• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Surabaya (BES)

PT Bursa Efek Surabaya (BES) (sejak tanggal 1 Desember 2007 merger dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan berubah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)

Indonesia Stock Exchange) didirikan berdasarkan akta Notaris Kartini Mulyadi, S.H., No. 73 tanggal 30 Maret 1989 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 16 Juni 1989 berdasarkan surat izin usaha yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan No. 654/KMK.010/1989. Kantor Perusahaan berlokasi di Jakarta, Plaza Bapindo Menara Mandiri lantai 20 & 23, dan di Surabaya, Gedung Medan Pemuda lantai 5, Jl. Pemuda 27-31. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, Perusahaan didirikan dengan tujuan antara lain melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan Pasar Modal sebagai alternatif sumber pembiayaan untuk mendukung dunia usaha dalam rangka pembangunan nasional, memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk ikut memiliki berbagai macam Efek dan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi dunia usaha untuk memperoleh dana dengan cara menawarkan Efek kepada masyarakat melalui Pasar Modal, serta menyelenggarakan perdagangan Efek yang teratur, wajar dan efisien. Pada tanggal 22 Juli 1995, BES bergabung dengan Bursa

Paralel Indonesia. Saat ini, sistem perdagangan BES dilakukan secara remote trading untuk transaksi instrumen Efek seperti obligasi, derivatif, dan saham.

PT Bursa Efek Surabaya (BES), atau dalam Bahasa Inggris disebut

Surabaya Stock Exchange (SSX) adalah bursa saham di Surabaya, Indonesia. BES merupakan bursa efek swasta pertama di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 16 Juni 1989 berdasarkan SK Menteri Keuangan Nomor 645/KMK.010/1989, oleh Menteri Keuangan waktu itu JB Sumarlin. Pendirian BES dimaksudkan untuk mendukung perkembangan ekonomi wilayah Indonesia bagian timur, dengan mengembangkan industri pasar modal di Surabaya dan Jawa Timur. Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange (IPSX), sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek: BES dan BEJ. Produk BES meliputi saham, obligasi (baik swasta maupun pemerintah), serta reksadana (LQ45 futures, Dow Futures, dan Japan Futures). Sedangkan layanan BES antara lain:

1. FATS (Futures Automated Trading System), yakni sistem perdagangan jarak jauh untuk Pasar Reksadana.

2. OTC-FIS (Over The Counter - Fixed Income Service), yakni instrumen perdagangan untuk fixed income.

3. SSX-Net (Surabaya Stock Exchange Net), adalah sistem informasi berbasis internet BES untuk mendukung transparansi pasar modal.

4. IGSYC (Indonesian Government Securities Yield Curve), adalah indikator berbasis analisis statistik untuk memprediksi kejadian ekonomi masa depan.

Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek atau saham perusahaan serta obligasi pemerintah. Bursa efek tersebut, bersama-sama dengan pasar uang merupakan sumber utama permodalan eksternal bagi perusahaan dan pemerintah. Biasanya terdapat suatu lokasi pusat, setidaknya untuk catatan, namun perdagangan kini semakin sedikit dikaitkan dengan tempat seperti itu, karena bursa saham modern kini adalah jaringan elektronik, yang memberikan keuntungan dari segi kecepatan dan biaya transaksi. Perdagangan dalam bursa hanya dapat dilakukan oleh seorang anggota, sang pialang saham. Permintaan dan penawaran dalam pasar-pasar saham didukung faktor-faktor yang, seperti halnya dalam setiap pasar bebas, mempengaruhi harga saham. Sebuah bursa saham sering kali menjadi komponen terpenting dari sebuah pasar saham. Tidak ada keharusan untuk menerbitkan saham melalui bursa saham itu sendiri dan saham juga tidak mesti diperdagangkan di bursa tersebut: hal semacam ini dinamakan "off exchange". Penawaran pertama dari saham kepada investor dinamakan pasar perdana atau pasar primer dan perdagangan selanjutnya disebut pasar kedua (sekunder).

