• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

Tahap 5. Monitor dan Pengendalian

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Rahminta (2009) tentang Risiko Kredit di PD BPR BKK Pati Kota Kantor Kas Margoyoso menunjukkan bahwa kredit disalurkan kepada nasabah di beberapa sektor ekonomi antara lain pada sektor pertanian, perdagangan, dan sektor lainnya. Kredit yang disalurkan PD BPR BKK Pati Kantor Kas Margoyoso pada tahun 2008 mengalami kredit bermasalah

dengan nilai NPL 26,53 persen. Nilai tersebut merupakan nilai yang sangat tinggi karena batas maksimal kredit bermasalah yang ditetapkan BI adalah 5 persen. Dari analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis VaR didapatkan kerugian maksimum yang dihadapi PD BPR BKK Pati Kota Kantor Kas Margoyoso per Desember 2008 dengan tingkat keyakinan 95 persen sebesar Rp. 329.271.901,56 atau 21,05 persen dari total baki debet per Desember 2008. Sedangkan dengan tingkat keyakinan 99 persen kemungkinan kerugian maksimum yang dialami sebesar Rp. 464.971.836,74 atau sebesar 29,72 persen dari total baki debet per Desember 2008.

Setiawati (2005) melakukan penelitian tentang VaR Kredit Mikro pada Bank X, dimana nilai kolektibilitas yang mengalami penurunan sehingga menyebabkan bank mengalami kerugian. Kemungkinan kerugian atau risiko terbesar yang dihadapi Bank X pada kredit mikro dengan adanya pergeseran kolektibilitas atau kualitas kredit ditentukan dengan pendekatan internal menggunakan VaR. Hasil yang didapat sesuai dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp. 92.023.041. Nilai kerugian tersebut adalah sebesar 52,99 persen dari total baki debet pinjaman, sedangkan dengan tingkat keyakinan 99 persen kemungkinan terjadinya kerugian terbesar kredit mikro pada bulan Juni 2005 adalah sebesar Rp. 129.947.688 yaitu sebesar 74.83 persen dari total baki debet.

Penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2005) tentang Creditrisk

pada BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu Jawa Tengah menunjukkan bahwa kredit yang diterima oleh pengusaha kecil membantu dalam mengembangkan suatu usaha melalui peningkatan modal. Metode Creditrisk digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang terjadi untuk satu bulan selanjutnya. Jika dilihat dari karakter usaha dan ciri usaha, UMKM adalah usaha yang memiliki risiko kredit atau peluang menunggak paling kecil. Tetapi BMT Prima Dinar tetap berusaha fokus pada manajemen risiko kredit sehingga dapat meminimalisir kerugian yang terjadi.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil adalah kredit yang bersifat umum, individu, selektif, dan berbunga wajar untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang layak (eligible). Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil sebagai kredit dengan skala kecil mempunyai prosedur yang relatif mudah dan sederhana. Namun dalam penyalurannya perlu pemahaman secara tepat dari pejabat kredit lini.

Target pasar Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil adalah pengusaha kecil, usaha rumah tangga, dan golongan berpenghasilan tetap. Karakteristik usaha kecil dan usaha rumah tangga tersebut antara lain mempunyai banyak kegiatan, tidak terorganisasi, catatan keuangan tidak lengkap dan tidak sesuai dengan standar akuntansi yang baku, serta tidak berbadan usaha. Selain itu, karakteristik lainnya adalah wilayah usaha berada pada suatu daerah geografis atau lokasi tertentu yang berdasarkan analisis serta evaluasi dipilih sebagai target pemasaran dan berdasarkan perhitungan ekonomis usahanya layak dibiayai dan dapat memberikan keuntungan bagi Bank X Unit.

Penelitian difokuskan pada produk Kredit Masyarakat Desa yaitu produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang diberikan kepada pengusaha UMKM baik untuk menambah modal kerja maupun untuk investasi. Tiap Rupiah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang diberikan tentu mengandung risiko. Risiko yang terjadi adalah risiko gagal bayar yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. Bank X Bogor merupakan salah satu Bank X Unit yang berada di Kabupaten Bogor yang memiliki kredit bemasalah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil sebesar 1,94 persen pada tahun 2010. Oleh sebab itu, Bank X Bogor harus melakukan pengelolaan kredit secara tepat untuk dapat meminimalisir angka tersebut di tahun mendatang.

