1. Polresta Banda Aceh dan beserta wilayah hukum nya selalu diharapkan menjalankan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh perundang-undangan, kemudian selalu mengedepankan hak asasi manusia karena hal ini sangat mempengaruhi pandangan hukum baik kepada masyarakat maupun kepada aparat kepolisian saat menjalankan tugas, dan juga harus mencerminkan sikap yang baik sebagaimana terdapat dalam kode etik kepolisian dalam menjalankan tugasnya dibidang penyelidikan dan penyidikan serta memiliki kemampuan bertanggungjawab yang tinggi terhadap keamanan wilayah hukumnya.
2. Polresta Banda Aceh sebagai sarana pelaksanaan penegakan hukum, dalam tugas dan wewenang yang diberikan oleh perundang-undangan yang berlaku setiap tugas yang diberikan kepadanya harus bertindak sesuai dengan prosedural hukum, untuk menertibkan, mengamankan, dan menyelesaikan permasalahan hukum dengan baik dan penuh rasa tanggungjawab.
3. Masyarakat diharapkan harus memiliki tingkat kesadaran hukum yang baik, untuk menimbulkan suatu kesadaran hukum yang baik maka perlulah peran penegak hukum, tokoh masyarakat, dan para ahli, untuk menyampaikan kepada masyarakat agar lebih bijaksana dalam melakukan suatu tindakan agar terhindar dari perbuatan melawan hukum.
77
Daftar Pustaka
Anggoro, Toha, M. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Asyadie Zaeni, Rahman Arif. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2003.
Artiono Yon, Arba’i. Aku Menolak Hukuman Mati (Telaah Atas Penerapan Pidana Mati). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 30 April 2012.
Arief Nawawi. Barda. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan. Jakarta:
Kencana, 2010.
Ali Achmad. Keterpurukan Hukum di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
Ali Makhrus. Dasar-Dasar Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Airman Rasyid, Raghib Fahmi. Hukum Pidana. Malang: Setara Press, 2015.
Arrasjid Chainur. Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2008 Abbas Syahrizal. Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan
Hukum Internasional. 5. Edisi Pertama Cetakan 1. Pranada Media, 1 Januari 2017.
Arliman Laurensius, S. Penegakan Hukum Dan Kesadaran Masyarakat, Cet-1. Yogyakarta: Deepublish Desember 2015
78
Burke Peter. Sejarah dan Teori Sosial edisi kedua. Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015.
Chazawi Adami. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2. Jakarta:
RajaGrafindo, 2002.
Dzulkifli, Jimmy. Kamus Hukum. Surabaya: Grahamdia Press, 2012.
Danim Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002.
Dayanto, Karim Asma. Peraturan Daerah Responsif. (Fondasi Teoritik dan Pedoman Pembentukannya. Yogyakarta: Deepublish Budi Utama, November 2015.
Dasly Vudy, Brigadir Polsek Lhong Raya, (Banda Aceh: 23 November 2020).
Gunadi Ismu, Efendi Joenedi. Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana. Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri Kencana, 2014.
Hamzah Andi. Kamus Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia 1996.
Harahap Yahya. Pembahasan dan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyelidikan dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Hamzah Andi. Hukum Acara Pidana. Jakarta: Sinar Grafika Cetakan 2006.
Hamzah Andi. Delik-Delik Tertentu (Spesiale Delicten) Dalam KUHP.
Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Hierarji Eddy, O.S. Prinsip-Prinsip Hukum Pidana. Yogyakarta: Atma Jaya, 2016.
Handoko Duwi. Asas-Asas Hukum Pidana Dan Hukum Panitensier Di Indonesia. Cetakan Pertama, Penerbit Hawa dan AhwaPekanbaru: November, 2017.
Hatta, Moh. Sistem Peradilan Pidana Terpadu. Yogyakarta:
Galangpress, 2008.
Iskandar. Konsepsi Intelektual Dalam Memahami Ilmu Hukum Indonesia. Yogyakarta: Andi OffSet, 2016.
Jasin Johan. Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia di Era Otonomi Daerah. Cetakan Pertama, Yogyakarta Budi Utama, 2019.
