• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.2 Kolaborasi Antara Perum Perhutani dengan Masyarakat

5.3.3 Partisipasi Tahap Pemanfaatan Hasil

PHBM dapat dikatakan berhasil apabila masyarakat desa hutan juga ikut menikmati manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan dalam tahap pemanfaatan hasil diantaranya adalah manfaat kayu dari Perum Perhutani, manfaat dari tumpangsari serta keterlibatan dalam pembagian kayu penjarangan.

Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa sebanyak 28 orang (93,33 %) responden LMDH Cibanyuhurip, sebanyak 30 orang (100 %) responden LMDH Tani Mukti dan sebanyak 30 orang (100 %) LMDH Mahoni Jaya menyatakan

sering menerima manfaatnya. Masyarakat menikmati manfaat hasil kayu dari Perum Perhutani salah satunya masyarakat diperbolehkan untuk mengambil rencek sebagai kayu bakar. Pada ketiga LMDH ini tidak terdapat ketentuan dalam mengambil rencek, selama dalam batas wajar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Hasil penilaian dari responden LMDH Cibanyuhurip, LMDH Tani Mukti, dan LMDH Mahoni Jaya dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Distribusi Responden Anggota LMDH pada Tahap Pemanfaatan hasil PHBM

LMDH Pernah Tidak Jarang Sering Total Cibanyuhurip

• Manfaat hasil kayu • Manfaat Tumpangsari • Manfaat Bagi Hasil

- - - 2 (6,7 %) - 30 (100 %) 28 (93,3 %) 30 (100 %) - 30 (100 %) 30 (100 %) 30 (100 %) Tani Mukti

• Manfaat hasil kayu • Manfaat Tumpangsari • Manfaat Bagi Hasil

- - - - - 25 (83,3 %) 30 (100 %) 30 (100 %) 5 (16,7 %) 30 (100 %) 30 (100 %) 30 (100 %) Mahoni Jaya

• Manfaat hasil kayu • Manfaat Tumpangsari • Manfaat Bagi Hasil

- - - - - - 30 (100 %) 30 (100 %) 30 (100 %) 30 (100 %) 30 (100 %) 30 (100 %)

Disamping masyarakat boleh mengambil rencek, setelah adanya kegiatan PHBM masyarakat dapat memperoleh bagi hasil dari hasil penebangan. Sampai pada saat ini dari ketiga LMDH belum pernah memperoleh bagi hasil dari hasil penebangan karena belum adanya kegiatan penebangan di wilayah mereka masing-masing. Dalam menentukan besarnya nilai sharing yang diperoleh LMDH, biasanya Perum Perhutani yang langsung menentukan nilainya. Hasil sharing maksimal yang diperoleh LMDH dari kegiatan penebangan oleh Perum Perhutani sebesar 25 %.

Sementara itu sebanyak 30 orang (100 %) anggota LMDH Cibanyuhurip, sebanyak 30 orang (100 %) anggota LMDH Tani Mukti dan 30 orang (100 %) anggota LMDH Mahoni Jaya menyatakan sering memperoleh manfaat dari kegiatan tumpangsari. Untuk LMDH Cibanyuhurip, tanaman pertanian yang biasa ditanam adalah nilam, dimana masa panen dilakukan tiga kali dalam setahun.

75

Tanaman pertanian yang biasa ditanam di lahan LMDH Tani Mukti adalah nilam, padi gogo, dan kacang kedele. Sedangkan tanaman pertanian yang biasa ditanaman di lahan LMDH Mahoni Jaya adalah padi gogo yang memiliki masa panen dua kali dalam setahun. Sebagian besar anggota dari ketiga LMDH ini adalah masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki lahan andil. Sehingga lewat sistem tumpangsari, perekonomian mereka membaik dan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Gambar 7 Tumpang sari tanaman nilam di LMDH Cibanyuhurip.

