• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Kredit Bermasalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Kredit Bermasalah

Kredit yang diberikan oleh Bank X Bogor akan menjadi tidak menyenangkan dan mengecewakan apabila ternyata debitur tidak bisa membayar angsuran dan kewajiban bunga dengan baik. Hal ini dapat merugikan pihak bank karena menurunkan likuiditas dan profitabilitas bank. Perputaran uang di bank menjadi terhambat dan laba menjadi turun akibat nasabah yang bermasalah dalam pengembalian atau pengangsuran kredit. Berdasarkan hasil kuisioner, faktor- faktor yang menyebabkan permasalahan bahkan kegagalan dalam pengembalian kredit adalah faktor internal (internal debitur dan internal bank) dan faktor eksternal.

Gambar 6. Faktor-faktor penyebab kredit bermasalah

1. Faktor internal a. Internal Debitur

Kemacetan kredit yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya unsur kesengajaan maupun ketidaksengajaan debitur. Unsur kesengajaan maksudnya debitur sengaja tidak mau membayar kewajiban kepada bank sehingga kredit yang disalurkan dapat menimbulkan kredit bermasalah. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah adalah karakter debitur yang terkait dengan sifat dan watak. Karakter debitur

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah di Bank X Bogor

Faktor internal Faktor eksternal

Internal debitur Internal bank

Sengaja Tidak sengaja Salah analisis Kurang pembinaan Kurang monitoring Kebijakan Pemerintah Bencana alam Persaingan antar bank

tidak dapat langsung diketahui dengan hanya sekali atau dua kali berinteraksi. Karakter debitur yang paling dinilai adalah tingkat kejujuran dan kerjasama debitur. Selain itu sikap tidak baik debitur dapat dilihat ketika debitur menghindar dan bersikap tidak ramah saat ditagih. Selain itu beberapa debitur mengaku memiliki uang untuk membayar kredit, tetapi mereka malas datang ke Bank X karena kondisi Bank X yang selalu ramai dengan nasabah.

Faktor lain yang menyebabkan kredit bermasalah adalah unsur ketidaksengajaan debitur. Hal ini disebabkan oleh kapasitas debitur yang tidak dapat membayar angsuran kredit. Kapasitas debitur dikaitkan dengan kemampuan debitur untuk memperoleh pendapatan dari usahanya sehingga dapat membayar angsuran sesuai perjanjian yang telah disepakati. Ketidakmampuan ini terjadi karena usaha debitur mengalami masalah.

b. Internal Bank

Keadaan internal bank dapat mempengaruhi kinerja bank. Apabila keadaan internal bank tidak memiliki kualitas yang baik maka akan menimbulkan risiko. Keadaan internal yang diidentifikasi dapat menimbulkan NPL adalah bagian kredit atau mantri. Hal ini disebabkan karena mantri bertanggung jawab dalam menganalisis calon debitur yang nantinya berpengaruh pada kualitas pengembalian kredit. Kesalahan yang sering dilakukan oleh mantri diantaranya kurang teliti dalam menganalisis karakter calon debitur karena biasanya calon debitur akan bersikap sangat baik ketika dilakukan peninjauan usaha debitur. Selain itu kapasitas calon debitur dalam memperoleh pendapatan juga sulit diketahui karena calon debitur belum memiliki laporan keuangan yang baik. Kapasitas calon debitur hanya dapat dilihat melalui data pendapatan dan pengeluaran debitur setiap bulan. Karakter debitur dalam membayar angsuran kredit tergantung pada kejelian seorang Mantri dalam menilai karakter dan kelayakan calon debitur dalam menerima kredit. Mantri dituntut untuk memiliki jiwa investigasi yang kuat berkenaan dengan tugasnya sebagai analisis kredit.

Selain itu Mantri juga bertanggung jawab dalam pengawasan dan pembinaan debitur. Kurangnya pengawasan dan pembinaan terhadap debitur dapat menimbulkan kesalahan dalam penggunaan kredit oleh debitur, misalnya kredit yang diajukan oleh debitur adalah kredit untuk modal kerja tetapi pada kenyataannya kredit digunakan untuk kegiatan konsumtif. Hal ini akan mempengaruhi kualitas debitur dalam pengembalian kredit karena kredit yang diterima menjadi tidak menghasilkan nilai.