Koentjaraningrat. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia 1981.
Kamal Muhammad. Human Trafficking, Penanggulangan Tindak Pidana Manuisa. Makassar: Social Politic Genus (SIGn), 3 Oktober 2019.
Lamintang, Lamitang Theo. Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana dan Yurisprudensi. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Lamintang, Samosir Djisman. Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Sinar Baru, 1983.
Mutaqin. Bait-Bait Opini Dari Anak Negeri. Cetakan Pertama, Sukabumi: CV Jejak, Jawa Barat, 2018.
Moh.Mahfud, M. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1998
Mertokusumo Sudikno. Hukum Acara Pidana Indonesia. Yogyakarta:
Liberty 2010.
Muhammad Ruslan. Sistem Peradilan Pidana Indonesia. Yogyakarta:
UII Press, 2011.
Marda Pythares Clara, Penyidik Polsek Ingin Jaya, (Aceh Besar: 18 November 2020)
Penggabean, H.P. Buku Ajar Klinis Hukum Dalam Sistem Hukum dan Peradilan. Bandung: PT. Alumni, 2011.
80
Pramudya Kelik dan Widiatmoko Ananto, Pedoman Etika Profesi Aparat Hukum Hakim, Jaksa, Polisi, Notaris, dan Advokat, Jakarta: PT.
Suka Buku, 2010.
Sunaryo Sidik. Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana. Malang: UMM Press, 2004.
Soeroso, R. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta Sinar Grafika Jakarta, 2011.
Soekanto Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia UI-Press, 2014.
Soejono. Kejahatan Dan Penegakan Hukum Di Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta, 1995.
Shant Dellyana. Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty, 1998.
Rahardjo Satjipto. Hukum Progresif,. Yogyakarta: Genta Publishing, 2009.
Reza Deki, Penyidik Polresta Banda Aceh, (Banda Aceh: 17 November 2020)
Soekanto Soerjono. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta: CV. Rajawali, 1983.
Siswi Nuria Harun. Dkk. Hukum Administrasi Negara di Era Citizen Friendly. Cet-1, Surakarta: Muhammadiyah University Press, Oktober 2018.
Selle. Urgensi Kemandirian Kekuasaan Kehakiman. Makassar: Social Politic Genius, 2018.
Shaleh Roeslan. Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Pidana.
Jakarta: Aksara Baru. 1983.
Syahputra Agus, Penyidik Polresta Banda Aceh, (Banda Aceh: 22 Oktober 2020).
Tongat. Hukum Pidana Materil: Tinjauwan Atas Tindak Pidana Terhadap Subjek Hukum Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakrta: Djambtana, 2003.
KARYA ILMIAH
Amrullah, Khasan, M. Tinjauwan Hukum Islam Terhadap Main Hakim Sendiri Bagi Pelaku Tindak Pidana Pencurian”. Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2011.
Aima. Tindakan Main Hakim Sendiri Terhadap Pelaku Pencurian Yang Mengakibatkan Kematian Perspektif Hukum Islam dan KUHP”.
Mazhab dan Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, 2017.
Fitriarti. Perbuatan Main Hakim Sendiri Dalam Kajian Kriminologi dan Sosiologi, Masalah Masalah Hukum. Jilid 41.
Prabowo Purdianto, Farhan Thariq. Pendapat Masyarakat Terhadap Perbuatan Main Hakim Sendiri (Eigenrichting). Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017.
Welly Kheni, Stephen. Street Justice Masyarakat Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian Di Kota Pontianak, Universitas Tanjungpura Fakultas Hukum, Pontianak, 2014.
Wartiningsih. Tindakan Main Hakim Sendiri (Eigenrichting) Dalam Terjadinya Pencurian Sapi Di Madura. Rechtidee, Vol. 12.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian.
Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan.
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
PERMA No. 2 Tahun 2012 Tentang Penyelesaian Batasan Tindak Pidana Ringan (Tipiring) Dan Jumlah Denda Dalam KUHP.
