A. Penegakan Hukum
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Penegakan hukum tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan faktor-faktor yang mendasari hukum tersebut ditaati, banyak pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli bagaimana hukum itu dapat efektif apabila ditegakkan, seperti pandangan dari Selo Soemardjan yaitu:
a. Usaha-usaha menanamkan hukum di dalam masyarakat, yaitu Pembinaan tenaga manusia, alat-alat, organisasi dan metode warga-warga masyarakat mengetahui, menghargai, mengakui dan menaati hukum.
b. Reaksi masyarakat yang didasarkan pada sistem nilai-nilai yang berlaku. Artinya masyarakat mungkin menolak atau menentang kepentingan mereka.
c. Jangka waktu menanamkan hukum, yaitu panjang pendeknya jangka waktu di mana usaha-usaha menanamkan hukum itu dilakukan dan diharapkan memberikan hasil.44
Dalam pandangan lain penegakan hukum terletak pada kepatuhan hukum. Dalam kaitan ini perlu diupayakan agar warga masyarakat mematuhi hukum tanpa menggunakan paksaan atau kekerasan. Upaya yang dilakukan antara lain pembinaan kesadaran hukum. Penegakan hukum menghadapi banyak kendala karena berbagai faktor baik yuridis, politis, ekonomi, sosial, dan budaya. Menurut Soekanto, faktor yang mempengaruhi dan menjadi tolak ukur penegakan hukum adalah;
a. Faktor hukum itu sendiri;
b. Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum;
c. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
44Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Malang: UMM Press 2004), hlm 9.
d. Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan;
e. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang didasarkan pada rasa manusia di dalam pergaulan hidup.45
Sebagai salah satu faktor pendukung efektivitas penegakan hukum, hendaknya hukum mencerminkan nilai-nilai yang tumbuh dalam masyarakat.
Artinya proses pembuatan hukum khususnya hukum tertulis atau undang-undang harus memperhatikan aspirasi masyarakat. Substansi hukum yang demikian akan mudah di implementasikan oleh masyarakat sehingga penegakannyapun relatif efektif. Dalam penegakan hukum faktor penegak hukum tidak dapat diabaikan, Penegak hukum mencakup mereka yang bertugas dibidang kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kepengacaraan, dan pemasyarakatan. Secara sosiologis setiap penegak hukum mempunyai kedudukan dan peranan. Kedudukan merupakan posisi tertentu dalam sturuktur kemasyarakatan yang tinggi, sedang atau rendah. Kedudukan adalah suatu wadah yang isinya adalah hak dan kewajiban tertentu, hak dan kewajiban tadi merupakan peranan, oleh sebab itu seseorang yang mempunyai kedudukan lazimnya pemegang peranan.46
Penegak hukum sebagai panutan masyarakat hendaknya mempunyai kemampuan tertentu sesuai aspirasi masyarakat, mereka harus mampu berkomunikasi dan mendapatkan pengertian masyarakat sasaran disamping mampu menjalankan peran yang bisa diterima masyarakat. Selain itu penegak hukum dapat memanfaatkan unsur tradisional guna membutuhkan kegairahan partisipasi masyarakat. Penegak hukum harus memilih waktu dan lingkungan yang tepat dalam usaha memperkenalkan norma atau kaidah hukum baru. Dalam
45Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta:
CV. Rajawali 1983), hlm, 4.
46Mahfud, Moh. M, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1998), hlm. 216.
32
melaksanakan perannya penegak hukum menghadapi kendala internal (berasal dari dirinya sendiri) maupun eskternal (lingkungan).47 Ada beberapa kendala yang menyebabkan penegakan hukum yang kurang baik dari penegak hukum itu yaitu;
a. Keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak lain dengan siapa ia berinteraksi;
b. Tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi;
c. Kegeraihan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan sehingga sulit sekali untuk membuat suatu proyeksi;
d. Belum adanya kemampuan untuk menunda pemuasan suatu kebutuhan tertentu terutama kebutuhan materil;
e. Kurangnya daya inovatif.48
Dalam hal ini Soejono Sukanto Menjelaskan bahwa penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah-kaidah hukum, tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi.49 Bedasarkan penjelasan tersebut bahwa masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya yang mempunyai arti netral sehingga dampak positif dan negatif nya terletak pada faktor-faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum yaitu;50
a. Faktor Undang-undang.