Penerapan manajemen risiko yang baik dan benar diawali dengan mengidentifikasi risiko. Setelah dilakukan identifikasi risiko secara akurat, selanjutnya bank melakukan pengukuran risiko. Pengukuran risiko kredit dimaksudkan agar bank mampu menghitung eksposur kredit yang melekat dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Pengukuran risiko merupakan salah satu cara dalam pengelolaan risiko sehingga dapat menentukan prosedur penanganan risiko. Pengukuran risiko dilakukan dengan VaR sehingga Bank X Bogor mengetahui potensi maksimum kerugian yang mungkin terjadi. Metode VaR digunakan karena metode ini memiliki konsep yang sederhana namun dapat menjelaskan dan menunjukkan kerugian maksimum yang dialami bank untuk periode satu tahun.

Bank X Bogor menyalurkan produk Kredit Masyarakat Desa Komersil pada UMKM untuk membantu UMKM dalam hal pengembangan usahanya. Pada tahun 2010, NPL produk Kredit Masyarakat Desa Komersil di Bank X Bogor adalah 1,94 persen. Angka tersebut cukup tinggi sehingga identifikasi risiko kredit perlu dilakukan untuk menganalisa penyebab terjadinya risiko kredit dan mengetahui berapa kerugian yang terjadi. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisa agar Bank X dapat menentukan pengelolaan risiko kredit dengan baik untuk menghindari risiko kredit yang lebih besar di tahun mendatang. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.

Bank X Bogor

Produk Kredit

Produk Kredit Masyarakat Desa

NPL Tinggi (1,94 persen) Sehingga Harus Dikelola

Karakteristik Debitur Bermasalah Produk Kredit

Masyarakat Desa

Pengelolaan Risiko Kredit Identifikasi Risiko Kredit

Risiko Kredit yang lebih besar dapat dihindari

Gambar 3. Kerangka pemikiran

Penyebab Terjadinya Risiko Kredit Bermasalah Produk

Kredit Masyarakat Desa

Pengukuran Risiko Kredit Produk Kredit

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian terdiri dari:

1. Pra penelitian berupa observasi lapang dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di Bank X Bogor tentang kredit yang disalurkan. Pada tahap ini dilakukan pendekatan umum terhadap profil kredit yang disalurkan.

2. Perumusan masalah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan, penentuan sasaran yang akan dicapai, dan batasan-batasan dalam analisis risiko kredit.

3. Mengidentifikasi jenis produk Kredit Masyarakat Desa Komersil untuk menganalisa jumlah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang disalurkan dan jumlah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil bermasalah. 4. Rancangan pengumpulan data. Data primer diperoleh dari hasil kuisioner dan

wawancara dengan pihak bank dan debitur. Data sekunder diperoleh dari laporan bulanan produk Kredit Masyarakat Desa Komersil pada tahun 2010. 5. Pengumpulan data primer dan data sekunder. Data yang dikumpulkan adalah

profil produk Kredit Masyarakat Desa Komersil, karakteristik debitur produk Kredit Masyarakat Desa Komersil, dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah.

6. Input data hasil wawancara, kuisioner, dan laporan bulanan Bank X tahun 2010.

7. Pengolahan data secara deskriptif untuk mengetahui penyebab terjadinya risiko kredit.

8. Menghitung risiko produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang terjadi menggunakan VaR dengan metode credit metric. Credit metrics adalah suatu kerangka VaR yang diaplikasikan untuk penilaian risiko aset yang tidak diperdagangkan seperti pinjaman. Dalam prosesnya memerlukan credit rating

(peringkat rating) dan matriks migrasi.

9. Menganalisis risiko kredit yang terjadi di Bank X Bogor.

10. Penyusunan pengelolaan risiko produk Kredit Masyarakat Desa Komersil bermasalah untuk mengurangi terjadinya risiko kredit.

11. Kesimpulan dan Saran. Disimpulkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya risiko kredit dan besarnya risiko kredit yang terjadi sehingga dapat diberikan saran bagaimana mengelola risiko kredit tersebut. Tahapan penelitian dapat dilihat dalam Gambar 4.