82
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) WEB
https://aceh.antaranews.com/berita/94626/maling-kambing-diamuk-warga-dan-sepedanya-dibakar-di-aceh-utara
https://aceh.tribunnews.com/2020/04/18/kasus-amuk-massa-dua-pria- asal-medan-yang-mencuri-di-pasar-lambaro-aceh-besar-seorang-dibebaskan
https://www.ajnn.net/news/maling-babak-belur-diamuk-massa-di-lamgugop/index.html
https://www.tribunnews.com/regional/2011/02/25/dua-komplotan-pencuri-tewas-diamuk-massa
https://aceh.tribunnews.com/2020/04/13/ini-kronologi-kasus-dua-pencuri-yang-diamuk-massa-di-pasar-lambaro-aceh-besar http://repository.unpas.ac.id/34505/2/J.%20BAB%20II
http://mafiadoc.com/penegakan-hukum-jimly-asshiddiqie.
83
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama/NIM : Muhammad Fadhil/160106021
Tempat/Tgl. Lahir : Desa Drien Rampak, Kec. Johan Pahlawan, Kab. Aceh Barat, Kota Meulaboh, Provinsi Aceh / 29 Juli 1998.
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Kebangsaan/suku : Indonseia/Aceh
Status : Belum Kawin
Alamat : Jln. BKKBN, No 303, Gampong Drien Rampak, Kec.
Johan Pahlawan, Kab/Kota, Aceh Barat/Meulaboh, Prov.
Aceh, Negara Indonesia.
Orang Tua
Nama Ayah : Drs. Zulfikar (Alm) Nama Ibu : Dra. Rafidah
Alamat : Jln. BKKBN, No 303, Gampong Drien Rampak, Kec.
Johan Pahlawan, Kab/Kota, Aceh Barat/Meulaboh, Prov.
Aceh, Negara Indonesia.
Pendidikan
SD/MI : SD Negeri 14 Meulaboh SMP/MTs : SMP Negeri 2 Meulaboh SMA/MA : SMA Negeri 1 Meulaboh
PT : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Demikian Riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Banda Aceh, Kamis 3 Juni 2021 Penulis
Muhammad Fadhil
84 LAMPIRAN Lampiran 1 : SK Penetapan Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 : Surat Permohonan Melakukan Penelitian
86
Lampiran 3 : Daftar Informan dan Responden DAFTAR INFORMAN DAN RESPONDEN
Judul Penelitian : PENYELESAIAN TINDAKAN MAIN HAKIM SENDIRI (EIGENRIHCTING) TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DI DALAM MASYARAKAT KOTA BANDA ACEH
Nama Peneliti/NIM : Muhammad Fadhil/160106021
Institusi Peneliti : Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syari’ah dan Pekerjaan : Polisi (Kasubnit II Unit IDIK I)
Alamat : Darussalam, Banda Aceh Pekerjaan : Brig Polisi (Kasi Polsek Lhong
Raya)
Alamat : Blang Oi, Banda Aceh
Lampiran 4 : Surat Pernyataan Kesediaan Melakukan Wawancara SURAT PERNYATAAN
KESEDIAAN DIWAWANCARAI Saya yang bertanda tangan dibawah ini;
Nama : Agus Syahputra, S.Sos
Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh 14 Juni 1982
No KTP : 1106081406820001
Alamat : Desa Lam Lumpu Ke. Peukan Bada Peran Dalam Penelitian : Narasumber
Menyatakan bersedia untuk diwawancarai untuk penelitian/skripsi dengan judul; “PENYELESAIAN TINDAKAN MAIN HAKIM SENDIRI (EIGENRICHTING) TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DI DALAM MASYARAKAT KOTA BANDA ACEH.”
Dengan demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, tanpa ada paksaan dan keadaan sehat jasmani maupun rohani. Hendaknya pernyataan ini dapat diperlukan sebagai syarat pemenuhan etika penelitian.
88
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN DIWAWANCARAI Saya yang bertanda tangan dibawah ini;
Nama : Deki Reza F, S.H
Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh 27 Desember 1985
No KTP : 1171012712850004
Alamat : Darussalam Banda Aceh
Peran Dalam Penelitian : Narasumber
Menyatakan bersedia untuk diwawancarai untuk penelitian/skripsi dengan judul; “PENYELESAIAN TINDAKAN MAIN HAKIM SENDIRI (EIGENRICHTING) TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DI DALAM MASYARAKAT KOTA BANDA ACEH.”