Pasar modal menjadi alternatif pendanaan dalam mengembangkan perusahaan di Indonesia, karena melalui pasar modal, dana dapat diperoleh dalam jumlah besar dibanding dana dari perbankan. Perusahaan yang membutuhkan dana, menjual surat berharganya dalam bentuk saham di pasar modal, melalui penawaran perdana kepada publik atau initial public offering (IPO) di pasar primer yang selanjutnya diperdagangkan di pasar sekunder. Bagi investor sendiri, pasar modal selain sebagai

wahana investasi juga merupakan upaya diversifikasi. Setiap investor dapat memilih berbagai investasi yang ada, di mana setiap jenis investasi memiliki karakteristik sendiri-sendiri dalam hal tingkat pengembalian (return) dan risiko.

4.1.2. Data Penelitian

Data keuangan dalam penelitian ini adalah berdasarkan Laporan Keuangan emiten perusahaan, baik laporan neraca dan laporan rugi laba, yang telah diterbitkan oleh perusahaan emiten dan disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia dan dapat diakses oleh publik. Selanjutnya data penelitian ini disajikan dalam bentuk rasio baik untuk variabel faktor fundamental ekonomi maupun variabel faktor fundamental perusahaan, sebagai berikut:

Tabel 4.1. Daftar Perusahaan Sampel (yang Masuk Kriteria Sampel)

No Nama Perusahaan Thn 2003 Thn 2004 Thn 2005

1 Adhi Karya

2 Alfa

3 Apexindo Pratama Duta

4 Arpeni Pratama Ocean Line

5 Astra Graphia

6 Bahtera Adimina Samudra

7 Bank BNI

8 Bank Buana Indonesia

9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin

15 Beta Inti Multifinance

16 Branta Mulia

17 Charoen Pokphand Indonesia

18 CMNP

19 Duta Pertiwi

20 Federal International Finance

21 HM Sampoerna

22 Indo Jasa Pratama

23 Indofood Sukses Makmur

24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion

32 Matahari Putra Prima

33 Oto Multiartha

34 Panin Sekuritas

35 Pindo Deli

36 Pupuk Kaltim

37 Putra Sumber Utama Timber

38 RCTI

39 Sona Topas Tourism Industry

40 Summarecon Agung

41 Surya Citra Televisi

42 Swadharma Indotama Finance

43 Telkom

44 Tjiwi Kimia

45 Trimegah Securiities

46 Tunas Baru Lampung

47 Tunas Financindo Sarana

48 Waskita Karya

49 WIKA

50 WOM Finance

Tabel 4.2. Data Rasio Keuangan

No Nama Perusahaan

Rata rata Current Ratio (CR)

