• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Tadarus al- al-Qur’an

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Data

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Tadarus al- al-Qur’an

a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung merupakan faktor penunjang keberhasilan pelaksanaan suatu program. Adapun faktor pendukung dalam penerapan

kegiatan tadarus al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan adalah sebagai berikut:

1) Fasilitas kegiatan yang memadai

Salah satu indikator keberhasil suatu program di lembaga pendidikan salah satunya yakni adanya fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai. Terutama lingkungan sekolah yang bersih, lingkungan sekolah yang bersih dapat menciptakan ketenangan ketika melaksanakan suatu kegiatan. Jika suatu lingkungan tidak baik ataupun tidak bersih, maka pelaksanaan kegiatan kurang berjalan dengan efisien. Kenyamanan peserta didik harus diutamakan terutama kebersihan lingkungan sekolah. Terlebih lembaga pendidikan yang berbasis Islam. Tentunya sudah mengetahui betul, bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Setelah itu sarana dan prasarana yang memadai. Menurut kepala madrasah Ibu Yeni Triasih, kegiatan akan berjalan dengan baik jika terdapat fasilitas yang menunjang. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti bahwa sarana dan prasarana MTs Negeri 2 telah memenuhi standar. Dan tentunya berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan yang peneliti amati terkaitan program pembiasaan tadarus al-Qur’an di sekolah. Dari segi tempat sudah memadai, kemudian sound system, mic, karpet ataupun terpal dan kitab suci al-Qur’an sebagai alat atau media dalam pelaksanaan kegiatan.13

2) Motivasi dan perhatian guru

Dalam segala kegiatan di lembaga pendidikan perhatian guru terhadap peserta didik sangat diperlukan. Peserta didik saat ini harus selalu dibekali motivasi. Karena motivasi tidak hanya berasal dari diri sendiri (internal) namun motivasi dari luar atau orang lain juga sangat mereka butuhkan (eksternal). Dengan adanya motivasi dan perhatian dari guru, maka peserta didik akan tergugah hatinya untuk selalu melaksanakan kegiatan sekolah dengan baik, tertib dan sesuai aturan

13 Dra. Hj. Yeni Triasih M.Pd, wawancara, 1 Oktober 2018, Ruang kepala sekolah MTsN 2 Jakarta.

yang berlaku tanpa menyalahi aturan dan melawan para dewan guru. Berdasarkan hasil wawancara oleh kepala madrasah, bahwa setiap kegiatan upacara bendera tepatnya hari Senin kepala sekolah ataupun dewan guru yang bertugas selalu memberikan perhatian, motivasi serta do’a untuk seluruh peserta didiknya agar selalu melaksanakan kegiatan di sekolah dengan ikhlas dan selalu tertib dalam berdisiplin.

Dalam memberikan motivasi guru tidak hanya sebatas pada kegiatan upacara saja, namun dalam kegiatan pembinaan wali kelas dan juga ketika pelajaran berlangsung. Guru selalu memberikan motivasi dan arahan kepada peserta didik setiap harinya, tentunya juga memberikan hadis ataupun firman Allah swt sebagai penguat dalam motivasi tersebut. Begitu juga sejarah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw adalah salah satu suri tauladan yang patut kita teladani karena akhlaknya yang sangat mulia, sifatnya yang sangat baik, kemampuannya yang sangat cerdas, dan juga sikap yang tidak pernah berdusta.14

3) Kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an

Salah satu faktor pendudukung dalam pelaksanaan kegiatan pembiasaan tadarus al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta salah satunya yakni kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an. Berdasarkan hasil wawancara oleh Bapak Taufik Husein selaku guru Bahasa Arab dan koordinator keagamaan beliau menagatakan sejauh ini kemampuan siswa siswi MTs Negeri 2 Jakarta tergolong cukup baik, tidak dikatakan rendah dan juga tidak dikatakan bagus sekali. Minimal siswa siswi yang bersekolah di MTs Negeri 2 Jakarta memiliki kemampuan membaca al-Qur’an jika mereka tidak sama sekali mampu membaca al-al-Qur’an maka ketika adanya seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) mereka tidak dikategorikan lulus. Maka kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an dalam kegiatan tadarus al-al-Qur’an ini juga dibutuhkan. Jika terdapat siswa yang masih belum bisa membaca al-Qur’an maka akan

terjadi kesulitan ketika mengikuti kegiatan keagamaan khususnya. Secara umum kemampuan siswa siswi di MTs Negeri 2 Jakarta alhamdulillah sudah dapat menunjang kegiatan tadarus al-Qur’an. Dalam pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur’an ada yang memimpin berjalannya kegiatan yakni siswa yang dipilih guru atau koordinator kegamaan tentunya yang dianggap mampu untuk mengajak dan melantunkan ayat suci al-Qur’an di depan tema-temannya. Siswa yang dipilih dari kelas delapan dan sembilan. Bahkan kemampuannya sudah sampai tingkat Nasional dalam mengikuti lomba Musabaqoh Tilwatil Qur’an (MTQ).15

