• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pembagian Peran dan Tanggung Jawab

5.2 Kolaborasi Antara Perum Perhutani dengan Masyarakat

3.2.1. Faktor Pembagian Peran dan Tanggung Jawab

Faktor pembagian peran dan tanggung jawab dinilai dengan enam indikator yaitu kemampuan berkompromi, bentuk partisipasi seluruh pihak, fleksibilitas, mengembangkan peran/tugas dan pedoman kebijakan secara jelas, pelaksanaan program dengan langkah-langkah yang tepat serta anggota LMDH merupakan pihak yang tepat untuk mewakili masyarakat.

Tabel 10 Perolehan Skor Responden Anggota LMDH terhadap Faktor Pembagian Peran dan Tanggung Jawab

LMDH

Cibanyuhurip Tani Mukti LMDH Mahoni Jaya LMDH Indikator

Penilaian M PP M PP M PP

1. Kemampuan berkompromi 3,9 4,2 3,8 4,0 3,9 4,1 2. Bentuk partisipasi seluruh

pihak 3,0 4,3 2,9 4,3 3,1 4,5

3. Fleksibilitas 3,4 4,0 3,4 4,6 3,7 4,4

4. Mengembangkan

peran/tugas dan pedoman

kebijakan secara jelas 3,2 4,0 3,0 4,1 3,3 4,3 5. Pelaksanaan program

dengan langkah-langkah

yang tepat 3,4 3,4 3.6 4,5 3,8 4,3

6. Anggota LMDH merupakan pihak yang tepat untuk mewakili masyarakat

3,6 2,9 2,9 4 3,5 3,8 Keterangan: M= Masyarakat PP= Perum Perhutani

Kemampuan dan kemauan untuk berkompromi adalah salah satu faktor yang menunjang berjalannya proses kolaborasi. Dalam proses pengambilan

keputusan dibutuhkan keterlibatan antara seluruh anggota dan pengurus LMDH beserta pihak dari Perum Perhutani untuk berkompromi.

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui skor yang diperoleh LMDH Cibanyuhurip, LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya untuk faktor kemampuan berkompromi adalah masing-masing sebesar 3,9; 3,8 dan 3,8. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh anggota dari ketiga LMDH merasa memiliki kemampuan dan kemauan untuk berkompromi.

Namun sebagian besar anggota LMDH khususnya LMDH Tani Mukti merasa bahwa anggota tidak pernah diajak berkompromi dalam pengambilan keputusan di LMDH. Hal ini dikarenakan pihak pengurus LMDH tidak pernah memberikan kesempatan pada anggota untuk berkompromi, alasannya adalah kurangnya pengetahuan dan pendidikan anggota.

Skor yang diperoleh responden dari pihak Perum Perhutani yang mendampingi LMDH Cibanyuhurip, LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya adalah masing-masing sebesar 4,2; 4,0 dan 4,1. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh antara pihak Perum Perhutani dengan pihak LMDH sudah merasa memiliki kemampuan dan kemauan untuk berkompromi.

Perum Perhutani sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam proses kolaborasi memiliki kemampuan dan kemauan untuk berkompromi dengan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Kegiatan berkompromi antara Perum Perhutani dengan masyarakat tidak hanya dilakukan secara formal tetapi juga dilakukan secara informal seperti kunjungan ke lahan-lahan garapan anggota dan berdiskusi di lapangan.

Bentuk partisipasi seluruh pihak yang terlibat merupakan kunci keberhasilan suatu proses kolaborasi. Pada saat Pihak Perhutani dan LMDH membuat keputusan penting, anggota LMDH hendaknya juga diberi kesempatan untuk berunding dan mendiskusikannya. Setiap pihak yang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapat.