Undang-undang menurut Soejono Soekanto diartikan dalam arti material yaitu peraturan terlulis yang berlaku secara umum dan dibuat oleh penguasa
47Johan Jasin, Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia di Era Otonomi Daerah, Cetakan Pertama, (Yogyakarta Budi Utama 2019), hlm 60-61.
48Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, hlm 21-22.
49Moh.Hatta, Sistem Peradilan Pidana Terpadu, Cetakan Pertama, (Yogyakarta Galangpress 2008), hlm 54-55.
50Johan Jasin, Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia di Era Otonomi Daerah, hlm 59-60
maupun daerah yang sah.51 Hukum berkarakter responsif bersifat aspiratif artinya memuat materi-materi yang secara umum sesuai dengan kehendak masyarakat yang dilayani nya. Sehingga hukum itu dapat dipandang sebagai kristalisasi dari kehendak rakyat. Kemudian hukum itu selain sebagai kaedah adalah juga kehendak kemasyarakatan, artinya hukum tidak terpisah dari masyarakat. Hukum tumbuh berkembang dan juga berubah mengikuti dan bersama-sama tumbuh merubah masyarakat.52
Dalam praktek yang terjadi selama ini dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan peran masyarakat masih bersifat persial dan simbolis. Artinya dapat dikatakan bahwa sudah bukan rahasia umum bahwa banyak peraturan daerah yang terbit dengan tidak didahului proses penelitian, walaupun akhirnya secara tiba-tiba memiliki naskah akademik. Sementara di dalam tahap perencanaan pembahasan dilakukan oleh unit kerja dinas pemerintah atau pansus dari DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Meskipun pada tahap ini kemungkinan melibatkan akademisi atau pakar-pakar yang berkompeten dibindangnya. Namun dalam ralitanya masyarakat umum berkepentingan tidak memiliki pintu masuk untuk ikut serta di dalamnya.
Sementara rakyat yang tidak puas, harus cukup puas dengan meneriakkan aspirasinya dan kepentingannya dengan cara demo dan unjuk rasa yang tidak pernah efektif.53
b. Faktor penegak hukum
Masalah utama penegakan hukum itu di Negara-negara berkembang khususnya Indonesia bukanlah pada sistem hukum itu sendiri, melainkan pada
51Yon Artiono Arba’i, Aku Menolak Hukuman Mati (Telaah Atas Penerapan Pidana Mati), (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia 30 April 2012), hlm 93.
52Dayanto, Asma Karim, Peraturan Daerah Responsif, (Fondasi Teoritik dan Pedoman Pembentukannya.(Yogyakarta: Deepublish Budi Utama November 2015), hlm 144.
53Dayanto, Asma Karim, Peraturan Daerah Responsif, (Fondasi Teoritik dan Pedoman Pembentukannya, hlm 144-145.
34
manusia yang menjalankan hukum (penegak hukum).54Akan tetapi dalam hal ini, lemahnya mentalitas aparat penegak hukum mengakibatkan penegakan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya. Banyak faktor yang mempengaruhi lemahnya mentalitas aparat penegak hukum diantaranya lemahnya pemahaman agama, ekonomi, proses rekruitmen yang tidak transparan dan akuntabel dan lain sebagainya. Taverne pernah mengungkapkan;
“berikanlah saya seorang jaksa yang jujur dan cerdas, berikanlah saya seorang hakim yang jujur dan cerdas, maka dengan undang-undang paling buruk pun, saya akan menghasilkan putusan yang adil”.55 Sehingga hal ini dapat dipertegas bahwa faktor penegak hukum memainkan peran penting dalam memfungsikan hukum. Kalau peraturannya sudah baik, akan tetapi kualitas penegak hukum rendah maka akan ada masalah. Demikian juga, apabila peraturannya buruk sedangkan kualitas penegak hukum baik, kemungkinan muncul masalah juga masih terbuka.56
c. Faktor sarana atau fasilitas
Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan seterusnya. Kalau hal itu tidak terpenuhi maka penegakan hukum mustahil mencapai pada tujuannya.57
54Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan, (Jakarta: Kencana 2010), hlm 6.
55Kelik Pramudya dan Ananto Widiatmoko, Pedoman Etika Profesi Aparat Hukum Hakim, Jaksa, Polisi, Notaris, dan Advokat, (Jakarta: PT. Suka Buku 2010), hlm 34.
