• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Ekonomi. Perekonomian makro merupakan lingkungan dimana seluruh perusahaan baik swasta maupun BUMN beroperasi. Faktor perekonomian makro dalam menentukan kinerja operasi dalam pencapaian laba perusahaan termasuk kinerja investasinya dapat dilihat dari kenaikan harga saham (atau surat berharga lainnya di pasar uang dan modal) di bursa saham. Harga saham akan berkorelasi positif terhadap pencapaian perusahaan dalam pencapaian laba dalam hal ini kemampuan perusahaan memberikan dividen kepada pemegang saham, atau surat berharga lainnya seperti obligasi, misalnya, tercermin dalam kelancaran membayar bunga obligasi. Kondisi perekonomian makro di mana kebijakan- kebijakan makro ekonomi diputuskan oleh pemerintah, secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, Hal ini terlihat misalnya dalam kebijakan suku bunga oleh Bank Sentral, akan berdampak pada pergerakan harga-harga saham atau harga instrumen surat berharga keuangan lainnya, seperti obligasi. Namun secara keseluruhan, perekonomian makro harus dilihat sebagai indikator-indikator utama oleh kalangan perusahaan atau investor sebagai pendukung dalam melakukan perencanaan kegiatan-kegiatan usaha. Beberapa variabel dalam perekonomian makro adalah sebagai berikut: (Bodie, Kane dan Marcus, 2006)

1. Produk Domestik Bruto – PDB, (gross domestic product – GDP) – adalah ukuran produksi total barang dan jasa di dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat menunjukkan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang melimpah bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan. Ukuran

output perekonomian lain yang popular adalah produksi industri (industrial

production). Statistik ini menyediakan ukuran dari aktivitas ekonomi yang lebih

berfokus pada sisi manufaktur suatu perekonomian.

2. Pekerjaan. Tingkat pengangguran (unemployment rate) adalah persentase dari angkatan kerja (baik yang sedang bekerja atau sedang mencari pekerjaan) tetapi belum mendapatkan pekerjaan. Tingkat pengangguran mengukur sampai sejauh mana perekonomian beroperasi beroperasi pada kapasitas penuhnya. Tingkat pengangguran adalah faktor yang hanya terkait dengan pekerja, tetapi gambaran lanjutan tentang kekuatan ekonomi dapat dikumpulkan dari tingkat pengangguran faktor produksi lain. Analis juga memperhitungkan tingkat penggunaan kapasitas (capacity utilization rate) pabrik, yang merupakan rasio

output actual dari pabrik terhadap output potensialnya.

3. Inflasi (inflation) adalah tingkat kenaikan harga barang-barang secara umum. Inflasi yang tinggi sering dikaitkan dengan perekonomian “terlalu panas” (overheated), yaitu perekonomian di mana permintaan atas barang dan jasa melampaui kapasitas produksinya, yang akan mendorong kenaikan harga. Sebagian besar pemerintah menginginkan perjalanan yang baik di dalam kebijakan ekonominya. Mereka berharap dapat mendorong perekonomian yang cukup kuat untuk berproduksi mendekati kapasitas penuhnya, tetapi tidak sampai mendekati tekanan inflasioner. Apa yang dipandang sebagai pertukaran antara inflasi dan pengangguran merupakan inti dari kebijakan ekonomi makro.

4. Tingkat bunga (Interest rate) yang tinggi mengurangi nilai sekarang dari arus kas masa depan, sehingga mengurangi daya tarik peluang investasi. Untuk alasan ini, tingkat bunga riil menjadi penentu kunci dari pengeluaran investasi bisnis. Permintaan untuk perumahan serta barang-barang konsumsi berdaya pakai lama yang mahal seperti mobil, yang sering dibiayai melalui pinjaman, juga sangat sensitif terhadap tingkat bunga karena menentukan besarnya pembayaran bunga. Tingkat Suku Bunga dalam penilaian harga dan imbal hasil obligasi terdapat hubungan terbalik yang diakibatkan oleh pengaruh faktor suku bunga. Suku bunga dalam sistem perekonomian terbuka dapat mengalami naik dan turun dan sangat fluktuatif. Obligasi sebagai sekuritas dengan pendapatan tetap secara langsung harganya dipengaruhi oleh suku bunga. Investor dapat mengalami kerugian dan keuntungan apabila suku bunga mengalami kenaikan dan penurunan, meskipun pokok dan bunga obligasi dijamin pembayarannya sampai jatuh tempo.