Kegiatan monitoring berkala harus dilakukan untuk mengetahui perkembangan usaha debitur. Pada saat ini kegiatan monitoring terhadap usaha debitur kurang intensif. Kunjungan kepada debitur hanya dilakukan jika debitur telah mengalami kredit bermasalah. Selain Mantri, Kepala Unit juga mempengaruhi tingkat risiko kredit yang terjadi.

Berdasarkan hasil kuisioner, dalam memberikan pelayanan pemberian kredit, pihak Bank X Bogor melakukan pembinaan kepada debiturnya (peminjam produk Kredit Masyarakat Desa Komersil). Pembinaan ini dilakukan oleh pihak Bank X Bogor meliputi pembinaan secara administratif berupa kegiatan meneliti dan menganalisa laporan yang diterima sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil langkah- langkah lebih lanjut. Selain itu dilakukan bimbingan, peringatan, ataupun petunjuk teknis pada debitur. Pembinaan di lapangan dilakukan dengan pengamatan langsung ke tempat debitur, mengadakan penelitian apakah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang diberikan sesuai dengan syarat-syarat dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika ada penyimpangan, seberapa jauh penyimpangan tersebut dapat ditolerir dengan memperhatikan risiko yang akan timbul. Pengamatan diadakan untuk mengetahui apakah manajemen perusahaan terpelihara dengan baik. Sasaran pembinaan produk Kredit Masyarakat Desa Komersil ini ditujukan kepada perseorangan termasuk bimbingan dan pengarahan untuk pengembangan usahanya atau membantu mencarikan jalan keluar terhadap kesulitan yang dialami debitur. Sekitar 86 persen responden mendapat binaan dari petugas Bank X Bogor, sedangkan 14 persen yang tersisa tidak

mengikuti pembinaan. Hal ini menunjukkan bahwa Bank X Bogor sangat peduli terhadap debitur Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil dalam menggunakan kreditnya. Kepedulian ini menimbulkan simpati dan memunculkan itikad baik dari debitur bermasalah untuk membayar pinjamannya sehingga NPL Bank X Bogor mengalami penurunan.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi risiko kredit di Bank X Bogor adalah:

a. Kegiatan ekonomi makro atau kebijakan pemerintah yang tidak dapat diperkirakan oleh bank. Banyak usaha yang macet karena meningkatnya beban utang mengakibatkan semakin banyaknya kredit yang macet sehingga beberapa bank mengalami kesulitan likuiditas. Kesulitan likuiditas makin parah ketika sebagian masyarakat kehilangan kepercayaannya terhadap sejumlah bank sehingga terjadi penarikan dana oleh masyarakat secara besar-besaran (rush). Oleh karena itu pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan bank-bank yang mengalami masalah likuiditas tersebut dengan memberikan bantuan likuiditas. Namun untuk mengendalikan laju inflasi, bank sentral harus menarik kembali uang tersebut melalui operasi pasar terbuka. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan suku bunga SBI.

b. Adanya bencana dan kejadian-kejadian lain di luar dugaan. Kondisi ekonomi sedang mengalami krisis yang cukup panjang. Kondisi tersebut semakin parah dengan adanya bencana alam yang sedang melanda. Bencana alam menimbulkan berbagai kerugian finansial dan non finansial yang menjadi sebab terjadinya kredit bermasalah.

c. Persaingan yang tajam antar lembaga bank. Kredit adalah aktiva terbanyak yang dimiliki bank umum. Porsi kredit sekitar 60 persen sampai dengan 80 persen dari total aktiva bank umum. Tujuan utama penyaluran kredit adalah memperoleh pendapatan bunga. Porsi kredit dalam aktiva bank sangat besar karena sebagian besar penerimaan bank berasal dari bunga kredit, maka lembaga bank terlibat dalam persaingan yang ketat dalam hal perolehan kredit.

Dokumen terkait