Studi Pustaka

Pengelolaan Risiko Kredit

Kesimpulan dan Saran

Penghitungan Risiko Kredit dengan Metode VaR Pra Survey Penelitian ke Bank X

Perumusan Masalah

 Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah?

 Berapa risiko Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil komersil yang terjadi?

Tujuan

 Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kredit bermasalah.

 Menganalisis risiko Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil komersil yang terjadi.

Rancangan Pengumpulan Data: 1. Data Primer 2. Data Sekunder

-Kuisioner - Profil Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil -Wawancara - Karakteristik Debitur Produk Kredit Masyarakat

Desa Komersil Pengumpulan Data Memadai ? Input Data Pengolahan Data Analisis Data Kuisioner :

Kuisioner untuk Bank X

Kuisioner untuk debitur Produk Kredit Masyarakat Desa Bermasalah (Sensus) Wawancara:

Wawancara dengan Pihak Bank

Wawancara dengan Debitur Produk Kredit Masyarakat Desa Bermasalah

Laporan Bulanan

 Laporan Posisi Kredit Tahun 2010

 Data Debitur per bulan Tahun 2010

Outstanding/baki debet kredit per Des 2010

Analisis Deskriptif hasil kuisioner dan wawancara

Data Primer Data Sekunder

tidak

ya

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama Bulan Desember 2010 sampai Juni 2011 di Bank X Bogor yang terletak di Jalan Raya Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat. 3.4. Jenis Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan debitur atau nasabah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil dengan bantuan kuisioner. Selain itu dilakukan wawancara dengan pihak manajemen Bank X Bogor. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia. Data sekunder bersumber dari data yang terkait debitur UMKM dan laporan kredit Bank X Bogor pada tahun 2010, data-data dari lembaga terkait seperti BPS, BI, dan sebagainya serta studi pustaka dan literatur-literatur yang bersangkutan. Metode pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan, penyebaran kuisioner, wawancara baik dengan debitur maupun dengan pihak manajemen bagian kredit Bank X Bogor, dan studi literatur yang berkaitan dengan risiko kredit di Bank X Bogor.

Tabel 1. Jenis kebutuhan data, metode pengumpulan data dan analisis data No Tujuan Penelitian Jenis Data Data yang

dibutuhkan Metode Analisis Data 1 Mengidentifikasi karakter debitur bermasalah Bank X Bogor.

- Primer -Data individu Debitur

-Data usaha debitur

- Kuisioner - Wawancara -Analisis Deskriptif -Analisis Kuantitatif 2 Menganalisis faktor- faktor yang menyebabkan kredit bermasalah di Bank X Bogor.

- Primer Data debitur yang mengalami kredit bermasalah Wawancara -Analisis Deskriptif -Analisis Kuantitatif 3 Menganalisis risiko Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang terjadi di Bank X Bogor. - Primer - Sekunder - Outstanding / baki debet Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil - Persentase NPL - Wawancara - Observasi lapangan - Analisis Deskriptif - Metode VaR 4 Menganalisis pengelolaan risiko Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil di Bank X Bogor. - Primer - Sekunder

- Data jumlah kredit yang bermasalah - Dokumen dari perusahaan - Wawancara - Studi Literatur Analisis deskriptif

3.5 Teknik Pengambilan Data Primer

Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus, artinya seluruh populasi debitur kredit bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa menjadi responden. Responden berjumlah 50 orang debitur produk Kredit Masyarakat Desa Komersil bermasalah tahun 2010. Responden tersebut terdiri dari penunggak yang masih dapat mengangsur dan yang tidak dapat mengangsur produk Kredit Masyarakat Desa Komersil. Kelompok debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang masih dapat mengangsur adalah debitur yang tidak tepat waktu dalam melakukan pembayaran kredit namun mereka masih melakukan pembayaran atas pinjamannya. Sedangkan kelompok debitur bermasalah yang tidak dapat mengangsur Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil adalah debitur yang sama sekali tidak lagi membayar pinjamannya ke Bank X karena berbagai alasan.

3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Analisis Deskriptif

Analisis data berupa analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui prosedur pengelolaan kredit bermasalah dan perkembangan kolektibilitas kredit sehingga mudah untuk dipresentasikan. Penilaian menggunakan data per Desember 2010. Dalam perhitungan terhadap nilai risiko di masa yang akan datang tidak bisa memastikan dengan pasti potensi kerugian yang akan terjadi. Oleh sebab itu, peluang selalu mengikut hasilnya.