Berdasarkan hasil wawancara oleh salah satu siswa MTs Negeri 2 Jakarta kelas tujuh ia merasakan bahwa dirinya belum mampu untuk membaca al-Qur’an dengan baik sesuai kaidah tajwid. Maka dengan adanya siswa yang terpilih untuk memimpin kegiatan tadarus tersebut sangat membantu siswa –siswi yang belum bisa membaca al-Qur’an dengan baik. 16 Maka dalam pemilihan siswa yang dianggap mampu untuk membaca al-Qur’an dengan baik salah satu kriterianya yaitu mereka mampu mengaplikasikan teori tajwid keadalam bacaan al-Qur’an. tidak hanya sekedar faham akan teori tajwid tersebut, namun cara membacanya juga mereka faham.

4. Penerapan program habitual curriculum

Dalam pelaksanaan Habitual Curriculum (HC) kepala madrasah beserta jajarannya membuat buku pedoman khusus yakni buku Monitoring Penilaian Habitual Curriculum atau dikenal dengan sebutan MPHC. Didalam buku monitoring penilaian habitual curriculum terdapat format pelaksanaan Habitual curriculum.

MTs Negeri 2 menerapkan program pembinaan siswa yang merupakan program khusus yang dilaksanakan dalam bentuk pembinaan. Program pembinaan siswa merupakan bagian yang tidak

15 Taufik Husein S.s, wawancara, 26 September 2018, Ruang pertemuan MTsN 2 Jakarta.

terpisahkan dari program kurikuler di MTs Negeri 2 Jakarta. Berdasarkan hasil wawancara oleh kepala madrasah, hasil dari pembiasaan yang dilakukan seorang guru adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didiknya. Seorang anak yang terbiasa mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam lebih dapat diharapkan dalam kehidupan dan akan menjadi seroang muslim yang saleh dan salehah. Pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan membawa kebiasaan tersebut menjadi semacam kebiasaan sehingga menjadi bagian yang tak dapat terpisahkan dari kepribadiannya.17

b. Faktor Penghambat

1) Kurang menghargai waktu

Dalam pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur’an di sekolah tentunya disiplin menjadi faktor utama dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Dikategorikan berhasil jika suatu program dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Berdasarkan hasil wawancara oleh koordinator keagamaan dan kepala MTs Negeri 2 Jakarta bahwa salah satu faktor penghambat atau kendala yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur’an di sekolah salah satunya yaitu kurang menghargai waktu.

Kepala sekolah dan dewan guru berharap agar semua kegiatan yang ada di sekolah dapat berjalan seuai waktu yang telah ditentukan tidak kurang ataupun lebih. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti amati, siswa kurang bisa menghargai waktu. Contohnya pada kegiatan belajar mengajar berlangsung, mereka lebih senang melakukan aktivitas diluar kelas atau free class, dan mereka cenderung mengulur waktu yang telah ditentukan. Kesadaran mereka akan pentingnya waktu itu belum ada. Dalam pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur’an salah satunya yaitu ada alokasi waktu. Alokasi waktu dalam kegiatan ini tidaklah lama atau sebanyak mata pelajaran lainnya. Melainkan hanya 20 menit kemudian dilanjutkan sholat Dhuha berjamaah. Namun

17 Dra. Yeni Triasih M.Pd, wawancara, 1 Oktober 2018, Ruang kepala sekolah MTsN 2 Jakarta.

dengan adanya waktu yang diberikan, walaupun sedikit namun diharapkan siswa dapat melaksanakan kegiatan sesuai waktu yang telah ditentukan dan tidak membuang-buang waktu. Dengan itu untuk memanfaatkan waktu agar kegiatan tadarus berjalan dengan kondusif dan efektif maka kepala madrasah menentukan bahwa seluruh peserta didik diwajibkan sudah memiliki air wudhu untuk kegiatan tersebut. Maka dengan berjalannya ketentuan tersebut dengan baik, maka kegiatan juga tentunya berjalan sesuai yang diharapkan dan juga sangat bernilai positif dalam pembiasaan siswa untuk lebih disiplin dalam menghargai waktu.