Dengan demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, tanpa ada paksaan dan keadaan sehat jasmani maupun rohani. Hendaknya pernyataan ini dapat diperlukan sebagai syarat pemenuhan etika penelitian.
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN DIWAWANCARAI Saya yang bertanda tangan dibawah ini;
Nama : Clara Pythares Marda, S.H
Tempat/Tanggal Lahir : Mata Pura 1 Desember 1996
No KTP : 1601080112960003
Alamat : Bathoh Banda Aceh
Peran Dalam Penelitian : Narasumber
Menyatakan bersedia untuk diwawancarai untuk penelitian/skripsi dengan judul; “PENYELESAIAN TINDAKAN MAIN HAKIM SENDIRI (EIGENRICHTING) TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DI DALAM MASYARAKAT KOTA BANDA ACEH.”
Dengan demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, tanpa ada paksaan dan keadaan sehat jasmani maupun rohani. Hendaknya pernyataan ini dapat diperlukan sebagai syarat pemenuhan etika penelitian.
90
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN DIWAWANCARAI Saya yang bertanda tangan dibawah ini;
Nama : Vudy Dasly
Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh 26 Juni 1986
No KTP : 1171072606860001
Alamat : Blang Oi Banda Aceh
Peran Dalam Penelitian : Narasumber
Menyatakan bersedia untuk diwawancarai untuk penelitian/skripsi dengan judul; “PENYELESAIAN TINDAKAN MAIN HAKIM SENDIRI (EIGENRICHTING) TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DI DALAM MASYARAKAT KOTA BANDA ACEH.”
Dengan demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, tanpa ada paksaan dan keadaan sehat jasmani maupun rohani. Hendaknya pernyataan ini dapat diperlukan sebagai syarat pemenuhan etika penelitian.
Lampiran 5 : Protokol Wawancara
INTERVIEW PROTOCOL (Adaptep From Creswell, 2008)
PROJECT: PENYELESAIAN TINDAKAN MAIN HAKIM SENDIRI (EIGENRICHTING) TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DI DALAM MASYARAKAT KOTA BANDA ACEH
Waktu Wawancara : 11:51 WIB
Tanggal : Selasa 2 Maret 2021
Tempat : Polresta Banda Aceh
Pewawancara : Muhammad Fadhil
Narasumber : Agus Syahputra, S.Sos
Jabatan Narasumber : KASUBNIT I Unit V Sat. Reskrim Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Agus Syahputra, S.Sos
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Banda Aceh 14 Juni 1982
Alamat : Desa Lam Lumpu Banda Aceh
Dengan ini menyatakan setuju untuk melakukan proses wawancara mengenai “Penyelesaian Tindakan Main Hakim Sendiri (Eigenrichting) Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian Didalam Masyarakat Kota Banda Aceh”, dan bersedia menjadi narasumber dengan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
92
INTERVIEW PROTOCOL (Adaptep From Creswell, 2008)
PROJECT: PENYELESAIAN TINDAKAN MAIN HAKIM SENDIRI (EIGENRICHTING) TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DI DALAM MASYARAKAT KOTA BANDA ACEH
Waktu Wawancara : 12:16 WIB
Tanggal : Selasa 17 November 2020
Tempat : Polresta Banda Aceh
Pewawancara : Muhammad Fadhil
Narasumber : Deki Reza F, S.H
Jabatan Narasumber : KASUBNIT II Unit Idik I Sat. Reskrim Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Deki Reza F, S.H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Banda Aceh 27 Desember 1985
Alamat : Darussalam Banda Aceh
Dengan ini menyatakan setuju untuk melakukan proses wawancara mengenai “Penyelesaian Tindakan Main Hakim Sendiri (Eigenrichting) Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian Didalam Masyarakat Kota Banda Aceh”, dan bersedia menjadi narasumber dengan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
INTERVIEW PROTOCOL (Adaptep From Creswell, 2008)