Di bawah ini merupakan tabel yang menggambarkan perubahan pendapatan setelah adanya kegiatan PHBM di LMDH Cibanyuhurip, LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya.

Tabel 19 Rata-Rata Pendapatan Petani Responden di LMDH Cibanyuhurip, LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya.

No Lembaga Masyarakat Desa Hutan Rata-rata Pendapatan Non PHBM (Rp) Rata-rata Pendapatan PHBM (Rp) Persentase Perbedaan 1 LMDH Cibanyuhurip 3.236.666,67 4.713.666,67 145,63% 2 LMDH Tani Mukti 2.556.250,00 2.026033,33 79,26% 3 LMDH Mahoni Jaya 3.310.833,33 9.255.000,00 279,54%

Dari Tabel 19, dapat diketahui bahwa persentase perubahan dapat dikategorikan baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota dari ketiga LMDH.. Dengan adanya PHBM, anggota LMDH Tani Mukti dan anggota

LMDH Mahoni jaya dapat menggarap tanaman pertanian yaitu padi gogo. Dari luas lahan seluas 1 Ha dapat menghasilkan 4 ton basah padi gogo dengan nilai jual sebesar Rp 2500/Kg.

Gambar 8 Padi gogo yang ditanam di LMDH Mahoni Jaya.

Sedangkan budidaya tanaman yang dilakukan oleh anggota LMDH Tani Mukti dan sebagian anggota LMDH Cibanyuhurip adalah nilam. Masa tanam nilam adalah empat bulan. Petani dapat menjual nilam basah dengan harga Rp 1700/Kg dan nilam kering dengan harga Rp 7000/Kg. Besarnya proporsi bagi hasil masing-masing pihak disepakati 90% untuk masyarakat desa hutan dan 10% untuk Perhutani. Setelah melalui proses pengolahan, didapatkan minyak nilam yang dapat dijual dengan harga Rp 600.000/Kg.

77

Selain pemanfaatan lahan di lahan hutan, sebagian anggota LMDH juga telah merasakan hasil sharing kayu yang telah direalisasikan oleh KPH Kuningan dan KPH Majalengka. Realisasi sharing kayu yang telah dilakukan oleh KPH Kuningan dan KPH Majalengka disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20 Realisasi Sharing Kayu KPH Kuningan dan KPH Majalengka No Lembaga Masyarakat Desa Hutan Tahun 2005 (Rp) Tahun 2006 (Rp) Tahun 2007 (Rp) 1 LMDH Cibanyuhurip 7.174.898 2.484.884 3.125.078

2 LMDH Tani Mukti - - 399.005

3 LMDH Mahoni Jaya • Penjarangan 1

• Penjarangan 2 - - - - 23.892.000 51.678.000 Sumber: Sub Seksi PHBM dan Bina Lingkungan KPH Kuningan dan KPH Majalengka

Berdasarkan Tabel 20, dapat dilihat jumlah sharing yang diberikan kepada LMDH Tani Mukti sangat sedikit dibandingkan LMDH Cibanyuhurip dan LMDH Mahoni Jaya. Hal ini disebabkan karena kegiatan bagi hasil baru dilakukan dan penebangan yang dilakukan adalah penebangan E dengan jumlah sortimen AI sebanyak 4 m3. Pada LMDH Cibanyuhurip kegiatan bagi hasil sudah dilaksanakan sejak terbentuknya KTH. Sedangkan LMDH Mahoni Jaya kegiatan bagi hasil baru dilaksanakan pada tahun 2007. Besarnya luasan pemangkuan hutan yang dimiliki LMDH Mahoni Jaya memberikan keuntungan bagi anggota karena jumlah bagi hasil yang diterima sangat besar.

