• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2.1. Pengertian Obligasi (Bond)

Menurut (Bodie, Kane dan Marcus, 2006), Obligasi merupakan sekuritas yang diterbitkan sehubungan dengan perjanjian pinjaman. Pihak peminjam menerbitkan (menjual) obligasi kepada pihak pemilik dana dengan imbalan sejumlah uang; jadi obligasi tersebut merupakan surat pernyataan utang dari pihak

peminjam. Dengan demikian Obligasi adalah surat berharga yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Obligasi merupakan salah satu instrumen investasi, disamping saham dan sertifikat deposito, dan properti. Obligasi dilihat dari perusahaan yang menerbitkan adalah termasuk sumber pembiayaan investasi jangka panjang (5 s/d 10 tahun), dengan demikian merupakan hutang jangka panjang. Ditinjau dari sudut pendapatan investor, obligasi merupakan investasi dengan pendapatan tetap (fixed income) yang lazim disebut kupon (coupon). Selain pendapatan tetap, obligasi juga memberikan keuntungan modal (capital gain). Ditinjau dari sudut risiko, obligasi dikelompokkan sebagai investasi dengan risiko rendah dibanding dengan saham. Namun dari sudut likuiditas obligasi kurang likuid dibanding dengan saham dan deposito. Obligasi adalah salah satu alternatif investasi di pasar modal dan terutama ditujukan kepada investor jangka panjang. Ada empat ketentuan yang menjadi daya tarik utama obligasi, yaitu: (Capital Market Society of Indonesia, 1997)

1. Obligasi membayar serangkaian bunga dalam jumlah tertentu secara reguler (teratur). Karena itu obligasi disebut sekuritas pendapatan tetap (fixed-

income securities).

2. Emiten akan membayar kembali pinjaman tersebut seutuhnya dan tepat waktu. Sehingga obligasi terlihat kurang berisiko dibandingkan investasi yang tergantung pada naik turunnya pasar (misalnya saham).

3. Obligasi memiliki jatuh tempo yang telah ditentukan ketika obligasi habis masanya dan pinjaman harus dibayar penuh pada nilai nominal. Pembayaran suku bunga obligasi juga sudah ditetapkan ketika obligasi diemisi.

4. Tingkat bunga obligasi kompetitif yaitu bahwa tingkat bunga dapat dibandingkan dengan apa yang bisa didapatkan investor di tempat lain. Sebagai hasilnya, tingkat obligasi baru biasanya sama dengan suku bunga perbankan saat ini. Sertifikat obligasi yaitu merupakan surat pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi (emiten) dari pemodal.

Jika diperhatikan karakteristik hutang jangka panjang yang dalam hal ini adalah obligasi, maka menurut Brigham (1995) menyatakan bahwa karakteristik obligasi adalah:

a. Aspek risiko, hutang dipandang lebih menguntungkan dibanding saham. b. Aspek laba, para pemegang obligasi memiliki pengembalian tetap

(kupon).

c. Aspek kendali, pemegang obligasi tidak memiliki hak suara, jika sampai obligasi dinyatakan tak dapat dibayar, pemegang obligasi dapat mengambil alih kendali penerbit (emiten).

2.2.2. Jenis-jenis Risiko Obligasi

Tak ada satu investasi pun yang tidak memiliki risiko. Hanya saja, tingkatan risiko setiap instrumen investasi tentunya berbeda. ‘High Risk, High Return’ tentu bukan istilah yang asing lagi dalam berinvestasi. Semakin tinggi hasil investasi yang diharapkan, risiko yang harus ditanggung juga tidak ringan. Fabozzy (2000), menguraikan jenis-jenis risiko yang terikat dalam instrument investasi surat berharga obligasi sebagai berikut:

1. Market risk, yaitu tingkat risiko yang disebabkan adanya inflasi, sehingga

menyebabkan meningkatnya suku bunga yang pada akhirnya menurunkan harga obligasi termasuk dalam risiko pasar adalah adanya permintaan dan penawaran atas obligasi.

2. Reinvestment risk, yaitu tingkat risiko yang disebabkan perubahan yield terhadap

re-investasi, atas cash flow yang diterima oleh pemilik obligasi. Adapun risiko ini hanya akan diderita oleh pemegang obligasi yang berkupon.

3. Credit risk, yaitu; tingkat risiko yang disebabkan penerbit obligasi tidak dapat

membayar kembali hutang pokok dan bunga terhadap obligasi yang diterbitkan (default risk). Dalam hal ini perusahaan penerbit bisa saja mengalami kesulitan keuangan dan mereka tidak menepati janjinya untuk membayar kupon atau bunga obligasi setiap tahun atau pokok dari investasi (nilai pari). Bila hal ini terjadi maka perusahaan penerbit gagal memenuhi janjinya dan Anda sebagai investor dirugikan. Dalam hal ini Anda dapat melihat peringkat dari obligasi dari

perusahaan yang menerbitkan. Pemeringkatan ini dilakukan oleh sebuah perusahaan independen.