PROJECT: PENYELESAIAN TINDAKAN MAIN HAKIM SENDIRI (EIGENRICHTING) TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DI DALAM MASYARAKAT KOTA BANDA ACEH
Waktu Wawancara : 9:30 WIB
Tanggal : Rabu 18 November 2020
Tempat : Polsek Ingin Jaya
Pewawancara : Muhammad Fadhil
Narasumber : Clara Phytares Marda, S.H Jabatan Narasumber : BANIT RESKRIM
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Clara Phytares Marda, S.H
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Mata Pura 1 Desember 1996
Alamat : Bathoh Banda Aceh
Dengan ini menyatakan setuju untuk melakukan proses wawancara mengenai “Penyelesaian Tindakan Main Hakim Sendiri (Eigenrichting) Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian Didalam Masyarakat Kota Banda Aceh”, dan bersedia menjadi narasumber dengan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
94
INTERVIEW PROTOCOL (Adaptep From Creswell, 2008)
PROJECT: PENYELESAIAN TINDAKAN MAIN HAKIM SENDIRI (EIGENRICHTING) TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DI DALAM MASYARAKAT KOTA BANDA ACEH
Waktu Wawancara : 21:00 WIB
Tanggal : Senin 23 November 2020
Tempat : Lhong Raya
Pewawancara : Muhammad Fadhil
Narasumber : Vudy Dasly
Jabatan Narasumber : Brig Polsek Lhong Raya Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Vudy Dasly
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Banda Aceh 26 Juni 1986
Alamat : Desa Blang Oi Banda Aceh
Dengan ini menyatakan setuju untuk melakukan proses wawancara mengenai “Penyelesaian Tindakan Main Hakim Sendiri (Eigenrichting) Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian Didalam Masyarakat Kota Banda Aceh”, dan bersedia menjadi narasumber dengan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Lampiran 6 : Verbatin Wawancara NARASUMBER SATU
Nama : Agus Syahputra, S.Sos.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : POLRI (Kasubnit I Unit V Sat.Reskrim) Tempat Wawancara : Polresta Banda Aceh
Tanggal : 2 Maret 2021 Waktu Wawancara : 11:15 Wib
No. T/J Isi Wawancara
1 T
Kenapa tindakan main hakim sendiri sering dilakukan oleh masyarakat dalam mengamankan pelaku tindak pidana pencurian ?
2 J
Tempat atau Daerah tersebut memiliki kebiasaan melakukan tindakan main hakim sendiri kepada pelaku pelanggaran hukum karena masyarakat di tempat itu menganggap melakukan hal demikian untuk kebaikan dalam arti pelaku tindak pidana mengalami trauma atau dengan kata lain memiliki efek jera atas perbuatan yang ia lakukan. Walaupun secara hukum Negara hal itu tidak dibenarkan dan bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku, karena di dalam hukum pidana untuk menetapkan pelaku tindak pidana menjadi tersangka minimal mempunyai dua alat bukti, karena didalam hukum pidana dikenal dengan adanya “Asas Praduga Tidak Bersalah ”Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap”. Hal inilah yang melarang kita (masyarakat) melakukan tindakan main hakim sendiri sebelum ada penetapan dari pihak yang berwenang bahwa ia bersalah atas perbuatannya.
3 T
Bagaimana dengan lembaga Kepolisian, Apakah ada sosialisasi dan edukasi yang diberikan kepada masyarakat tentang pelarangan melakukan tindakan main hakim sendiri ?
4 J
Tentu saja lembaga kami (Kepolisian) ada melakukan sosialisasi berupa edukasi pemahaman hukum kepada masyarakat bahwa tindakan main hakim sendiri merupakan pelanggaran hukum pidana, ketika adanya korban pengeroyokan atau pelaku pencurian dan tindak pidana yang lain.
96
5 T
Dari sekian banyak korban dari tindakan main hakim sendiri, apakah ada korban-korban dari tindakan main hakim sendiri yang langsung melaporkan kepada kepolisian, atau bahkan tidak melaporkan sama sekali ?