Rata rata Debt to Equity Ratio (DER) Rata rata Return on Investment (ROI) Rata rata Return on Equity (ROE) 1 Adhi Karya 1.5058 1.4624 0.2082 0.2082 2 Alfa 1.4702 0.4952 0.7280 0.0232 3 Apexindo Pratama Duta 2.3858 0.8691 2.0735 0.0233 4 Arpeni Pratama Ocean Line 1.2895 0.9313 1.2009 0.1039 5 Astra Graphia 3.3552 0.4864 1.6320 0.1013 6 Bahtera Adimina Samudra 0.4530 20.6701 9.3644 59.2949 7 Bank BNI 1.1530 0.6192 0.7139 0.1488 8 Bank Buana Indonesia 1.2042 0.3937 0.4741 0.1852 9 Bank DKI 1.3807 2.4021 3.3165 0.2051 10 Bank JATIM 1.1279 0.4873 0.5497 0.2860 11 Bank Mayapada 1.1371 0.6112 0.6950 0.0569 12 Bank Nagari 7.5003 0.5734 4.3009 0.2654 13 Bank NISP 1.1566 0.3333 0.3855 0.2741 14 Bank Panin 1.2437 0.3015 0.3749 0.1417 15 Beta Inti Multifinance 80.3504 3.7564 301.8295 0.2107 16 Branta Mulia 2.6371 0.6521 1.7196 0.1071 17 Charoen Pokphand Indonesia 440.4183 0.7603 334.8284 0.1340 18 CMNP 1.2864 0.4043 0.5201 0.1167 19 Duta Pertiwi 1.3610 0.3390 0.4614 0.0447 20 Federal International Finance 9.4720 4.9692 47.0680 0.4186 21 HM Sampoerna 2.6266 0.4872 1.2798 0.3915 22 Indo Jasa Pratama 3.6721 2.2438 8.2392 0.1453 23 Indofood Sukses Makmur 1.6162 1.4895 2.4074 0.0890 24 Indosat 1.6504 0.8381 1.3832 0.2475 25 Indosiar 4.5805 0.8019 3.6733 0.1630 26 Jasa Marga 0.4427 2.7132 1.2010 0.1452 27 Jawa Pos 1.1427 1.2584 1.4380 0.2025 28 Kalbe Farma 2.8393 0.4435 1.2592 0.3211 29 Lautan Luas 1.6937 0.8079 1.3684 0.0796 30 Lontar Papyrus 0.4041 0.8708 0.3519 0.1284 31 Maspion 2.6226 0.6640 1.7413 0.0882 32 Matahari Putra Prima 1.3102 0.4536 0.5943 0.0800 33 Oto Multiartha 2.2473 1.2279 2.7594 0.1804 34 Panin Sekuritas 3.3039 0.9587 3.1676 0.1963 35 Pindo Deli 0.7869 34.6340 27.2550 2.5232 36 Pupuk Kaltim 1.4874 1.0011 1.4890 0.0962 37 Putra Sumber Utama Timber 0.6745 2.3629 1.5936 0.4656 38 RCTI 2.7137 1.5747 4.2731 0.2984 39 Sona Topas Tourism Industry 1.1910 1.2598 1.5004 0.0623 40 Summarecon Agung 1.5232 0.5038 0.7674 0.2139 41 Surya Citra Televisi 2.5614 1.0567 2.7067 0.2577 42 Swadharma Indotama Finance 4.8132 4.2886 20.6418 0.1971 43 Telkom 0.7916 1.0147 0.8032 0.3532 44 Tjiwi Kimia 2.0095 1.3922 2.7977 0.1865 45 Trimegah Securiities 3.0265 0.3732 1.1296 0.1809 46 Tunas Baru Lampung 1.2109 0.9935 1.2031 0.0323 47 Tunas Financindo Sarana 2.4456 2.8802 7.0438 0.2303 48 Waskita Karya 1.6066 0.9660 1.5520 0.1761 49 WIKA 1.3799 1.1995 1.6551 0.2033 50 WOM Finance 5.0755 1.1373 5.7721 0.2918

Tabel 4.2. Data Rasio Keuangan (Lanjutan)

No Nama Perusahaan Log Nilai Tukar (NT) Log Tingkat Suku Bunga (TSB) Log Inflasi (I) Imbal Hasil Obligasi (IHO) 1 Adhi Karya 10.2227 5.0121 5.4062 0.1388 2 Alfa 9.8128 4.3311 5.5121 0.1375 3 Apexindo Pratama Duta 10.3942 4.4916 4.9238 0.1225 4 Arpeni Pratama Ocean Line 10.2234 4.5582 4.8061 0.1425 5 Astra Graphia 9.7393 4.0859 4.7617 0.1350 6 Bahtera Adimina Samudra 9.6314 4.1402 4.0092 0.1600 7 Bank BNI 12.1044 7.0428 5.9182 0.1331 8 Bank Buana Indonesia 11.1625 6.0872 4.8977 0.1200 9 Bank DKI 10.8112 5.6930 4.8760 0.1100 10 Bank JATIM 10.9130 5.8691 5.0342 0.1280 11 Bank Mayapada 10.3908 5.3164 4.0485 0.1175 12 Bank Nagari 10.4644 5.2388 4.6190 0.1235 13 Bank NISP 11.2131 6.1580 5.1958 0.1280 14 Bank Panin 11.3898 6.2984 5.3545 0.1225 15 Beta Inti Multifinance 8.9317 3.0964 3.3061 0.1600 16 Branta Mulia 10.1812 4.4769 5.1523 0.1275 17 Charoen Pokphand Indonesia 10.3741 4.8021 5.6676 0.1425 18 CMNP 10.1555 4.2471 4.5831 0.1159 19 Duta Pertiwi 10.5965 5.2348 4.9789 0.1450 20 Federal International Finance 10.7991 4.7505 5.2990 0.1355 21 HM Sampoerna 11.0130 5.5252 6.2574 0.1356 22 Indo Jasa Pratama 8.9128 3.4813 3.3793 0.1250 23 Indofood Sukses Makmur 11.1459 5.5950 6.2385 0.1150 24 Indosat 11.4398 5.6314 5.9824 0.1379 25 Indosiar 10.1674 4.3072 4.9749 0.1010 26 Jasa Marga 10.8606 4.9724 5.1920 0.1453 27 Jawa Pos 10.0323 4.3952 4.8949 0.1800 28 Kalbe Farma 10.4897 4.9549 5.5871 0.1788 29 Lautan Luas 10.1151 4.7198 5.2118 0.1380 30 Lontar Papyrus 10.8862 5.5724 5.3876 0.1475 31 Maspion 10.5441 4.7811 5.2601 0.1713 32 Matahari Putra Prima 10.5676 5.0509 5.7472 0.1216 33 Oto Multiartha 10.4110 5.0787 4.7424 0.1394 34 Panin Sekuritas 9.5195 4.0229 3.7320 0.1825 35 Pindo Deli 11.3098 5.9532 5.8800 0.1368 36 Pupuk Kaltim 10.7416 4.9952 5.5813 0.1446 37 Putra Sumber Utama Timber 9.8931 4.588 4.8379 0.1513 38 RCTI 10.2152 4.6481 5.0646 0.1322 39 Sona Topas Tourism Industry 9.5488 4.0244 4.3367 0.0878 40 Summarecon Agung 10.1659 4.7605 4.7855 0.1475 41 Surya Citra Televisi 10.0331 4.4223 4.9516 0.1475 42 Swadharma Indotama Finance 9.9173 4.2607 4.4041 0.1150 43 Telkom 11.7123 6.0614 6.5140 0.1700 44 Tjiwi Kimia 11.2495 5.7686 5.8968 0.1338 45 Trimegah Securiities 9.7476 4.2768 4.2769 0.1283 46 Tunas Baru Lampung 10.0825 4.4591 4.9968 0.1325 47 Tunas Financindo Sarana 10.1551 4.8071 4.5510 0.1266 48 Waskita Karya 10.0426 4.8258 5.2868 0.1588 49 WIKA 10.1381 4.9006 5.2440 0.2735 50 WOM Finance 10.0201 4.3939 4.6938 0.1421

