Kajian pustaka adalah kegiatan yang meliputi: mencari, membaca, dan menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relavan dengan penelitian terkait dengan penulisan ini yang akan dilakukan.17
Pada kajian pustaka yang pertama penulis ingin memberikan suatu gambaran sejarah yang diapatkan pada literatur karya tulis berupa buku yang ditulis oleh Peter Burke dengan Judul Sejarah dan Teori Sosial edisi kedua yang terkait dengan timbulnya pertama kali istilah tindakan main hakim sendiri, disini terdapat dua karya terkenal dari Montaillou karya sejarawan Prancis Emmanuel Le Roy Laudurie dan The Cheese and the Worms yang ditulis sejarahwan Italia Carlo Ginzburg. kedua studi ini mendasarkan teruma pada catatan tentang interogasi atas orang-orang yang dicurigai oleh penyidik gereja sebagai penyebar kabar bohong, dokumen yang oleh Ginzburg telah disetarakan dengan rekaman video karena disitu dicatat dengan sangat cermat bukan saja setiap ucapan terdakwa melainkan juga gerakan tubuh dan bahkan lenguhan mereka ketika mengalami siksaan. Sejak munculnya penelitian Le Roy Laudrie dan Ginzburg yang terkenal dan kontroversial tersebut, bermunculanlah studi-studi sejarah mikro lain. Salah satu yang paling menarik diantaranya berfokus pada
15Dzulkifli dan Jimmy, Kamus Hukum, (Surabaya: Grahamdia Press 2012), hlm 328.
16Ismu Gunadi, Jonaedi Efendi. Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana. (Jakarta:
PT. Fajar Interpratama Mandiri Kencana 2014), hlm 37.
17 M. Toha Anggoro, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka 2007), hlm, 22.
12
apa yang disebut “drama sosial”, seperti tentang persidangan atu tindak kekerasan.
Selanjutnya dari pengaruh kedua studi itu timbulah studi-studi baru yang ditulis sejarahwan Amerika yang bernama Wyatt-Brown yang di ilhami oleh Geertz, melukiskan peristiwa tindakan main hakim sendiri di Natches, Mississippi, tahun 1834. Dalam studi ini, tindakan pengadilan “pengadilan jalanan” atas seorang laki-laki yang membunuh istri dianalisis oleh Wyatt Brown sebagai “suatu skenario moral” dengan tindakan merupakan bahasa yang menungkap rasa kasih sayang di dalam diri serta nilai-nilai sosial yang dirasakan, teruatama rasa harga diri masyarakat setempat (Wyatt-Brown 1982:
462-496).18
Penelitian Skripsi selanjutnya dengan judul Tinjauwan Hukum Pidana Islam Terhadap Main Hakim Sendiri Bagi Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus di Keluharan Bendan Ngisor kec. Gajahmungkur Kota Semarang) oleh M. Khasan Amrullah. Dalam hasil penelitian ini didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya tindakan main hakim sendiri itu didorong oleh kejengkelan warga terhadap maraknya aksi pencurian yang sering terjadi. Obyek pencurian meliputi sandal-sandal yang bermerk, sepatu, maupun barang-barang lainnya. Selain itu, pencuri yang memilih berdiam diri ketika ditanyakan identitasnya juga menjadi penyebab semakin marahnya warga masyarakat.
Warga yang semakin geram tersebut kemudian melakukan main hakim sendiri.
Faktor ini terjadi disebabkab karena; faktor emosi, sikap pelaku pencurian terhadap korban, faktor pengalaman sebagai korban pencurian (dendam/trauma), dan faktor ikut-ikutan, selain faktor tersebut, hal ini juga disebabkan faktor legalitas seperti; faktor respon aparat penegak hukum terhadap korban, faktor
18Peter Burke. Sejarah dan Teori Sosial edisi kedua. (Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2015). Hlm 56-57
hukum yang belum menimbulkan efek jera, dan faktor tidak adanya proses hukum bagi pelaku tindakan main hakim sendiri.19
Penelitian selanjutnya dengan judul Pendapat Masyarakat Terhadap Perbuatan Main Hakim sendiri (Eigenrichting) (Studi Kasus di Wilayah Kecamatan Jabres Kota Surakarta) oleh Thariq Farhan Purdianto Prabowo.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa pada realitasnya, pasal yang biasa digunakan para penegak hukum untuk menjerat pelaku main hakim sendiri hanyalah beberapa pasal saja seperti: Apabila seseorang atau sekelompok orang melakukan perbuatan main hakim sendiri maka pada umumnya dapat dijerat dengan pasal 170 KUHP, Pasal 351 dan Pasal 406 KUHP tentang perusakan yang mengakibatkan barang rusak, hancur sehingga tidak dapat dipakai lagi atau hilang dengan melawan hukum.
Dari beberapa undang-undang dan pasal-pasal diatas sebenarnya banyak pasal yang dapat digunakan untuk menjerat para pelaku perbuatan main hakim sendiri, namun realitasnya tidak banyak pasal yang diterapkan para penegak hukum untuk menjerat para pelaku perbuatan main hakim sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor-faktor yaitu; Pertama, minimnya kemampuan penegak hukum dalam memahami bunyi pasal yang ada dalam KUHP atau undang-undang pidana lainnya. Kedua, yurisprudensi dijadikan sebagai pedoman bagi para penegak hukum khususnya hakim dalam menyelesaikan perkara dalam kasus perbuatan main hakim sendiri. Ketiga, penerapan pasal yang ada di dalam undang-undang perlu disesuaikan dengan bentuk perbuatan main hakim sendiri yang dapat berupa penganiayaan, perusakan harta benda dan sebagainya.