6 J
Kasus tindakan main hakim sendiri si pelaku tindak pidana pencurian yang menjadi korban tindakan main hakim sendiri kebanyakan tidak tidak membuat laporan, sebenarnya walaupun ia mencuri tetapi ia harus di hukum sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku, tidak seharusnya dianinyaya oleh sekelompok orang kolektif (massa). Namun dari pada itu sipelaku yang dianinyaya oleh sekelompok warga karena perbuatan pencurian kebanyakan atau 90% (Sembilan puluh persen) tidak membuat laporan polisi. Dikarenakan secara emosional pelaku tidak mempunyai rasa ingin untuk melaporkan hal yang menimpa dirinya karena memang secara emosional dia sudah merasa bersalah.
7 T
Dalam kasus tindakan main hakim sendiri terhadap pelaku tindak pidana pencurian yang sering dilakukan oleh masyarakat dalam mengamankan pelaku tindak pidana khusunya pencurian, tentu saja hal ini menjadi keresahan bagi kita semua dalam bertintak sewenang-wenang atas hal itu, dengan demikian bagaimana cara kita untuk dapat mencegah dan menyelesaikan kasus tindakan main hakim sendiri terhadap pelaku tindak pidana pencurian ?
8 J
Yaitu dengan melakukan pencegahan terjadinya pencurian, karena dengan dilakukannya pencegahan pencurian maka tindakan main hakim sendiri terhadap pelaku tindak pidana pencurian tidak terjadi, upaya ini dilakukan dengan cara misalnya seperti kegiatan jaga malam aparatur desa dalam pengawasan tindakan pencurian yang biasanya sering dilakukan malam hari, dan yang terpenting aparat penegak hukum dan tokoh masyarakat dalam upaya ini saling bekerja sama dalam hal sosialisasi atau memberikan edukasi terkait dengan pelarangan tindakan main hakim sendiri, sehingga menumbuhkan rasa kesadaran hukum yang baik bagi masyarat.
9 T
Bagaimana kebijakan hukum yang dilakukan oleh Polresta Banda Aceh beserta wilayah hukumnya ketika terjadinya praktek tindakan main sendiri terhadap pelaku pencurian ?
10 J
Sejauh ini perbuatan tersebut tetap ditangani oleh kami (Kepolisian), dan tetap dilakukan sesuai dengan prosedur hukum yang ada untuk menindaklanjuti perbuatan tersebut, apabila korban terjadi luka-luka akibat dari perbuatan main hakim sendiri, maka kami (kepolisian) memiliki kewajiban untuk mengamankannya (korban) terlebih dahulu, agar korban tidak mengalami cidera yang lebih parah, dan korban dibawa langsung kerumah sakit terdekat untuk dievakuasi atau memberikan obat yang dibutuhkan oleh korban. (hal ini termasuk kepada kebijakan terhadap korban). namun terkait dengan kebijakan kepada pelaku-pelaku tindak main hakim sendiri, yaitu setiap pelaku-pelaku dalam hal kebijakan yang dilakukan oleh kami (Kepolisian) tindakan tersebut ditindak lanjuti apabila korban membuat pengaduan/laporan atas hal yang menimpa dirinya maka kami (kepolisian) akan melakukannya dengan melakukan penyelidikan terlebih dahulu sesuai dengan Pasal 1 angka 5 KUHAP, untuk mengumpulkan bukti permulaan, dan setelah itu dilakukannya penyidikan untuk membuat terang dari peristiwa pidana tindakan main hakim sendiri tersebut.
98
NARASUMBER DUA
Nama : Deki Reza P, S.H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : POLRI (KASUBNIT II Unit IDIK I) Tempat Wawancara : Polresta Banda Aceh
Tanggal Wawancara : 17 November 2020 Waktu Wawancara : 12:16 Wib
No. T/J Isi Wawancara
1 T
Apa yang mendasari masyarakat melakukan tindakan main hakim sendiri, padahal secara hukum pidana jelas hal ini tidak dibenarkan ?