4.1.3 Deskripsi Data Penelitian

Data yang diperoleh dari hasil analisis deskriptif menunjukkan nilai tertinggi (maximum), nilai terendah (minimum), rata-rata (mean) dan standar deviasi dari setiap variabel yang diteliti, baik faktor fundamental ekonomi maupun fundamental perusahaan. Hasil analisa deskriptif dapat dilihat seperti dalam Tabel 4.3. berikut:

Tabel 4.3. Deskripsi Data Penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation CR 50 ,40 440,42 12,5068 62,75525 DER 50 ,30 34,63 2,2683 5,51477 ROI 50 ,35 334,83 16,5497 62,80652 ROE 48 ,01 59,29 1,4529 8,53372 NTU 50 8,91 12,10 10,4118 ,65439 INFLASI 50 3,31 6,51 5,0448 ,68113 IHO 50 ,09 ,27 ,1399 ,02731 Valid N (listwise) 48

Berdasarkan Tabel 4.3. maka dapat disimpulkan bahwa, rata-rata rasio

Current Ratio (CR) adalah 12,5068%, rasio terendah adalah sebesar 0,40% dan tertinggi adalah sebesar 440,42%, dengan standar deviasi sebesar 62,75525%. Keseluruhan current ratio ini mencerminkan bahwa dalam operasional perusahaan cukup aman dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Namun dalam analisis current rasio ini harus dilihat lebih jauh, mengingat unsur persediaan menjadi faktor kritis apakah perusahaan memiliki kas yang cukup dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, khususnya pembayaran bunga obligasi. Investor melihat bahwa unsur

ketersediaan kas dan kelancaran pembayaran hutang-hutang menjadi pertimbangan pada perusahaan emiten obligasi.

Selanjutnya rata-rata rasio Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebesar 2,2683%, rasio terendah adalah sebesar 0,30% dan tertinggi adalah sebesar 34,63%, dengan standar deviasi sebesar 5,51477%. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa hutang perusahaan melebihi modal sendiri. Hal ini dapat mencerminkan bahwa investor dapat merasa tidak aman dalam investasi obligasi yang diterbitkan emiten. Namun hal ini harus dilihat lebih jauh mengingat jumlah obligasi yang diterbitkan emiten dapat melampaui jumlah modal sendiri. Namun secara umum emiten obligasi memiliki rasio DER yang aman. DER yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan mengambil kebijaksanaan investasi baik untuk investasi ekspansi maupun untuk proyek-proyek baru dengan sumber dana hutang khususnya jangka panjang. Hal ini dapat dilihat dari penerbitan obligasi perusahaan. Secara umum DER merupakan rasio hutang dengan modal sendiri, dengan demikian modal merupakan jaminan atas hutang apabila perusahaan likuidasi. Namun modal sendiri tidak selalu menjadi jaminan atas penerbitan obligasi, faktor lainnya seperti jaminan pemerintah menjadi jaminan khusus terhadap emiten obligasi khususnya emiten BUMN.