3.6.2 Value at Risk (VaR)

Salah satu alat analisis yang digunakan untuk menghitung risiko kredit adalah VaR. VaR dapat mengetahui berapa jumlah risiko maksimum yang akan dialami bank. Tahap menghitung VaR adalah sebagai berikut:

1. Menentukan matriks transisi bulanan

Matriks transisi bulanan merupakan rating debitur baik, meningkat, menutun atau tetap (perubahan dari migrasi kualitas kredit pada suatu periode waktu tertentu). Matriks transisi ini berukuran 4 x 4 karena jumlah kelas (grade) dalam credit rating system ada empat yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet.

2. Menentukan matriks migrasi unconditional

Matriks migrasi unconditional adalah proporsi perpindahan kolektibilitas satu bulan ke bulan berikutnya. Bentuk matriks ini sama dengan matriks transisi. L KL D M L P11 P12 P13 P14 KL P21 P22 P23 P24 D P31 P32 P33 P34 M P41 P42 P43 P44

Baris ke satu pada matriks di atas merupakan peluang untuk menghitung VaR pada kolektibilitas lancar. Baris ke dua merupakan

peluang untuk menghitung VaR pada kolektibilitas kurang lancar, dan seterusnya.

Keterangan:

a. P11 adalah peluang kredit dengan peringkat 1 (kolektibilitas lancar) tetap berada pada peringkat 1 (kolektibilitas lancar).

b. P12 adalah peluang kredit dengan peringkat 1 (kolektibilitas lancar) menjadi berada pada peringkat 2 (kolektibilitas kurang lancar) dan seterusnya.

c. L, KL, D, dan M adalah kolektibilitas lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet.

3. Menghitung rata-rata nilai baki debet

Rata-rata nilai ini merupakan jumlah dari hasil perkalian antara peluang migrasi ke peringkat tertentu dengan hasil kali antara nilai baki debet total peringkat tertentu pada akhir periode pengamatan dengan peluang peringkat tertentu. Peringkat yang dimaksud adalah kolektibilitas. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

µ

total

= ∑

si= 1

рi µi ...

(1) Keterangan:

a.

µ

total adalah rata-rata nilai baki debet pada tahun 2010 b.

рi

adalah peluang suatu kondisi ( peluang migrasi ke peringkat

tertentu) dari L ke L, L ke KL, L ke D, L ke M. Dari KL ke L, KL tetap KL, KL ke D, KL ke M, dan seterusnya.

c.

µi

adalah nilai baki debet yang merupakan hasil kali antara baki debet total dengan peringkat tertentu pada akhir periode pengamatan dengan peluang peringkat tertentu

d. s adalah banyaknya peringkat (L, KL, D, M)

4. Menghitung selisih nilai baki debet dengan nilai rata-rata debet (µtotal

)

5. Menghitung ragam, yaitu jumlah dari hasil rata-rata perkalian kuadrat selisih rata-rata nilai baki debet dengan rata-rata terbobot dengan peluangnya. Rumus untuk menghitung ragam adalah:

δ

2

=

si= 0

рi µi

2

- µ

total2

...

(2) 6. Menghitung simpangan baku yang merupakan akar dari ragam.

Simpangan baku disebut volatilitas. Nilai volatilitas digunakan untuk menghitung VaR kredit dengan asumsi nilai pinjaman terdistribusi normal untuk tingkat keyakinan 95 persen dan 99 persen adalah:

VaR = Zα x

δ ...

(3) Keterangan:

a. Zα adalah titik ktitik pada tabel Z (Zα pada tingkat keyakinan tertentu)

b.