Sensitivitas perubahan suku bunga dalam penilaian obligasi, di mana investor maupun emiten sama-sama memberikan perhatian, mengingat pengaruhnya atas kemungkinan pengambilan keputusan bagi investor untuk menjual apabila suku bunga naik, dan emiten untuk menarik apabila suku bunga turun, dan kebijakan lainnya dalam pengelolaan obligasi. Dalam hubungannya dengan tingkat bunga, terdapat dalil-dalil sesuai dengan pengamatan sebagai berikut (Bodie, Kane dan Marcus, 2006);

a. Harga dan tingkat imbal hasil obligasi berhubungan terbalik: jika tingkat imbal hasil meningkat, harga obligasi turun; jika tingkat imbal hasil turun, harga obligasi meningkat.

b. Kenaikan tingkat imbal hasil hingga jatuh tempo obligasi menghasilkan perubahan harga yang lebih kecil dibandingkan penurunan tingkat imbal hasil dengan besaran yang sama.

c. Harga obligsi jangka panjang cenderung lebih sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dibandingkan harga obligasi jangka pendek.

d. Sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat imbal hasil meningkat pada tingkat yang semakin berkurang ketika jangka waktu bertambah. Dengan kata lain, risiko tingkat bunga lebih rendah secara proporsional dibandingkan dengan jangka waktu.

e. Risiko tingkat bunga berhubungan terbalik dengan tingkat bunga kupon obligasi. Harga dari obligasi berbunga tinggi lebih tidak sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dibanding obligasi berbunga rendah.

f. Sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat imbal hasilnya berhubungan terbalik dengan tingkat imbal hasil hingga jatuh tempo di waktu obligasi tersebut dijual.

5. Defisit Angaran. Defisit anggaran (budget deficit) pemerintah federal adalah selisih antara pengeluaran dengan penerimaan pemerintah. Setiap kekurangan anggaran akan ditutupi dengan pinjaman pemerintah. Pinjaman pemerintah

dalam jumlah besar akan mendorong tingkat bunga karena permintaan kredit di dalam perekonomian.

6. Sentimen Pasar. Sikap optimis atau pesimis konsumen dan produsen yang berkaitan dengan perekonomian merupakan penentu dari kinerja perekonomian. Jika konsumen yakin dengan tingkat pendapatan mereka di masa depan, misalnya, mereka akan lebih bersedia untuk membeli barang-barang mahal. Demikian pula dengan pebisnis yang akan meningkatkan produksi dan persediaan jika mereka mengantisipasi permintaan yang lebih tinggi atas produk mereka. Dengan cara ini, keyakinan akan mempengaruhi berapa banyak konsumsi dan investasi yang akan dilakukan dan memengaruhi permintaan agregat atas barang dan jasa.

7. Nilai Tukar Rupiah. Ketika perusahaan akan melakukan investasi atau meminjam dari pasar keuangan internasional, salah satu pertimbangan adalah pasar nilai tukar internasional untuk memperoleh mata uang yang dibutuhkan. Karenanya kegiatan investasi dan peminjaman internasional membutuhkan pasar nilai tukar internasional. Dengan demikian, pasar nilai tukar internasional memfasilitasi perdagangan dan transaksi internasional. Perusahaan membutuhkan pasar nilai tukar internasional untuk membeli produk impor atau melakukan investasi langsung dalam suatu negara. Perusahaan mengandalkan pasar nilai tukar internasional untuk menukarkan mata uang asal dengan mata uang asing yang dibutuhkan untuk membeli produk impor atau melakukan investasi langsung. Sebuah perusahaan dalam melakukan transaksi internasional

sangat berkepentingan dengan pergerakan nilai mata uang yang dikenal dengan Kurs Mata Uang. Pergerakan kurs mata uang sangat berpengaruh terhadap jumlah kas masuk dan keluar yang diterima dari kegiatan perdagangan (ekspor dan impor). Perdagangan internasional, transaksi keuangan internasional dan arus modal masuk dan keluar dari suatu negara sangat dipengaruhi oleh tingkat kurs dari mata uang negara yang bersangkutan terhadap mata uang tujuan aktivitas ekonomi.