Berdasarkan keputusan direksi Perum Perhutani No:001/KPTS/Dir/2002 menyatakan bahwa bagi hasil penjarangan (Tebangan E) pada tahun pertama, hasilnya 100 % diserahkan kepada kelompok masyarakat pengelola hutan, dan untuk penjarangan selanjutnya hasil yang diperoleh masyarakat pengelola hutan adalah maksimal 25 % dari setiap hasil tebangan penjarangan. Nilai kayu dalam bentuk uang tunai dibayarkan sesuai tahapan penerimaan kayu setelah seluruh kayu hasil tebangan diterima di TPK atau TPn. Pembayaran diserahkan oleh Administratur/KKPH kepada pengurus LMDH dengan Berita Acara dan disaksikan oleh anggota LMDH dan pengurus Lembaga Pemerintah Desa.

Sebelum terbentuk menjadi LMDH Cibanyuhurip, kelompok tani hutan di RPH Cimara sudah mendapat dua kali bagi hasil produksi kayu tebangan yaitu bagi hasil produksi kayu tebangan pada petak 29 b seluas 19,3 Ha dan petak 30 c seluas 10 Ha pada tahun 2005 serta bagi hasil produksi kayu tebangan dari

realisasi tebangan B seluas 17,4 Ha pada tahun 2006. Setelah terbentuknya LMDH Cibanyuhurip, pada tahun 2007 Perum Perhutani menyerahkan sharing kayu tebangan E dengan jumlah realisasi produksi sebanyak 42,290 m³. Penyerahan sharing kayu penjarangan (Tebangan E) pada LMDH Tani Mukti baru dilakukan sekali selama kelompok ini berdiri, yaitu pada tahun 2007 di petak 39 d, 45 a, 45 b dan 46 a, 45 b, 46 a, sebanyak 5,290 m³. Sedangkan LMDH Mahoni Jaya sudah dua kali mendapat bagi hasil dari kegiatan penjarangan (Tebangan E) yaitu pada petak 21 seluas 81,80 Ha pada tahun 2007 dan pada petak 22 a seluas 55,35 Ha pada tahun yang sama.

Berdasarkan hasil wawancara dari responden ketiga LMDH, diketahui bahwa sebagian besar anggota LMDH Cibanyuhurip belum merasakan hasil dari sharing tebangan kayu. Masyarakat menganggap ketua LMDH menguasai hasil sharing tersebut dan tidak membagikan pada anggota. Ketua LMDH Cibanyuhurip dimata masyarakat mempunyai citra yang tidak baik. Sebagian besar anggota LMDH Cibanyuhurip menganggap ketua LMDH korupsi dana bagi hasil (sharing) dari Perum Perhutani. Berbeda dengan anggota LMDH Cibanyuhurip, anggota LMDH Tani Mukti dan LMDH Mahoni Jaya menyatakan bahwa mereka sudah pernah merasakan dana bagi hasil dari Perum Perhutani.

Disamping manfaat langsung, dalam pemanfaatan hasil dari kegiatan PHBM juga terdapat manfaat tidak langsung, yaitu masyarakat dapat menanam tanaman pertanian di hutan tanpa diharuskan membayar biaya sewa lahan. Petani bebas mengolah lahan dengan diberi tanggung jawab untuk menjaga dan memelihara tanaman pokok seperti jati dan mahoni. Hal ini senada dengan ungkapan salah satu Mandor Tanam RPH Sukajaya.

”Kebanyakan orang sini tidak memiliki lahan, jadi mereka sering menyewa lahan. Harga sewa lahan 1 Ha selama 1 tahun sekitar 5 juta. Maka dari itu dengan adanya PHBM masyarakat merasa diuntungkan ”

Selain itu, setelah adanya PHBM masyarakat juga merasa hutan di sekitar mereka menjadi aman. Masing-masing masyarakat bertanggung jawab atas lahan andil mereka. Sehingga kelestarian dan keamanan hutan terjamin. Hal ini sejalan dengan ungkapan salah satu anggota LMDH Mahoni Jaya:

79

”Setelah ada kegiatan LMDH, hutan menjadi aman karena setiap masyarakat merasa bertanggung jawab atas lahan andil mereka sendiri.”