δ

adalah pendugaan volatilitas

Semakin besar tingkat kepercayaan yang digunakan maka nilai VaR akan semakin besar, begitu pula dengan volatilitas, semakin besar volatilitas yang dihasilkan maka nila VaR akan semakin besar pula. Tingkat keyakinan 95 persen digunakan oleh Morgan ”Risk Metrics

dan tingkat keyakinan 99 persen digunakan oleh Basel Committee. Analisis VaR diawali dengan menentukan matriks transisi bulanan. Matriks transisi diperoleh dari Bulan Januari 2010 sampai dengan Bulan Desember 2010 sehingga matriks transisi yang dihasilkan sebanyak 11 matriks yang berukuran 4 x 4. Matriks transisi yang diperoleh dijumlah kemudian dicari rata-ratanya dan dari rata-rata yang diperoleh digunakan untuk menyusun matriks unconditional.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Bank X Bogor

Bank X Bogor berdiri pada tahun 1974 bersamaan dengan berdirinya Bank X unit di seluruh Indonesia. Bank X Bogor merupakan salah satu dari 32 unit yang ada di wilayah Kantor Cabang Bank X Bogor. Bank X Bogor terletak di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Wilayah kerja Bank X Bogor meliputi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Pamijahan. Kecamatan Cibungbulang meliputi 15 desa, yaitu Cemplang, Ciaruteun Ilir, Ciaruteun Udik, Cibatok I, Cibatok II, Cijujung, Cimanggu I, Cimanggu II, Dukuh, Galuga, Girimaya, Leuweungkolot, Situ Ilir, Situ Udik, dan Sukamaju. Kecamatan Pamijahan yang terdiri dari 14 desa, yaitu Purwabakti, Ciasmara, Ciasihan, Gunung Sari, Gunung Bunder II, Gunung Bunder I, Cibening, Picung, Cibitung Kulon, Cibitung Wetan, Pamijahan, Pasarean, Gunung Menyan, dan Cimayang.

Struktur organisasi Bank X Bogor dipimpin oleh seorang Kepala Unit ( Kepala Unit) yang membawahi dua orang Mantri, dua orang Deskman, dan dua orang Teller.

Gambar 5. Struktur organisasi Bank X Bogor

Masing-masing bagian mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Bank X.

1. Kepala Unit

Kepala Unit bertugas sebagai pimpinan kantor Bank X Bogor. Dalam hal ini Kepala Unit bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional yang

Kepala Unit

dilakukan oleh Bank X Bogor. Setiap Kepala Unit memiliki kewenangan dalam hal produk simpanan dan pinjaman. Kewenangan dalam produk simpanan yaitu menyangkut kewenangan dalam menyetujui penarikan simpanan. Kepala Unit berwenang untuk menyetujui penarikan simpanan sampai batas maksimal transaksi sebesar 500 Juta Rupiah. Transaksi di atas batas maksimal menjadi kewenangan pejabat yang lebih tinggi dalam hal ini pejabat di Kantor Cabang Bank X Bogor. Kewenangan pada produk pinjaman adalah dalam hal menyetujui besarnya pinjaman. Pinjaman yang dapat disetujui oleh Kepala Unit adalah maksimal sebesar 30 Juta Rupiah. Kewenangan ini dikenal dengan istilah Kuasa Memutus Permohonan Pinjaman (KMPP). Kinerja Kepala Unit dilihat dari laporan keragaan yang dicapai oleh bank tersebut.

2. Mantri

Mantri bertugas sebagai tenaga pemasaran yang bertugas ganda yaitu sebagai lending dan funding officer. Khusus untuk pinjaman, seorang Mantri bertugas sebagai seorang analis kredit untuk merekomendasikan putusan kredit kepada Kepala Unit dan sekaligus sebagai tenaga pembina debitur. Kinerja seorang Mantri pada umumnya dilihat dari laporan keragaan pinjaman pada bank tersebut.

3. Teller

Teller bertugas untuk melayani segala bentuk transaksi tunai perbankan yang meliputi setoran dan penarikan simpanan, setoran pinjaman, setoran transfer dan kliring, pembayaran rekening tagihan telepon dan listrik, pembayaran setoran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta berbagai transaksi tunai lainnya.

4. Deskman

Deskman memiliki tugas ganda yaitu sebagai front office dan sebagai

back office. Sebagai front office, Deskman bertugas untuk melayani nasabah baik nasabah simpanan maupun nasabah pinjaman. Dalam hal ini melayani pembukaan rekening, menyampaikan informasi tentang produk, dan lain-lain. Seorang Deskman juga bertugas memberikan pembinaan kepada nasabah pinjaman yang datang ke Bank X, khususnya dalam hal pembayaran angsuran

pinjaman serta memberikan penjelasan mengenai hak dan kewajiban seorang peminjam. Sebagai back office, Deskman bertugas untuk melakukan segala bentuk register dan pembuatan laporan yang diperlukan oleh kantor cabang maupun kantor pusat.