Selanjutnya, rata-rata rasio Ruturn on Investment (ROI) sebesar 16,5497%, rasio terendah adalah sebesar 0,35% dan tertinggi adalah sebesar 334,83%, dengan standar deviasi sebesar 62,80652%. Hal ini menunjukkan secara keseluruhan tingkat ROI dari emiten obligasi sangat menjanjikan, mengingat tingkat ROI yang tertinggi

dapat mencapai sebesar 334,83%, dan hal ini dapat menjadi jaminan investor bahwa bunga obligasi menjanjikan tingkat ROI yang wajar bagi investor. Selain tingkat ROI, obligasi merupakan investasi yang kurang berisiko dibandingkan dengan saham. Kualitas aktiva perusahaan menjadi penilaian dalam menghitung tingkat ROI perusahaan.

Selanjutnya, rata-rata rasio Return on Equity (ROE) sebesar 1,4529%,rasio terendah adalah sebesar 0,01% dan tertinggi adalah sebesar 59,29%, dengan standar deviasi sebesar 8,53372%. Hal ini mencerminkan bahwa secara keseluruhan tingkat return atau pengembalian modal para pemegang saham cukup baik, dan hal ini menjadi salah satu faktor bahwa para pemegang saham diperkirakan mendapat deviden setiap tahunnya. Dengan tingkat ROE yang cukup, maka para pemegang saham dapat diyakinkan untuk menanamkan keuntungan bersih hak pemegang saham untuk diinvestasikan kembali dan tidak untuk dibagikan.

Selanjutnya rata-rata rasio Nilai Tukar Rupiah (NTU) sebesar 10,4118%,

rasio terendah adalah sebesar 8,91%, dan tertinggi adalah sebesar 12,10%, dengan standar deviasi sebesar 0,65439%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar sangat cukup stabil, mengingat jarak antara rata-rata, tertinggi dan terendah tidak berbeda jauh. Hal ini didukung oleh fakta bahwa pemerintah sangat menjaga kestabilan nilai tukar dalam menjaga tingkat kepercayaan masyarakat atas nilai tukar rupiah. Kestabilan nilai tukar sangat berpengaruh atas obligasi khususnya obligasi dengan dalam mata uang asing yang diterbitkan dan diperdagangkan di bursa luar negeri. Emiten yang menerbitkan obligasi dalam mata uang asing biasanya adalah BUMN.

Selanjutnya, rata-rata rasio Inflasi (I) adalah sebesar 5,0448%. rasio terendah adalah sebesar 3,31% dan tertinggi adalah sebesar 6,51%, dengan standar deviasi sebesar 0,68113%. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah melalui instrument moneter menjaga tingkat inflasi yang stabil dengan memanfaatkan perekonomian yang mulai bertumbuh seiring dengan tingkat investasi yang semakin baik. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor untuk merangsang investor dalam berinvestasi pada obligasi, serta merangsang emiten-emiten baru menerbitkan obligasi.

Selanjutnya, rata-rata rasio Imbal Hasil Obligasi (IHO) perusahaan sampel adalah sebesar 0,1399%, rasio terendah adalah sebesar 0,09% dan tertinggi adalah sebesar 0,27%, dengan standar deviasi sebesar 0,02731%. Hal ini menunjukkan bahwa obligasi dapat menjadi alternatif investasi selain deposito. Dengan tingkat rata-rata imbal hasil sebesar 13,99% diatas tingkat bunga deposito dengan rata-rata sebesar 9%, maka berinvestasi dalam obligasi menjadi investasi yang cukup menarik. Kecenderungan imbal hasil obligasi yang tidak berfluktuasi juga menjadi daya tarik karena dengan demikian investor menjadi lebih aman.

Dokumen terkait