4. Likuidity risk, yaitu risiko yang disebabkan tidak aktifnya pasar sekunder

obligasi, sehingga untuk pemegang obligasi yang membutuhkan likuiditas sulit untuk menjual obligasinya dengan segera, ataupun kalau ada mau membeli harganya sangat rendah, sehingga tidak memenuhi imbal hasil (return) seperti yang diharapkan. Ada kemungkinan obligasi yang dimiliki investor tidak dapat dijual segera karena obligasi tersebut tidak menarik buat investor lainnya sehingga jika tiba-tiba investor/perusahaan membutuhkan dana dalam jangka pendek maka tidak dapat dilakukan dengan segera atau bila tetap ingin menjual harus bersedia menjual dengan harga yang jauh lebih rendah dari nilai sebenarnya.

5. Volatility risk, yaitu tingkat risiko yang disebabkan oleh berfluktuasinya suku

bunga di pasar, sehingga harga dari obligasi bisa berubah-rubah (volatile), yang dapat menyebabkan adanya capital gain atau capital lost.

6. Inflational risk (risiko inflasi), yaitu disebabkan oleh inflasi yang menurunkan purchasing power (daya beli) kupon yang diterima investor. Obligasi dengan

suku bunga mengambang mempunyai risiko inflasi yang rendah. Risiko inflasi (daya beli) sangat dipengaruhi oleh inflasi suatu negara. Jika inflasi rendah, return atas obligasi akan menjadi baik. Tapi jika terjadi sebaliknya, return atas obligasi bisa menjadi habis bahkan negatif karena harus menyerap inflasi yang tinggi. Hal ini tentunya akan menurunkan daya beli.

7. Event risk, yaitu kemampuan penerbit obligasi untuk membayar kupon dan

pokok dipengaruhi oleh bencana alam, take over, merger, restructuring, dan krisis ekonomi.

8. Exchange rate risk, yaitu obligasi yang diterbitkan dengan mata uang sesuai

dengan tempat penerbitan obligasi, dalam kondisi rupiah melemah terhadap US$ Dollar, pemilik obligasi USD memperoleh keuntungan, sedangkan obligasi dalam mata uang rupiah mengalami kerugian sebagai konsekuensi risiko mata uang asing. Exchange rate risk perlu dipertimbangkan sejalan dengan dikeluarkan atau dicatatnya obligasi dengan mata uang non-rupiah di pasar modal. Nilai kupon atau arus kas yang Anda terima akan sangat berpengaruh dengan perubahan nilai tukar rupiah. Misalkan obligasi yang Anda beli dalam satuan dolar AS, maka kupon yang Anda terima berupa dolar AS. Bila semakin menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS maka nilai nominal rupiah yang akan Anda terima menjadi lebih sedikit demikian juga sebaliknya. Nilai tukar mata uang rupiah terhadap beberapa mata uang asing yang belum stabil menjadikan risiko ini harus diperhatikan dengan baik, agar tidak merugikan investor.

2.2.3. Bentuk-bentuk Obligasi

Obligasi dikenal memiliki jenis-jenis antara lain: (Weston, Brigham, 1990) 1. Obligasi Hipotik, yaitu pinjaman jangka panjang dengan jaminan harta tak

berarti perusahaan tersebut telah menjaminkan aktiva perusahaan sebagai jaminan. Jaminan ini merupakan syarat mutlak dalam perjanjian hutang jangka menengah dan jangka panjang (menengah = 5 tahun dan jangka panjang > 5 tahun).

2. Debenture, yaitu Obligasi tanpa jaminan, merupakan obligasi jangka panjang

yang tidak dijamin dengan harta tak bergerak tertentu. Indenture, yaitu merupakan dokumen yang mengatur hubungan jangka panjang antara kreditor dengan debitor. Pengikatan kontrak jangka panjang antara penerbit obligasi dengan investor (pembeli obligasi) diatur dengan alasan untuk menghindari terjadi sesuatu (misal kebangkrutan) dalam jangka panjang dari perusahaan penerbit obligasi. Secara garis besar, rincian kontrak obligasi memuat antara lain: (Weston, Brigham, 1990)

a. Bentuk obligasi dan instrumennya.

b. Uraian lengkap mengenai harta yang dijaminkan. c. Jumlah emisi obligasi.

d. Klausul-klausul perlindungan atas pembeli obligasi.

e. Rasio-rasio kewajiban perusahaan terhadap kreditor lainnya, dan f. Pengaturan penebusan kembali obligasi.