2 J
Hal ini juga berkaitan dengan penjelasan sebelumnya bahwa terjadinya tindakan main hakim sendiri didasari kurangnya pemahaman masyarakat terhadap hukum yang berlaku, namun ada hal lain yang harus dipertimbangkan yang membuat masyarakat melakukan tindakan main hakim, hal itu ada faktor yang mempengaruhi tindakan main hakim sendiri terjadi di kehidupan masyarakat adapun beberapa faktornya yaitu;
masyarakat bersikap emosional terhadap pelaku pencurian, tempat atau daerah yang masyarakatnya tidak toleran dengan tindakan pencurian, kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat sehingga terjadinya tindakan main hakim sendiri, ikut-ikutan dalam melampiaskan kekesalan, pernah menjadi korban dari tindakan main hakim sendiri, dan tidak adanya laporan kepolisian dari pihak korban tindakan main hakim. Hal inilah yang menjadikan masyarakat melakukan tindakan main hakim sendiri khususnya terhadap pelaku pencurian.
3 T
Apakah tindakan main hakim sendiri berkaitan dengan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap hukum yang berlaku ?
4 J
Sebenarnya masyarakat ketika melakukan tindakan main hakim sendiri ia sadar apa yang ia lakukan, namun kesadarannya itu ditutupi atas dasar kejengkelan, keresahan, dan juga ikut melampiaskan rasa kekesalannya dalam hal ini sebagian masyarakat bisa saja pernah mengalami menjadi korban dari tindakan main hakim sendiri. Namun dari pada itu jika dilihat secara realitanya masyarakt tidak mungkin tidak mengerti hukum yang berlaku, karena faktanya dalam kasus ini ada unsur kesengajaan dan faktor ikut-ikutan dalam mengeksekusi pelaku pencurian. Sebenarnya setiap orang pasti merasakan kesalahan
yang mereka lakukan misalkan dalam konteks pengeroyokan yang terjadi akibat adanya ajakan dari provakator sehingga yang lain juga terpengaruh kepada ajakan dan suasana yang memanas kemudian sifat kontrol dari masyarakat pun hilang hal inilah yang menjadikan tindakan main hakim sendiri dilakukan karena pengaruh dari orang yang menyerukan.
5 T Bagaimana kebijakan hukum yang dilakukan oleh Polresta Banda Aceh, ketika terjadinya praktek tindakan main sendiri terhadap pelaku pencurian ?
6 J
Sejauh ini perbuatan tersebut tetap ditangani oleh kami (Kepolisian), dan tetap dilakukan sesuai dengan prosedur hukum yang ada untuk menindaklanjuti perbuatan tersebut, apabila korban terjadi luka-luka akibat dari perbuatan main hakim sendiri, maka kami (kepolisian) memiliki kewajiban untuk mengamankannya (korban) terlebih dahulu, agar korban tidak mengalami cidera yang lebih parah, dan korban dibawa langsung kerumah sakit terdekat untuk dievakuasi atau memberikan obat yang dibutuhkan oleh korban. (hal ini termasuk kepada kebijakan terhadap korban). namun terkait dengan kebijakan kepada pelaku-pelaku tindak main hakim sendiri, yaitu setiap pelaku-pelaku-pelaku-pelaku dalam hal kebijakan yang dilakukan oleh kami (Kepolisian)
Sejauh ini perbuatan tersebut tetap ditangani oleh kami (Kepolisian), dan tetap dilakukan sesuai dengan prosedur hukum yang ada untuk menindaklanjuti perbuatan tersebut, apabila korban terjadi luka-luka akibat dari perbuatan main hakim sendiri, maka kami (kepolisian) memiliki kewajiban untuk mengamankannya (korban) terlebih dahulu, agar korban tidak mengalami cidera yang lebih parah, dan korban dibawa langsung kerumah sakit terdekat untuk dievakuasi atau memberikan obat yang dibutuhkan oleh korban. (hal ini termasuk kepada kebijakan terhadap korban). namun terkait dengan kebijakan kepada pelaku-pelaku tindak main hakim sendiri, yaitu setiap pelaku-pelaku-pelaku-pelaku dalam hal kebijakan yang dilakukan oleh kami (Kepolisian)