Dari Tabel 10, dapat dilihat skor terendah adalah 2,9 yang diperoleh oleh responden anggota LMDH Tani Mukti. Hal ini menunjukkan kurangnya bentuk partisipasi dari seluruh pihak dan harus menjadi pusat perhatian serta masukan

55

untuk membangun partisipasi dari seluruh pihak. Jarangnya anggota diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan berunding dalam pengambilan keputusan menjadi penyebab rendahnya bentuk partisipasi dari seluruh pihak. Sedangkan skor yang diperoleh responden anggota LMDH Cibanyuhurip dan LMDH Mahoni jaya hanya terpaut sedikit dari skor LMDH Tani Mukti yaitu 3,0 dan 3,1. Skor ini menunjukkan bentuk partisipasi dari seluruh pihak sudah terlaksana namun belum maksimal. Skor yang diperoleh responden dari pihak Perum Perhutani yang mendampingi LMDH Cibanyuhurip, LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya masing-masing sebesar 4,3; 4,3 dan 4,5. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk partisipasi dari seluruh pihak sudah baik.

Fleksibilitas merupakan kemudahan bagi seluruh pihak yang terlibat dalam proses kolaborasi saat membuat keputusan. Pihak masyarakat dapat dengan terbuka mengemukakan pendapat yang berbeda. Hal ini juga berarti pihak yang berkolaborasi bersedia mempertimbangkan pendapat yang berbeda untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui skor yang diperoleh LMDH Cibanyuhurip, LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya untuk faktor fleksibilitas adalah masing-masing sebesar 3,4; 3,4 dan 3,7. Skor yang diperoleh responden dari pihak Perum Perhutani yang mendampingi LMDH Cibanyuhurip, LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya adalah masing-masing sebesar 4,0; 4,6 dan 4,4. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pihak yang terlibat dalam proses kolaborasi telah bersedia terbuka untuk mengemukakan pendapat yang berbeda. Selain itu seluruh pihak juga telah bersedia mempertimbangkan pendapat yang berbeda untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

Dalam proses kolaborasi dibutuhkan pengembangan peran/tugas dan pedoman kebijakan secara jelas. Pihak yang berkolaborasi diharapkan sudah mengerti dengan jelas apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Sehingga terdapat proses yang jelas dalam pembuatan keputusan antara pihak-pihak yang terlibat.

Dari Tabel 10, dapat dijelaskan skor yang diperoleh LMDH Cibanyuhurip, LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya untuk faktor pengembangan peran/tugas dan pedoman kebijakan secara jelas adalah masing-masing sebesar

3,2; 3,0 dan 3,3. Sedangkan skor yang diperoleh responden dari pihak Perum Perhutani yang mendampingi LMDH Cibanyuhurip, LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya adalah masing-masing sebesar 4,0; 4,1 dan 4,3. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pihak yang terlibat dalam proses kolaborasi cukup mengerti apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Tetapi dalam proses pembuatan keputusan, anggota kurang mengerti secara jelas karena anggota sering kali tidak dilibatkan pada proses tersebut.

Pihak yang berkolaborasi diharapkan melakukan langkah-langkah yang tepat dalam mencapai tujuan. Disamping itu tim yang berkolaborasi yakni LMDH dan Perum Perhutani diharapkan dapat melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dan organisasi yang berkaitan dengan proses kolaborasi.

Skor yang diperoleh LMDH Cibanyuhurip, LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya untuk faktor pelaksanaan program dengan langkah-langkah yang tepat adalah masing-masing sebesar 3,4; 3,6 dan 3,8. Skor yang diperoleh responden dari pihak Perum Perhutani yang mendampingi LMDH Cibanyuhurip, LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya adalah masing-masing sebesar 3,4; 4,5 dan 4,3. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pihak yang terlibat dalam proses kolaborasi telah melakukan langkah-langkah yang tepat dalam mencapai tujuan. Responden dari pihak Perum Perhutani yang bertugas mendampingi LMDH Cibanyuhurip menilai bahwa pelaksanaan program PHBM di LMDH Cibanyuhurip belum dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat. Hal ini berkaitan dengan posisi Ketua LMDH yang kurang terbuka dalam pembuatan perencanaan kegiatan LMDH. Sedangkan responden dari pihak Perum Perhutani yang bertugas mendampingi LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya menilai bahwa pelaksanaan program telah dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat.