2.2.4. Penawaran Obligasi Melalui Pasar Perdana

Penawaran obligasi melalui pasar perdana adalah salah satu cara penawaran obligasi kepada masyarakat baik investor individu maupun investor lembaga. Secara

lengkap penawaran obligasi melalui media yang lazim disebut Prospektus: Pihak- pihak yang berperan dalam penerbitan obligasi diantaranya (Analisa Obligasi untuk Membiayai Pembangunan Daerah (Municipal Bond) Kasus Pemda Propinsi Jawa Barat (Bachrul, download, 16 Juni 2007).

1. Penanam Modal (Investor): Di negara maju, penanam modal atau pembeli obligasi umumnya adalah masyarakat atau perseorangan. Di Indonesia kondisi ini belum mengarah ke sana. Saat ini masih relatif sulit untuk mengharapkan perseorangan secara langsung membeli obligasi. Di Indonesia umumnya obligasi dibeli oleh lembaga-lembaga semacam dana pensiun atau perusahaan asuransi yang memiliki “supply of fund” yang sangat besar. 2. Penjamin Pelaksana Emisi (Underwriter): Perusahaan penjamin pelaksanaan

emisi obligai berfungsi selain sebagai pelaksana penjualan obligasi, bila perlu membeli seluruh atau sebagian obligasi yang diterbitkan apabila penjaminan pelaksanaan emisi mempunyai persyaratan “full commitment”. Dewasa ini sudah terdapat sejumlah besar perusahaan penjamin pelaksana emisi khususnya di DKI Jakarta yang telah melakukan sejumlah transaksi penjaminan penerbitan obligasi dan saham.

3. Lembaga Penilai (Rating Agency): Lembaga ini berfungsi sebagai penilai kemampuan membayar kembali baik calon penerbit obligasi, maupun lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan penerbitan obligasi tersebut. Pada saat ini di Indonesia terdapat satu-satunya lembaga penilai yaitu PT. Pefindo

(PT. Pemeringkat Efek Indonesia). Bila diperlukan, lembaga penilai dari luar negeri juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan suatu penilaian.

4. Wali Amanat (Trustee)/Paying Agent: Wali amanat adalah badan/lembaga yang diberi kepercayaan untuk mewakili kepentingan para pemegang obligasi, yang juga sering berfungsi sebagai agen pembayaran. Biasanya yang bertindak sebagai wali amanat dalam penerbitan obligasi adalah bank, dalam hal ini beberapa bank sudah melakukannya, sebagai contoh dapat disebutkan BDN, BTN dan beberapa bank swasta.

5. Penasehat Hukum Obligasi (Bond Counsel): Dalam pelaksanaan penerbitan obligasi, penasehat hukum obligasi diperlukan baik untuk kepentingan penerbit atau emiten dalam hubungannya dengan pihak-pihak terkait, seperti dengan penjamin pelaksana emisi, maupun pihak penanam modal. Penasehat hukum obligasi berfungsi sebagai penasehat hukum, pelindung hukum, dan penengah jika kemudian timbul permasalahan hukum. Seperti halnya perusahaan penjamin pelaksana emisi, di Indonesia dewasa ini sudah banyak berdiri perusahaan penasehat hukum obligasi yang beroperasi. Khususnya untuk di Jakarta, beberapa diantaranya menggunakan tenaga profesional dari luar negeri.

6. Penjamin Obligasi (Guarantor) Adalah pihak yang bersedia membayarkan kewajiban penerbit obligasi jika penerbit obligasi lalai atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Penjamin emisi juga berfungsi sebagai “credit

obligasi, terutama apabila hasil “rating” (pemeringkatan) dari “Rating

Agency” kurang menguntungkan yang disebabkan “performance” keuangan

si calon emiten kurang baik, maka jaminan suatu bank yang mempunyai

“rating” bagus sangat diperlukan.

7. Penasehat Keuangan (Financial Consultant): Jika diperlukan, BUMD atau Pemda yang akan menerbitkan obligasi atau saham dapat meminta nasehat keuangan kepada lembaga yang khusus bekerja untuk itu. Lembaga ini sudah cukup banyak berdiri di DKI Jakarta.

8. Pembina (Supervisor/overseas): Pembina dan pengawas pasar modal adalah Bapepam (Badan Pembina dan Pengawas Pasar Modal). Sesuai fungsinya sebagai pembina dan pengawas pasar modal. Bapepam telah semakin maju dalam upaya melindungi penanam modal dan menjaga ketertiban pihak- pihak yang menjadi pemain di pasar modal.

9. Bursa di Indonesia, bursa atau pasar modal baru terdapat di Jakarta (Bursa Efek Jakarta-BEJ) dan Surabaya (Bursa Efek Surabaya-BES). Penjualan obligasi melalui bursa dikenal dengan istilah “public offering” atau penawaran secara terbuka kepada umum. Namun, penjualan saham/obligasi dapat juga dilakukan di luar bursa, dikenal dengan istilah “private

Dokumen terkait