hasil pengujian

correlation matrik dapat dilihat di Lampiran. Pada Lampiran 6 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi antara variabel QXT (volume ekspor udang) dan PDXT (Harga Input Udang) lebih besar dari 0,8 yaitu sebesar 0,859544 (0,859544 > 10%) sehingga dapat diartikan bahwa terdapat multikolinearitas di dalam model. Sedangkan pada uji normalitas dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal. Wilayah kritis penolakan HO adalah probabilitas (p-value) < α, sedangkan daerah penerimaan adalah probabilitas (p-value) > α. Adapun hasil pengujiannya dapat dilakukan dengan melihat Lampiran 7. Diketahui pada Lampiran 7 nilai probabilitas (p value) sebesar 0,601233 yang lebih besar daripada taraf nyata α = 10%. Artinya bahwa galat pada model tersebut menyebar normal atau menerima hipotesis H0 (H0 = galat menyebar normal).

Adapun pada kriteria lainnya yaitu uji F digunakan untuk menguji bagaimanakah pengaruh seluruh variabel independent atau variabel bebas terhadap variabel dependennya atau tak bebasnya. Adapun hasil pengujian untuk Uji F dapat dilihat pada Tabel 5.3. Pada Tabel 5.3 diketahui bahwa nilai probability (F statistiknya) sebesar 0,030395 yang lebih kecil daripada taraf nyata α = 10%. Artinya bahwa pada model tersebut minimal ada satu variabel independennya atau variabel bebasnya yang mempengaruhi variabel

dependennya atau variabel tak bebasnya. Selain itu dapat pula dikatakan bahwa hipotesisnya adalah menolak H0 (H0 : β1 = β2 = …. = βt = 0 atau tidak ada variabel independent yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen). Sedangkan pada Uji T disebut sebagai uji signifikansi secara parsial karena melihat signifikansi masing-masing variabel yang terdapat di dalam model. Adapun hasil pengujian pada Uji T dapat dilihat pada Tabel 5.3 Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa terdapat tiga variabel independen yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependen (DS). Variabel-variabel tersebut adalah PXT yang nilai probabilitasnya sebesar 0,0277 yang lebih kecil dari taraf nyata α = 10%, variabel PDXT yang nilai probabilitasnya sebesar 0,0105 lebih kecil dari α = 10% dan variabel NIT yang nilai variabelnya sebesar 0,0596 lebih kecil juga dari α = 10%. Sedangkan pada variabel QXT mempunyai nilai probabillitas sebesar 0,6405 yang lebih besar dari taraf nyata α = 10% sehingga tidak berpengaruh nyata atau tidak signifikan. Berarti dapat dikatakan bahwa pada variabel PXT (Harga Ekspor), PDXT (Harga input udang) dan NIT (nilai ekspor ikan tuna) berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel DS (Daya Saing). Sedangkan pada variabel QXT (volume ekspor udang) tidak signifikan atau tidak berpengaruh nyata terhadap variabel DS (Daya Saing). Pada hipotesisnya dapat dikatakan bahwa variabel-variabel tersebut menolak H0 dimana H0 : β1 = 0 dan menerima hipotesis H1 dimana H1 : βt ≠ 0 terkecuali pada variabel QXT yang berlawanan hipotesis.

Pada faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing komoditi udang Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut :

¾ Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa nilai variabel PXT (Harga Ekspor) signifikan terhadap variabel DS (Daya Saing) komoditi udang Indonesia dengan nilai probabilitas sebesar 0,0277 dan tanda koefisiennya positif 0,302767. Hal ini disebabkan karena harga ekspor pada dasarnya dihasilkan dari permintaan dan penawaran komoditi udang Indonesia di pasar internasional. Adapun tanda pada koefisien harga ekspor adalah positif sehingga apabila harga ekspor udang naik berarti terjadi kenaikan pada daya saing udang karena kenaikan harga ekspor mencerminkan tingkat kualitas komoditi udang Indonesia yang cukup tinggi sehingga daya saing komoditi udang Indonesia juga meningkat.

¾ Kemudian pada variabel berikutnya adalah variabel QXT atau volume ekspor udang Indonesia tidak signifikan terhadap daya saing komoditi udang Indonesia (DS) dengan probabilitas sebesar 0,6405. Hal ini disebabkan variabel volume ekspor tidak dapat mempengaruhi kualitas ekspor komoditi udang Indonesia sehingga tidak bisa mempengaruhi daya saing komoditi udang Indonesia (DS). Jadi meskipun terjadi peningkatan pada volume ekspor udang Indonesia tidak akan dapat meningkatkan daya saingnya tanpa adanya strategi-strategi atau manajemen pemasaran yang bagus di pasar internasional disamping karena peningkatan volume ekspor udang Indonesia yang juga tidak stabil atau tidak terjadi peningkatan secara berkesinambungan setiap tahunnya.

¾ Pada harga domestik produsen komoditi udang windu (PDXT) berpengaruh nyata atau signifikan karena probabilitasnya sebesar 0.0105 dengan tanda koefisiennya positif sebesar 0,143251. Artinya jika terjadi kenaikan pada harga domestik produsen udang Indonesia maka akan menyebabkan kenaikan pada daya saingnya. Hal ini disebabkan harga udang windu di tingkat produsen merupakan harga pembelian input perusahaan eksportir udang untuk diekspor sehingga juga menentukan harga ekspornya. Harga ekspor yang meningkat karena harga input yang meningkat akan mendorong pada peningkatan daya saing komoditi udang Indonesia.

¾ Pada nilai ekspor komoditi substitusi udang yaitu ikan tuna (NIT) berpengaruh nyata atau signifikan karena probabilitasnya sebesar 0,0596 dengan tanda koefisiennya negatif 0,229165. Ini dapat diartikan bahwa kenaikan nilai ekspor ikan tuna tidak menyebabkan kenaikan pada daya saing udang Indonesia atau bahkan mungkin menyebabkan penurunan pada daya saing udang Indonesia. Hal ini disebabkan peningkatan nilai ekspor ikan tuna dengan kualitas yang lebih bagus akan dapat menggantikan nilai ekspor komoditi udang yang kualitasnya lebih rendah dan volume ekspornya yang tidak selalu stabil serta daya saingnya juga menurun.

¾ Adapun pada persamaan regresinya yaitu : LNDS = 0,302767*LNPXT + 0,099302*LNQXT +

0,143251*LNPDXT – 0,229165*LNNIT + 1,547898

¾ Persamaan di atas memiliki arti apabila terjadi kenaikan sebesar 1% pada harga ekspor (PXT) akan meningkatkan daya saing (DS) komoditi udang Indonesia sebesar 0,30%. Kemudian apabila terjadi kenaikan sebesar 1% pada volume ekspor udang (QXT) maka akan dapat meningkatkan daya saing udang Indonesia (DS) sebesar 0,09%. Begitu pula pada variabel yang lainnya yaitu jika terjadi kenaikan sebesar 1% pada harga udang di tingkat produsen atau harga input (PDXT) maka akan menyebabkan kenaikan pada daya saing udang Indonesia (DS) sebesar 0,14%. Sedangkan jika terjadi kenaikan sebesar 1% pada nilai ekspor ikan tuna (NIT) maka akan menyebabkan penurunan pada daya saing udang Indonesia (DS) sebesar 0,229%.

Dokumen terkait