B. Main Hakim Sendiri
1. Pengertian Main Hakim Sendiri (Eigenrichting)
Mengenai pengertian tindakan main hakim sendiri yang dimaksud dengan eigenrichting merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yang berarti tindakan main hakim sendiri. Istilah dari eigenrichting sendiri banyak digunakan pada karya-karya atau penulisan ilmiah yang menyangkut dengan tindakan main hakim sendiri. Namun jika diartikan tindakan main hakim sendiri yaitu mengambil hak tanpa mengindahkan hukum, tanpa pengetahuan aparatur pemerintah, dan tanpa penggunaan alat kekuasaan pemerintah. Selain itu main hakim sendiri juga diartikan sebagai tindakan untuk menghukum suatu pihak tanpa melewati proses yang sesuai dengan hukum.63
Perbuatan main hakim sendiri sering marak terjadi diwilayah hukum Republik Indonesia, hal ini merupakan bentuk pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat serta tipisnya kepercayaan masyarakat terhadap keadilan dan hukum yang selama ini mereka rasakan. Perbuatan main hakim sendiri sebagai bentuk respon masyarakat terhadap gejala sosial yang terjadi disekitarnya sehingga menimbulkan perbuatan yang diluar dari harapan hukum dan ketentuan hukum.64
Pada umumnya perbuatan ini tidak dilakukannya sendirian, dilakukan bersama-bersama dan dalam keadaan yang tidak terencana, untuk perbuatan main hakim sendiri yang disebabkan oleh dugaan tindak pidana pencurian dan sebagainya yang dilakukan oleh korban. Waulaupun terdapat main hakim sendiri yang bersifat pribadi seperti memukul langsung secara melawan hukum
63Andi Hamzah, Kamus Hukum, hlm 167.
64Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Yogyakarta: Liberty 2010), hlm 3-4.
38
orang yang telah mengambil barang kita, dan perbuatan tersebut dilakukan dengan sendiri tidak bersama-sama.
Main hakim sendiri dalam kamus bahasa Indonesia adalah menghakimi orang lain tanpa memperdulikan hukum yang ada (biasanya dilakukan dengan pemukulan, penyiksaan, pembakaran, dan lain sebagaimana). Menurut Andi Hamzah dalam bukunya Terminologi hukum pidana, menyatakan bahwa main hakim sendiri (eigenrichting) adalah perbuatan melakukan sewenang-wenang terhadap seseorang (pelaku delik) tanpa melalui prosedur hukum, misalnya, penganiayaan pelaku pencurian yang tertangkap tangan oleh warga (massa), pembakaran rumah-rumah penganut Ahmidiyah dan sebagainya.
Kemudian dalam bahasa internasional istilah dari tindakan main hakim sendiri ini disebut dengan Street Justice yang bermakna “keadilan jalanan”.
Keadilan jalanan dimaknai sebagai tindakan kekerasan yang cenderung berupa pelaku kolektif (massa) yang melakukan praktek main hakim sendiri kepada pelaku kejahatan yang tertangkap tangan.65 Menurut kajian hukum pidana internasional street justice dilakukan oleh sekelompok masyarakat tertentu dengan beralasan bahwa tindakan yang mereka lakukan merupakan tindakan untuk membuat para kriminal menjadi jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.66
Menurut Sudikno Mertokusmo main hakim sendiri merupakan tindakan untuk melaksanakan hak menurut kehendaknya sendiri yang bersifat sewenang-wenang tanpa persetujuan dari pihak yang berkepentingan sehingga akan menimbulkan kerugian. Pihak yang berkepentingan yang dimaksud oleh Sudikno merupakan punguasa dalam hal ini diwakili oleh Kepolisian dan diterukan dengan sistem Peradilan yang berlaku, akan tetapi sebelum masuk ke
65Stephen Kheni Welly, Street Justice Masyarakat Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian Di Kota Pontianak, Universitas Tanjungpura Fakultas Hukum, Pontianak 2014, hlm 7.
66Achmad Ali, Keterpurukan Hukum di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia 2002), hlm 63.
Kepolisian tindakan tersebut sudah dilakukan oleh sekelompok masyarakat.
Kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut berdampak kesemua pihak baik hukum, penegak hukum maupun masyarakat itu sendiri.67
Dalam artikel nya Fitriarti memaparkan bahwa penyebab main hakim sendiri adalah kurangnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada aparat penegak hukum, masyarakat beranggapan bahwa bila pelaku kejahatan langsung diserahkan kepada Kepolisian maka kemungkinan besar, pelaku akan kembali mengulangi perbuatannya dikemudian hari. Menurutnya kepercayaan tersebut menunjukkan rendahnya kemampuan polisi untuk mencegah tindakan main hakim sendiri.68
Hukum sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan masyarakat serta memberikan solusi penyelesaian sengketa kepada masyarakat dan memelihara hubungan antar masyarakat. Namun dalam hal pelaksanaan sering distorsi baik yang terjadi dalam aparat penegak hukum maupun yang terjadi di dalam masyarakat. Berkaitan dengan fungsi hukum ini, agar hukum dapat bekerja sesuai dengan fungsinya maka masyarakat harus tergerak untuk menyerahkan konflik-konflik yang dihadapkannya kepada hukum.69
Emile Durkheim dalam teorinya membedakan masyarakat dalam dua jenis yang dikutip oleh Fitriarti yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik.
Solidaritas mekanik ditandai oleh pembagian kerja yang rendah, kesadaran kolektif yang kuat, individualisme rendah, hukum yang bersifat represif sangat dominan, keterlibatan masyarakat dalam menghukum orang sangat besar, dan bersifat primitif dan pedesaan. Bahwa dalam kategori ini pemberian hukum
67Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Yogyakarta: Liberty 2020), hlm 5.
68Fitriarti, Perbuatan Main Hakim Sendiri Dalam Kajian Kriminologi dan Sosiologi, Masalah Masalah Hukum, Jilid 41, hlm 164.
69Wartiningsih, Tindakan Main Hakim Sendiri (Eigenrichting) Dalam Terjadinya Pencurian Sapi Di Madura, Rechtidee, Vol. 12, hlm 175.
40
dilakukan tanpa harus mencerminkan pertimbangan rasional yang mendalam mengenai jumlah kerugian secara objektif yang menimpa masyarakat dan juga bukan merupakan pertimbangan yang diberikan untuk menyesuaikan hukum dengan kejahatannya, hukuman tersebut cenderung mencerminkan dan menyatakan kemarahan kolektif.
Sedangkan solidaritas organik ditandai dengan pembagian kerja yang tinggi, kesadaran kolektif rendah, hukum yang sifatnya restitutif lebih dominan, individualis tinggi, dan penerapan hukum adalam solidaritas organik ini lebih bertujuan untuk memulihkan prilaku masyarakat agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Bedasarkan teori yang dikemukakan oleh Durkheim mengenai solidaritas sosial bahwa tindakan main hakim sendiri dapat dikategorikan sebagai karakteristik solidaritas mekanik. Dalam teori sosiologi perbuatan main hakim sendiri disebut sebagai anomie yaitu suatu keadaan dimana nilai-nilai dan norma-norma semakin tidak jelas lagi kehilangan relevansinya. Dalam hal ini nilai-nilai yang harusnya dipegang erat oleh Negara yang menjunjung tinggi hukum harus diabaikan, tidak sesuai antara masyarakat dengan penegak hukum.
Kerugian yang ditimbulkan dari perbuatan main hakim sendiri mencoreng kepastian hukum, kemanfaatan hukum serta keadilan hukum, dan pada penegak hukum kerugian yang ditimbulkan menambah ketidakpercayaan masyarakat terhadap para penegak hukum untuk melakukan tugasnya. Dalam masyarakat sendiri hal ini dapat menimbulkan kerancuan dalam bertindak apabila terjadi kejahatan didalam masyarakat.
Dengan demikian seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa tindakan main hakim sendiri merupakan tindakan yang tidak berpijak kepada hukum yang berlaku. Dimana tindakan main hakim sendiri itu dilakukan memiliki unsur-unsur kekerasan sehingga timbulnya dampak kerugian bagi setiap korban
tindakan main hakim sendiri, dan juga tindakan main hakim sendiri merupakan nilai-nilai yang bertentangan dengan hukum adat istiadat masyarakat.
2. Perbuatan dan Pertanggungjawaban Tindakan Main Hakim