Disamping itu tim yang berkolaborasi yakni LMDH dan Perum Perhutani juga telah melakukan koordinasi dengan organisasi yang berkaitan dengan proses kolaborasi. Organisasi yang telah terlibat ialah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). LSM yang terlibat dalam proses kolaborasi pada LMDH Cibanyuhurip adalah LSM Kanopi, sedangkan LSM yang terlibat dalam proses kolaborasi pada LMDH Mahoni Jaya adalah LSM Bina Mitra.

57

Berlangsungnya kegiatan sebuah LMDH sangat bergantung pada setiap pihak yang tergabung didalamnya. Pihak yang dipilih sebagai pengurus ataupun anggota sebaiknya merupakan pihak-pihak yang dapat mewakili masyarakat. Selain itu, Seluruh organisasi lain (misal: kelompok dagang atau LSM) yang dibutuhkan untuk menjadi anggota dalam tim kolaborasi telah terlibat dalam proses kolaborasi. Skor untuk faktor anggota LMDH merupakan pihak yang tepat untuk mewakili masyarakat yang dimiliki LMDH Cibanyuhurip hampir sama dengan skor LMDH Mahoni Jaya. Skor yang dimiliki LMDH Cibanyuhurip sebesar 3,6 sedangkan skor yang dimiliki LMDH Mahoni Jaya sebesar 3,5. Hal ini menggambarkan bahwa anggota masing-masing LMDH merupakan pihak yang tepat untuk mewakili masyarakat. Namun dalam proses pengambilan keputusan, masing-masing responden mengatakan bahwa tidak seluruh anggota turut dilibatkan dalam proses tersebut.

Pada LMDH Tani Mukti skor yang diperoleh adalah sebesar 2,9. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Sy anggota LMDH Cibanyuhurip dapat diketahui bahwa hampir 80% dari seluruh anggota LMDH Cibanyuhurip mengundurkan diri karena kecewa dengan kepemimpinan Ketua LMDH Cibanyuhurip. Anggota yang mengudurkan diri ini bergabung dengan LMDH Tani Mukti.

Untuk faktor anggota LMDH merupakan pihak yang tepat untuk mewakili masyarakat dapat diketahui, bahwa skor terendah adalah 2,9 yang diperoleh oleh responden dari pihak Perum Perhutani yang mendampingi LMDH Cibanyuhurip. Hal ini dikarenakan beberapa responden menilai anggota LMDH yang terlibat proses kolaborasi tidak dapat mewakili seluruh masyarakat desa hutan dalam pengambilan keputusan. Dari hasil wawancara diketahui bahwa anggota LMDH jarang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pada LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya, skor yang diperoleh adalah masing-masing 4,0 dan 3,8. Responden dari pihak Perum Perhutani yang mendampingi mengatakan bahwa anggota LMDH merupakan pihak yang tepat untuk mewakili masyarakat.

Kemampuan berkompromi dan fleksibilitas antar pihak-pihak yang berkolaborasi sudah baik. Proses kolaborasi juga sudah dapat dikatakan baik berdasarkan perolehan skor pada faktor mengembangkan peran/tugas dan

pedoman kebijakan secara jelas dan pelaksanaan program dengan langkah-langkah yang tepat. Namun pada faktor bentuk partisipasi seluruh pihak dan faktor anggota LMDH merupakan pihak yang tepat untuk mewakili masyarakat, terlihat perbedaan yang mencolok antar skor masyarakat dengan skor Perum Perhutani. Dari kedua faktor ini proses kolaborasi dapat dikatakan belum sepenuhnya berhasil.