Peraturan yang telah ditentukan oleh kepala sekolah dalam metode baru ini yakni seluruh siswa diwajibkan untuk memiliki wudhu dari rumah. Hal itu sangat dianjurkan karena untuk menghemat waktu. Karena alokasi waktu yang tersedia dalam pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur’an hanya dua puluh menit kemudian dilanjutkan untuk melaksanakan sholat Dhuha berjamaah sepuluh menit. Namun masih ada saja siswa yang belum memiliki wudhu ketika sampai disekolah. Hal itu terus di perhatikan bersamaan dengan berjalannya kegiatan. Dewan guru, kepala madrasah dan koordiantor keagamaan maupun Organisasi Intra Sekolah (OSIS) juga turut membantu demi berjalannya kegiatan pembiasaan tersebut dengan baik dan sesuai harapan. Tidak hanya itu, keterlambatan siswa juga termasuk faktor kurangnya siswa dalam menghargai waktu.

Berdasarkan hasil wawancara oleh siswa yang bernama Allya mengatakan bahwa jika kegiatan tadarus al-Qur’an sudah berlangsung masih terdapat siswa yang terlambat datang ke sekolah, masih ada siswa yang berlama-lama ketika sudah diperintahkan untuk segera melaksanakan kegiatan dan kemudian masih ada yang tidak membawa al-Qur’an dari rumah.18 Dapat disimpulkan bahwa kurangnya kesadaran dalam berdisiplin siswa belum sangat baik walaupun tentunya kepala

sekolah maupun dewan guru selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi angka siswa yang sering melanggar disiplin. Dengan berbagai tindakan yang tentunya mendidik siswa dan khususnya mengingatkan siswa untuk selalu menjalankan kegiatan sekolah dengan tepat waktu dan mengikuti peraturan yang berlaku dengan tidak sering melanggar aturan.

2) Kurang pengawasan lebih

Penerapan program pembiasaan tadarus al-Qur’an akan berjalan dengan efektif apabila ada pengawasan lebih terhadap suatu kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara oleh koordinator keagamaan yakni Bapak Taufik Husein S.s, beliau mengatakan bahwa jika dalam pelaksanaan kegiatan tidak ada yang mengawasi, akibatnya siswa tidak mengikuti kegiatan dengan baik. Pelaksanaan kegiatan tadarus diharapkan dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan. Maka koordinator keagamaan dan kepala madrasah selalu rajin mengingatkan dewan guru untuk secara bergantian mengawasi peserta didik dalam setiap kegiatan. Maka pengawasan yang ekstra harus selalu di laksanakan dalam setiap kegiatan terutama kegiatan pembiasaan tadarus-al-Qur’an.19

Dalam pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur’an terlihat bahwa dewan guru yang bertugas untuk melakukan pengawasan sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Namun memang karena pelaksanaan kegiatan tersebut dilaksanakan di lapangan dan seluruh siswa melaksanakan kegiatan tersebut maka dalam pengawasan kegiatan tersebut juga seharusnya lebih banyak yang mengawasi agar siswa siswi dapat melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik tanpa adanya gangguan dari temannya atau sibuk dengan dirinya sendiri. 6. Kegiatan Habitual Curriculum MTs Negeri 2 Jakarta Selatan

a. Pelaksanaan Kegiatan Habitual Curriculum

Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Jakarta adalah salah satu lembaga pendidikan di daerah Jakarta Selatan yang dinaungi dibawah pimpinan

Kementrian Agama. Sudah sepatutnya lembaga pendidikan yang berbasis Islam harus memiliki program tersendiri untuk menjadikan peserta didiknya memiliki kemampuan dan sikap yang mencerminkan sebagai seorang muslim yang sejati. Dengan begitu kepala MTs Negeri Jakara menerapkan adanya Habitual Curriculum atau dikenal dengan istilah HC.

Salah satu kelebihan manusia sebagi makhluk Allah swt adalah dia dianugerahi fitrah untuk melaksanakan ajaranNya. Dalam kata lain manusia dikarunia naluri beragama. Faktor lingkungan sangat berperan dalam mempengaruhi perkembangan fitrah keberagamaan anak. Jiwa beragama atau kesadaran bergama merujuk pada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah swt yang direfleksikan dalam bentuk peribadatan kepada Allah swt, baik bersifat hablumminallah maupun hablumminannas.20

Berdasarkan kutipan diatas bahwa seorang anak juga tumbuh dengan naluri keberagamaan. Faktor lingkungan membawa pengaruh besar terhadap pertumbuhan mereka. Sebagaimana dapat disebut bahwa keluarga, sekolah dan masyarakat adalah tri pusat pendidikan yang sangat berperan. Madrasah pertama bagi seorang anak adalah ibunya, maka sepatutnya seorang ibu maupun ayah dapat membimbing dan membina anak-anak mereka dalam ajaran Islam sesuai aturannya. Tidak hanya di lingkungan keluarga, namun di sekolah juga termasuk dalam tri pusat pendidikan. bahwa sekolah juga harus berperan dalam pendidikan dan pertumbuhan anak baik secara formal maupun non formal. Tidak hanya ilmu pengetahuan yang harus dibekali kepada anak didik namun pengetahuan tentang agama juga mesti di bekali untuk bekal mereka hidup di akhirat dan tentunya hidup sesuai syariat Islam.