56Lihat, Muhammad Kamal, Human Trafficking, Penanggulangan Tindak Pidana Manuisa, (Makassar: Social Politic Genus (SIGn) 3 Oktober 2019), hlm, 64-65
57Muhammad Kamal, Human Trafficking, Penanggulangan Tindak Pidana Manuisa, hlm 66-67.
d. Faktor masyarakat
Yakni masyarakat di lingkungan hukum tersebut berlaku atau diterapkan.
Maksudnya warga masyarakat harus mengetahui dan memahami hukum yang berlaku, serta menaati hukum yang berlaku dengan penuh kesadaran akan penting dan perlunya hukum bagi masyarakat.58 Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian didalam masyarakat. Oleh karena itu dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut. Penegakan hukum bukanlah merupakan suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan mempunyai hubungan timbal balik yang erat dengan masyarakat.59 Dalam hal ini masalahnya perlu adanya pemerataan mengenai peraturan-peraturan keseluruhan lapisan masyarakat, selama ini kendala faktor komunikasi maupun jarak banyak daerah yang terpencil kurang mengetahui akan hukum positif Negara ini. Sehingga sosialisasi penyeluhan di daerah terpencil sangat dibutuhkan, berbeda dengan daerah kondisi perkotaan yang selalu up date berkaitan dengan isu-isu strategis yang masih hangat.60
e. Faktor kebudayaan
Dimaksudkan di sini adalah nilai-nilai yang di pandang baik oleh warga masyarakat yang ditujukan aturan. Artinya apakah hukum yang diberlakukan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Jika sesuai, maka masyarakat dengan sistem nilai tentang yang baik yang dianut nya dengan jalinan sistem nilai sosial lainnya, akan mematuhi hukum dengan baik, namun bila tidak sesuai, maka dapat berdampak sebaliknya.61
58Lihat Harun, Nuria Siswi, dkk, Hukum Administrasi Negara di Era Citizen Friendly, Cet-1, (Surakarta: Muhammadiyah University Press Oktober 2018), hlm 186.
59Iskandar, Konsepsi Intelektual Dalam Memahami Ilmu Hukum Indonesia, (Yogyakarta: Andi OffSet 2016), hlm 114.
60Lihat Laurensius Arliman S, Penegakan Hukum Dan Kesadaran Masyarakat, Cet-1, (Yogyakarta: Deepublish Desember 2015), hlm 44-64.
61Selle, Urgensi Kemandirian Kekuasaan Kehakiman, (Makassar: Social Politic Genius, 2018), hlm 61.
36
Pendepat lain yang sering ditemukan untuk mengkaji faktor-faktor penegakan hukum yaitu pendapat Lawrance M. Friedman, lebih jelasnya Friedman membagi komponen penyusun dalam penegakan hukum sebagai berikut:
a. Komponen Sturuktural, yaitu bagian yang bergerak di dalam mekanisme, misalnya di dalam lembaga peradilan sturukturnya membedakan pengadilan umum, pengadilan administrasi, pengadilan agama, dan peradilan militer, dengan pembagian kompentensi masing-masing. Komponen sturuktural ini diharapkan untuk melihat bangaimana hukum itu memberikan pelayan terhadap penggerapan bahan-bahan hukum secara teratur.
b. Komponen Substansi, adalah ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan hukum, yang tertulis dan tidak tertulis. Setiap keputusan adalah produk substansi dari sistem hukum, misalnya setiap keputusan yang mengandung doktrin, keputusan pengadilan, peraturan perundang-undangan dan keputusan yang dikeluarkan oleh badan-badan pemerintah.
c. Komponen Kultur. Yang terdiri dari nilai-nilai, sikap-sikap yang melekat dalam budaya bangsa. Nilai-nilai yang ada dalam masyarakat itulah yang dipakai untuk menjelaskan apakah atau mengapa orang menggunakan proses-proses hukum hukum untuk menyelesaikan sengketa dan perkaranya.62
Dari hal diatas dapat dipahami bahwa faktor-faktor penegakan hukum timbul akibat dari aturan, penegak hukum, fasilitas, masyarakat dan budaya.
Apabila hal ini tidak dapat berjalan dengan baik maka faktor penghambat penegakan hukum semakin terbuka dan menjadi salah satu penyebab buruknya sistem hukum yang berlaku di suatu Negara. Apabila faktor ini di perhatikan
62Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, hlm 15.
dengan baik, baik dari segi elemen masyarakat maupun pemerintah maka faktor-faktor penghambat penegakan hukum semakin tertutup.