Perbuatan main hakim sendiri merupakan tanggapan atau respon langsung dari masyarakat mengenai suatu keadaan tertentu yang terjadi di
19M. Khasan Amrullah. Tinjauwan Hukum Islam Terhadap Main Hakim Sendiri Bagi Pelaku Tindak Pidana Pencurian. (Skripsi ini dipublikasikan) Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang 2011.
14
sekitarnya. Masyarakat memiliki respon yang berbeda-beda terhadap perbutan main hakim sendiri dan main hakim sendiri termasuk respon negatif yang timbul dari sekelompok individu tersebut dengan bebagai macam alasan yaitu mayoritasnya adalah karena masyarakat tidak percaya terhadap kinerja para penegak hukum. Dengan demikian untuk pemerintah Republik Indonesia, seharusnya memberikan sosialisasi kepada masyarakat terhadap perbuatan main hakim sendiri agar tidak menjadi kebiasaan buruk masyarakat Indonesia dalam menghadapi pelaku kejahatan. Kedua, untuk aparat penegak hukum, agar dalam mengadili pelaku main hakim sendiri dilakukan dengan integritas yang tinggi.
Ketiga, untuk masyarakat Indonesia, jadilah masyarakat yang dewasa ketika sesuatu terjadi disekitar kita. Perbuatan main hakim sendiri merupakan tindakan kejahatan yang bertentangan dengan ketentuan hukum pidana.20
Selanjutnya penelitian skripsi dengan judul Tindakan Main Hakim Sendiri Terhadap Pelaku Pencurian Yang Menyebabkan Kematian Perspektif Hukum Islam dan KUHP. Di teliti oleh Aima Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang 2017. Peneliti dari skripsi ini pertama lebih menekankan pada istilah dan unsur-unsur tindak pidana dan tindak pidana menurut beberapa para ahli hukum pidana terkhususnya pada tindakan main hakim sendiri. Pada bagian selanjutnya peneliti skripsi ini memcoba mengutarakan defenisi main hakim sendiri dalam hukum islam, Dalam hukum pidana Islam istilah tindak pidana biasa disebut dengan kata jarimah, yang berarti tindak pidana. Kata lain yang sering digunakan untuk pidana istilah jarimah ialah jinayah. Hanya di kalangan fuqaha istilah jarimah pada umumnya digunakan untuk untuk semua pelanggaran terhadap perbuatan perbuatan yang dilarang oleh syara‟ baik mengenai jiwa ataupun lainya.
Sedangkan jinayah pada umumnya digunakan untuk menyebutkan perbuatan
20Thariq Farhan Purdianto Prabowo. Pendapat Masyarakat Terhadap Perbuatan Main Hakim Sendiri (Eigenrichting). (Skripsi ini dipublikasikan) Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta 2017.
pelanggaran mengenai jiwa atau anggota badan, seperti membunuh dan melukai anggota badan tertentu.
Menurut istilah jinayah adalah perbuatan yang diharamkan atau dilarang karena dapat menimbulkan kerugian atau kerusakan agama, jiwa, akal, atau harta benda, selanjutnya penulisan ini menekankan pada defenisi main hakim sendiri dalam menurut kuhp. Main hakim sendiri merupakan istilah dari bahasa belanda yaitu “eigenrichting” yang berarti mengambil hak tanpa mengindahkan hukum dan tanpa pengetahuan pemerintah atau para penegak hukum.
Selanjutnya memfokuskan pada jenis-jenis main hakim sendiri, seperti penganiyayaan, kekerasan atau yang terdapat istilah dalam hukum islam seperti Al-Syajja “pelukaan khusus pada bagian muka dan kepala”, Al-Jirah “pelukaan pada anggota badan selain wajah”.21
Selanjutnya diakhiri pada kajian pustaka yang terakhir, penulis menemukan literatur karya tulis berupa buku yang ditulis oleh Mutaqin yang berjudul Bait-bait Opini dari Anak Negeri, dari beberapa penulisan yang ditulis oleh penulis disini peneliti lebih menegaskan pada permasalahan solusi mengatasi tindakan main hakim sendiri eigenrichting yang terdapat pada penulisan buku ini. Dengan demikian untuk mengatasi masalah ini diperlukan adanya upaya penyadaran terhadap masyarakat dengan menyosialisasikan bahwa tindakan main hakim sendiri, adalah tindakan yang tidak memiliki pijakan hukum melalui kampanye anti tindakan main hakim sendiri, selanjutnya melalui penanaman pemahaman-pemahaman sejak dini pada anak melalui sekolah-sekolah untuk tidak bertindak diluar koridor hukum yang ada. Sehingga memperkecil kemungkinan menjadi pelaku tindakan main hakim sendiri di kemudian hari, dan tentunya harus ada respon cepat dari aparat penegak hukum, dalam hal ini polisi harus bergerak cepat saat terdapat pelaku criminal yang
21Aima. Tindakan Main Hakim Sendiri Terhadap Pelaku Pencurian Yang Mengakibatkan Kematian Perspektif Hukum Islam dan KUHP. (Skripsi ini dipublikasikan).
Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang 2017.
16
tertangkap oleh warga sebelum keadaan menjadi tak terkendali dan pelaku main hakim sendiri harus dikenakan harus dikenakan sanksi bedasarkan KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana).22