Dengan begitu MTs Negeri 2 Jakarta menerapkan program pembinaan siswa yang merupakan program khusus yang dilaksanakan dalam bentuk pembinaan. Program pembinaan siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program kurikuler di MTs Negeri 2 Jakarta. Berdasarkan hasil

20 Syamu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Cet-ke13, h., 56

wawancara oleh kepala madrasah, hasil dari pembiasaan yang dilakukan seorang guru adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didiknya. Seorang anak yang terbiasa mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam lebih dapat diharapkan dalam kehidupan dan akan menjadi seroang muslim yang saleh dan salehah. Pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan membawa kebiasaan tersebut menjadi semacam kebiasaan sehingga menjadi bagian yang tak dapat terpisahkan dari kepribadiannya.21

Adapun aspek kemampuan yang diharapkan menjadi perangkat dalam merealisasikan fungsi Habitual Curriculum ini, meliputi:

1. Hafal Juz 30 dan Juz 29 dan mampu membaca al-Qur’a dengan tartil sesuai target bacaan yang telah ditentukan.

2. Hafal do’a-do’a harian, kata-kata mutiara, bacaan sholat, Asmaul Husna dan pemahamannya.

3. Pengembangan akhlak al karimah.

4. Pengembangan keterampilan dasar mengungkapkan pendapat positif ketika kultum.

5. Pengembangan sikap kemandirian dan tanggung jawab, (Penerapan dari pelajaran PKn)

6. Pengembangan kemampuan menegakkan amar ma’ruf dan mencegah kemungkaran. (Penerapan dari mata pelajaran Aqidak Akhlak)

7. Mengembangkan minat baca siswa.22

Dalam pelaksanaan Habitual Curriculum (HC) kepala madrasah beserta jajarannya membuat buku pedoman khusus yakni buku Monitoring Penilaian Habitual Curriculum atau dikenal dengan sebutan MPHC. Didalam buku monitoring penilaian habitual curriculum terdapat format pelaksanaan Habitual curriculum. Diantaranya yaitu:

1. Materi hafalan kelas VIII semester I 2. Materi hafalan kelas VII semester II 3. Materi hafalan kelas VIII

4. Materi hafalan kelas IX

5. Materi hafalan Juz 29 kelas VII 6. Materi hafalan Juz 29 kelas VIII 7. Materi hafalan juz 29 kelas IX

21 Dra. Yeni Triasih M.Pd, wawancara, 1 Oktober 2018, Ruang kepala sekolah MTsN 2 Jakarta.

8. Nilai kerajinan, monitoring ibadah siswa, dan rangkuman kegiatan Ramadhan

9. Tema kultum pelajaran PkN dan Aqidah akhlak 10. Penilaian kultum kelas masing-masing

11. Resume peringatan Isra’ Mi’raj 12. Resume peringatan Nuzulul Qur’an 13. Resume peringatan Tahun Barus Islam

14. Resume peringatan Maulid Nabi Muhammad saw 15. Rekapitulasi nilai budaya membaca

16. Catatan/pesan untuk wali kelas 17. Rekapitulasi nilai , dan

18. Catatan wali kelas23

Gambar 4.1

Buku Pedoman Habitual Curriculum

Tabel 4.10

Format Pelaksanaan Habitual Curriculum24

Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at

06.30-07.00 Upacara Tadarus al-Qur’an Tadarus al-Qur’an Tadarus al-Qur’an Yasin, Tahlil & Kultum 06.30-07.00 Pembinaan Walas & kultum

Hafalan Hafalan Hafalan Jum’at Sehat

06.30-07.00 Upacara Sholat Dhuha Sholat

Dhuha Sholat Dhuha

Yasin, Tahlil & Kultum 06.30-07.00 Pembinaan Walas & Kultum

Literasi Literasi Literasi Jum’at Bersih

Tabel 4.11

Materi Hafalan Kegiatan Habitual Curriculum25

Kelas Materi Hafalan

VII

1. Do’a setelah shalat wajib 2. Do’a setelah shalat Dhuha 3. Asmaul Husna 4. Ayat-ayat al-Qur’an QS. Al-Baqarah  Ayat 1-5  Ayat 284-286 24Ibid., h. 1 25Ibid., h.1

 Ayat 225

 Ayat 163

VIII

1. Pengulangan Materi kelas VII

2. QS An-Naas sampai dengan QS Adh-Dhuha 3. Do’a sehari-hari

4. Do’a sujud Syukur, Tilawah dan sujud Syahwi 5. Kata-kata mutiara

IX

1. Pengulangan materi kelas VIII 2. QS Al-Ghasiyah dan Al A’la 3. QS An-Naba

4. Do’a shalat tahajud 5. Do’a shalat istikharah

74

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN