• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Udang dan Klasifikasinya

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Pengertian Udang dan Klasifikasinya

Udang merupakan hewan yang hidup di perairan, terutama laut dan danau. Umumnya udang dapat ditemukan di hampir semua genangan air yang berukuran besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman yang bervariasi, baik di dekat permukaan hingga pada beberapa ribu meter pada kedalaman atau di bawah permukaan air. Udang biasanya dijadikan makanan laut (seafood) dan juga sebagai sumberdaya laut yang sangat potensial. Selain itu udang juga merupakan salah satu hasil dari perikanan demersal yaitu perairan pantai sampai kedalaman 40 meter.

Komoditi udang biasanya dibudidayakan dalam bentuk tambak baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat domestik maupun untuk diekspor. Ada beberapa jenis udang yang bernilai tinggi untuk diekspor seperti udang vanname dan udang windu. Ada juga jenis udang yang biasanya untuk kebutuhan domestik seperti udang galah, udang karang, banana shrimp (udang pisang), udang dogol, udang jeblug serta bermacam-macam jenis udang lainnya.

Jenis udang yang sering dikonsumsi dan diolah yaitu udang yang masih bermutu baik dan laku diekspor, harus memenuhi syarat-syarat utuh, belum ada bagian-bagian yang patah atau lepas, kulit licin dan mudah meluncur diantara satu dan lainnya, warna masih asli sesuai jenisnya dan belum berubah menjadi merah muda, tidak terdapat bercak-bercak hitam (black spot) di kepala, sambungan ruas- ruas, ekor, kaki renang dan sungut, mata bulat, hitam dan bening serta bercahaya,

dagingnya masih kenyal dan manis rasanya, kulitnya kuat dan tidak mudah mengelupas, bau segar, khas sesuai ukuran seragam dan jenisnya.

Pada siklus hidupnya, udang menjadi dewasa dan hanya mampu bertelur di habitat air laut. Udang betina mampu menghasilkan telur dari 50.000 sampai 1 juta telur yang akan menetas setelah 1 hari menjadi larva (nauplius). Larva ini kemudian bermetamorfosis pada tahap kedua menjadi zoea atau benih udang (benur). Zoea hidup dengan memakan ganggang liar. Setelah itu ia bermetamoorfosis lagi selama beberapa hari menjadi mysis4. Mysis hidup dengan memakan ganggang dan zooplankton5. Kemudian pada tahap akhir, mysis akan bermetamorfosis menjadi postlarvae, yaitu udang muda yang sudah memiliki ciri- ciri hewan dewasa. Pada fase ini akan bermigrasi ke estuari, sebuah tempat yang kaya akan nutrisi dan bersalinitas rendah. Di sanalah mereka akan mengalami masa pertumbuhan menjadi udang dewasa. Setelah itu, udang dewasa akan kembali menuju perairan terbuka agar semakin dewasa. Semua proses ini menempuh waktu 12 hari dari mulai menetas. Setelah itu barulah udang mulai dibudidaya dan siap diperdagangkan yang disebut dengan benur. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat berbagai daerah yang berpotensi menghasilkan udang peneid6.

4Mysis : Tahapan kedua dari metamorphosis (perubahan daur hidup) udang.

5Zooplankton : Mikroorganisme perairan / laut yang menjadi nutrisi bagi semua biota perairan. 6Peneid : Nama keluarga (family) dari udang.

Tabel 2.1 Wilayah-Wilayah Berpotensi Penghasil Udang Peneid Wilayah Potensi (103 ton / tahun) Wilayah Potensi (103 ton / tahun) Perairan Selat Malaka 346,64 Perairan Laut Maluku, Teluk Tomini, dan Laut Seram 6,72 Perairan Laut Natuna dan Laut

Cina Selatan 116,17 Perairan Laut Sulawesi dan Laut Pasifik 214,57 Perairan Laut Jawa

dan Selat Sunda 225,48

Perairan Laut

Arafura 24,71

Perairan Laut Flores dan Selat

Makassar 437,39 Perairan Samudra Hindia 62,21 Perairan Laut Banda - Perairan Indonesia 165,69 Sumber : Kusumastanto, 2007.

2.1.1 Udang Windu (Giant Tiger Shrimp)

Pada udang windu (Giant Tiger Shrimp) merupakan jenis udang yang sudah biasa dibudidayakan dan merupakan ciri khas udang asli Indonesia. Udang windu banyak ditemukan pada hampir semua perairan Indonesia, seperti perairan laut Jawa, Selat Malaka, Laut Natuna, Laut Flores, dan lain-lain. Udang windu pertumbuhannya sangat cepat dan dapat mencapai ukuran yang besar serta bila dimasak warnanya akan berubah menjadi merah cerah yang membangkitkan selera konsumen. Walaupun ada juga yang berwarna biru atau cokelat pada tubuh aslinya. Karena itulah udang windu juga dikenal dengan sebutan Blue/Brown Tiger Prawn.

Udang windu memiliki kulit tubuh yang keras dari bahan chitin. Warna sekujur tubuhnya hijau kebiruan dengan motif loreng besar. Tubuhnya dibagi

menjadi dua, yakni bagian cephalotorax yang terdiri atas kepala dan dada serta bagian abdomen yang terdiri atas perut dan ekor. Cephalotorax dilindungi kulit

chitin yang tebal yang disebut karapas (carapace). Bagian depan kepala yang menjorok merupakan kelopak kepala yang memanjang dengan bagian pinggir bergerigi atau disebut juga dengan cucuk (rostrum). Rostrum di kepala memiliki tujuh buah gerigi di bagian atas dan tiga buah gerigi di bagian bawah dengan sepasang mata di bawah pangkal kepala. Berikut akan diuraikan klasifikasi atau tatanama udang windu di bawah ini.

Klasifikasi Tata Nama Udang Windu

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Subfilum : Crustacea Kelas : Malacostraca Ordo : Decapoda Famili : Penaeidae Genus : Penaeus

Spesies : Penaeus monodon

2.1.2 Udang Vanname (Pasific White Shrimp)

Pada udang vanname atau udang putih (Vannamei) merupakan spesies udang budidaya Indonesia yang berasal dari perairan Amerika Tengah, tepatnya pada negara-negara Amerika Tengah dan Selatan seperti Ekuador, Venezuela,

Panama, Brazil, dan Meksiko yang sudah lama membudidayakan jenis udang yang biasa disebut sebagai pacific white shrimp ini.

Udang vanname sendiri mulai masuk ke Indonesia dan dibudidayakan pada awal tahun 2000an. Dimana masuknya udang vanname ini telah kembali menggairahkan pertambakan udang Indonesia yang sempat mengalami kegagalan budidaya karena serangan hama penyakit bintik putih (white spot). Pada waktu itu penyakin bintik putih telah menyerang banyak tambak udang terutama pada udang windu baik yang dikelola secara tradisional maupun intensif meskipun telah memakai teknologi tinggi dengan fasilitas yang lengkap. Sampai saat ini udang

vanname sudah menjadi alternatif para pengusaha tambak udang untuk meningkatkan produktivitasnya. Di daerah Lampung misalnya mulai banyak para pengusaha tambak udang baik tradisional maupun semi intensif yang beralih pada udang Pasifik putih ini7.

Tubuh udang vanname dibentuk oleh dua cabang yaitu bagian luar tubuh udang (exopodite) dan bagian dalam tubuh udang (endopodite). Pada bagian kepala udang vanname terdiri dari antenulla (sungut awal sebagai indera perasa),

antenna (sungut kedua sebagai sensor), mandibula (rahang atas), dan dua pasang

maxillae (rahang bawah). Selain itu juga bagian kepalanya juga dilengkapi 3 pasang maxilliped (organ makan di dekat maxilla) dan 5 pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada peripoda bentuknya beruas-ruas yang berujung di bagian dactylus (bagian ujung kaki udang). Dactylus ada yang

7 Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Papua. 2008. “DKP Pacu Produksi Udang Nasional”.

berbentuk capit (tiga kaki di bagian belakang) sedangkan tanpa capit (dua kaki di bagian depan). Pada bagian perut (abdomen) terdiri dari enam ruas yang terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas dengan nama telson. Berikut akan dijelaskan klasifikasi taksonomi udang

vanname.

Klasifikasi Tata Nama Udang Vanname

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Subfilum : Crustacea Kelas : Malacostraca Ordo : Decapoda Famili : Penaeidae Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Dokumen terkait