Sebagai perbankan simpan pinjam, Bank X Bogor memiliki berbagai produk perbankan untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya. Secara garis besar, Bank X Bogor melayani tiga macam produk perbankan yaiutu simpanan (tabungan dan deposito), pinjaman dan jasa bank lainnya.

1. Tabungan Pedesaan

Pembukaan tabungan pedesaan dibuat sesederhana mungkin dan dengan setoran yang terjangkau oleh masyarakat serta beban administrasi yang tergolong ringan. Sebagai penghargaan terhadap nasabah, produk ini disertai dengan suku bunga yang bersaing dan undian berhadiah. Undian ini diselenggarakan dalam dua periode pengundian per tahunnya dengan hadiah utama saat ini berupa satu unit mobil. Wilayah undian tabungan pedesaan hanya mencakup satu wilayah kantor cabang sehingga kesempatan untuk menang lebih besar.

2. Deposito

Deposito merupakan tabungan dengan ketetapan jangka waktu penarikan sesuai dengan perjanjian sehingga nasabah tidak bisa menarik tabungannya dengan bebas melainkan hanya bisa menarik tabungannya pada waktu yang telah disepakati sebelumnya. Bunga yang diberikan atas produk deposito ini lebih besar dibandingkan jenis tabungan lainnya, yaitu 6 persen. Bunga bisa berubah-ubah menyesuaikan dengan ketentuan peraturan suku bunga BI. 3. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

KUR diselenggarakan untuk membantu para pengusaha mikro di Indonesia khususnya masyarakat yang berada di wilayah kerja Bank X Bogor. KUR dengan berbagai kemudahannya seperti persyaratan kredit yang relatif sederhana sehingga mudah dipenuhi serta bunga pinjaman yang lebih rendah, telah banyak membantu para pengusaha mikro dalam mengembangkan usahanya.

4. Produk Kredit Masyarakat Desa

Produk Kredit Masyarakat Desa merupakan kredit yang diberikan kepada UMKM dan Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT). Sasaran penerima kredit ini adalah para pelaku usaha (komersil) dan GBT. Pembebanan bunga pada debitur Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil secara flat atau sama setiap bulannya.

Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil memiliki persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon debitur yang ingin mengajukan kredit. Persyaratan antara produk Kredit Masyarakat Desa Komersil GBT dengan produk Kredit Masyarakat Desa Komersil berbeda. Berikut ini adalah persyaratan untuk produk Kredit Masyarakat Desa Komersil:

1. Penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja Bank X setempat yang dibuktikan dengan KTP atau surat keterangan penduduk yang dibuat Kepala Desa setempat. Khusus untuk calon nasabah tertentu dimungkinkan untuk dilayani oleh Bank X diluar domisili nasabah yang bersangkutan setelah mendapat surat izin prinsip dari Kantor Cabang/Kantor Wilayah/Kantor Pusat.

2. Mempunyai usaha yang layak dan mempunyai karakter yang baik untuk dibiayai dengan produk Kredit Masyarakat Desa Komersil.

3. Bagi calon nasabah yang sudah mempunyai surat izin usaha dari instansi yang berwenang, cukup melampirkan fotocopy surat izin usaha tersebut. 4. Tidak sedang menikmati kredit lainnya di Kantor Cabang Bank X

lainnya.

5. Wajib membuka rekening tabungan di Bank X. 6. Dapat menyediakan agunan kebendaan.

Unsur agunan dikatakan sebagai the second way out bagi Bank X untuk setiap pemberian Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil. Namun demikian penilaian dan evaluasi terhadap agunan ini harus cermat karena akan merupakan pembayaran terakhir yang diharapkan oleh Bank X apabila kredit yang diberikan menjadi bermasalah atau macet. Setiap calon debitur produk Kredit Masyarakat Desa Komersil dipersyaratkan untuk dapat menyediakan agunan yang nilainya harus mengcover seluruh

jumlah pinjamannya (pokok dan bunga). Bila ditinjau dari sumber pembiayaan, agunan produk Kredit Masyarakat Desa Komersil dibedakan menjadi dua macam yaitu agunan pokok dan agunan

Dokumen terkait