Kebijakan pemerintah (khususnya kebijakan moneter oleh Bank Sentral) dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang sekaligus kondisi ekonomi dan pasar keuangan (pasar uang dan pasar modal). Dalam sistem perekonomian terbuka, dimana interaksi dari berbagai variabel ekonomi khususnya variabel makroekonomi saling mempengaruhi, dengan demikian kinerja sebuah perusahaan akan terpengaruh baik oleh kondisi makroekonomi maupun oleh kebijakan atas variabelnya, seperti; kebijakan nilai tukar mata uang. Dalam perekonomian, terdapat beberapa sistem nilai tukar yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi secara langsung perekonomian, yaitu: (Madura, 2006)

1. Sistem Tetap (Fixed Rate): Dalam sebuah sistem nilai tukar tetap (fixed

exchange rate system), nilai tukar mata uang dibuat konstran ataupun hanya

diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang diinginkan. Pada kondisi tertentu bila diperlukan pemerintah akan melakukan pemotongan nilai

mata uangnya (devalue) terhadap mata uang negara lain. Pada kondisi lain, pemerintah dapat mengembalikan nilai mata uang (revalue) atau meningkatkan nilai mata uangnya terhadap mata uang lain. Tindakan Bank Sentral dalam melakukan pemotongan nilai mata uangnya bisa disebut sebagai devaluasi (devaluation). Istilah devaluasi biasanya digunakan dalam konteks yang berbeda dengan istilah depresiasi. Devaluasi mengacu pada penyesuaian kebawah (downward) dari mata uang yang dilakukan oleh bank Sentral. Sedangkan tindakan penyesuaian keatas (upward) biasa disebut sebagai revaluasi (revaluation). Keuntungan sistem nilai tukar tetap adalah perusahaan dapat melakukan kegiatan bisnis tanpa khawatir terhadap perubahan nilai mata uang di kemudian hari. Dengan demikian perusahaan dapat melakukan proyeksi bisnis ke masa yang akan datang. Sementara kerugiannya adalah risiko pemerintah akan melakukan perubahan nilai mata uang secara mendadak, dan membuat kondisi perekonomian sebuah negara menjadi sangat tergantung dari kondisi ekonomi dari negara lain.

2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (freely floating exchange rate system), yaitu nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi pemerintah. Bila pada sistem tetap tidak diperbolehkan adanya fleksibilitas secara penuh, pada sistem mengambang bebas memperolehkan adanya fleksibilitas secara penuh. Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai tukar akan disesuaikan secara terus menerus sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut. Keuntungan sistem mengambang bebas adalah kondisi ekonomi

suatu negara akan lebih terlindung dari dari kondisi ekonomi di negara lain. Sementara kerugiannya adalah bila suatu negara mengalami inflasi yang tinggi maka nilai mata uangnya akan menurun, demikian juga apabila inflasi rendah maka kecenderungan meningkatnya nilai mata uangnya akan menguat. Dari konsisi tersebut dapat dilihat bahwa berbagai permasalahan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari pergerakan nilai tukar mata uang dalam sistem mengambang bebas. Dalam sistem seperti ini, perusahaan yang berhubungan dengan ekspor impor harus mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk mengukur dan mengelola risiko-risiko akibat fluktuasi nilai tukar

3. Sistem mengambang terkendali (Managed floated). Sistem nilai tukar yang ada pada saat ini sebagian besar mata uang berada diantara sistem tetap dan mengambang bebas. Fluktuasi nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari kehari dan tidak ada batasan resmi. Hal ini sama dengan sistem tetap, dalam pemerintah sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya. Sistem inilah yang disebut sistem mengambang terkendali (managed float). Kelemahan sistem ini adalah bahwa pemerintah dapat melakukan manipulasi terhadap nilai tukar untuk menguntungkan negaranya dan merugikan negara lain.

4. Sistem Nilai Tukar Terikat (Pegged exchange rate) yaitu dimana mata uang lokal diikatkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tertentu.

Dokumen terkait