• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBIASAAN TADARUS AL-QUR AN SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 JAKARTA SELATAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBIASAAN TADARUS AL-QUR AN SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 JAKARTA SELATAN SKRIPSI"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBIASAAN TADARUS

AL-QUR’AN SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH

NEGERI 2 JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Riri Yusriyyah

NIM: 11140110000066

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i

Negeri 2 Jakarta Selatan”.

Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program pembiasaan tadarus al-Qur’an siswa di MTs Negeri 2 Jakarta dan juga mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program pembiasaan tadarus al-Qur’an tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode studi kasus di MTs Negeri 2 Jakarta. Data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan informan beberapa diantaranya adalah Kepala Madrasah, koordinator kegamaan dan perwakilan siswa/siswi MTs Negeri 2 Jakarta Selatan.

Hasil penelitian mengenai Program pembiasaan tadarus al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta terlihat dalam pelaksanaannya dapat dikatakan sebagai program yang sangat baik. Faktor pendukung pada program pembiasaan tadarus al-Qur’an ini diantaranya adalah fasilitas kegiatan yang memadai, motivasi dan perhatian guru, kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an dan adanya penerapan program habitual curriculum. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2010 dan masih dilaksanakan sampai saat ini. Dengan adanya pembiasaan seperti ini di pagi hari sebelum jam pelajaran dimulai dengan begitu suasana di sekolah tercipta nuansa yang religius, semakin berdisiplin, setelah bertadarus al-Qur’an hati menjadi tenang, mudah dalam menghafal dan melantunkan ayat al-Qur’an, kemampuan membaca al-Qur’an dan beribadah siswa siswi MTs Negeri 2 Jakarta perlahan mengalami peningkatan dan siswa juga antusias dalam program pembiasaan tadarus al-Qur’an ini. Disamping faktor pendukung tersebut program ini juga terdapat faktor penghambat diantaranya yaitu, siswa kurang menghargai waktu dan kurang pengawasan lebih. Selain itu program pembiasaan al-Qur’an adalah termasuk salah satu program Habitual Curriculum. Dimana penerapan HC itu adalah suatu bentuk pembinaan siswa dalam penanaman nilai-nilai ajaran agama islam. Pembinaan itu berupa hafalan Juz 29, Monitoring ibadah siswa, resume peringatan hari besar Islam di sekolah, penilaian kegiatan kultum, rekapitulasi niali budaya membaca, dan rangkuman kegiatan bulan Ramadhan.

(8)

ii

This study was carried out to determine of the implementation of the program of habituation tadarus al-Qur’an students in MTs Negeri 2 Jakarta and find out the factors supporting anf inhibiting the implementation of these activities. This research use approach qualitative with case study method in MTs Negeri 2 Jakarta. The data obtained in this study through observation, interview, and documentation. With the informants some of the, are the head of the madrasah, coordinator religious and students representatives.

The results of research on the program of habituation tadarus al-Qur’an in MTs Negeri 2 Jakarta can be said as a good program. Supporting factors on this activity including activities offered, the motivation an attention of the teacher, the student’s ability in read the qur’an an the implementation of a program of habitual curriculum. This program, has been implemented since year 2010 until now. With the habituation of these activities create the nuance of the religious, more disciplined, after reading the qur’an the heart become calm and easy preformance memorize and recite verses of the qur’an. The ability to read the qur’an and worship of students has increased and students were enthusiastic in this activity.

Inhibiting factor from this activity in that students are less appreciative of the time, and less supervision. In addition, the program of habituation tadarus al-qur’an belongs to one of the programs habitual curriculum. The program is a form of coaching students in the investment value of the teachings of islam. The guidance is in the form of memrization of Juz 29, monitoring of worship students, a resume is the anniversary of the islamic, assesment activities kultuma recapitulation of the warning values of a culture of reading and a summary of the activities of the month of ramadhan.

(9)

iii

Nabi besar Muhammad Saw, para keluarganya, sahabatnya dan saya selaku ummatnya yang insya Allah akan tetap istiqomah dalam ajarannya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan judul “Implementasi Program Pembiasaan Tadarus Al-Qur’an Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Jakarta Selatan ” .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan kegiatan tadarus ini dilakukan di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis terbesar kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus dosen pembimbing akademik.

3. Marhamah Soleh Lc, MA selaku Sekretaris Jurusan.

4. Dr. Muhammad Soleh Hasan, Lc. MA, selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan sarannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang dengan ikhlas telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Hj. Yeni Triasih selaku kepala sekolah MTs Negeri 2 Jakarta Selatan dan dewan guru yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

7. Kedua orang tuaku (Muhammad Tji B.A dan Nurjannah) atas limpahan kasih sayangnya yang tulus, dorongan, kesabaran serta iringan do’a yang tiada

(10)

iv

Rauzan Kamil dan kaka sepupuku Nurseha S.Pd, Pras Oktav S.Pd, dan Humaira S.Pd yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis. 10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2014

khususnya kelas PAI B (Pukis) yang telah bersama melewati suka duka dalam masa perkuliahan selama 4 tahun ini yang tak akan penulis lupakan. Khususnya teman terdekat Ana, Alfi, Ulfi, Meri, Tiaz, Dian, Kiki dan Hani atas do’a, semangat dan kebersamaannya.

11. Orang terkasih yang insya Allah akan menjadi pendamping hidup penulis Kaka Irfan Maulana atas do’a, semangat dan bantuannya selama penulisan skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan Alumni Ponpes Nurul Hijrah Jakarta angkatan 2013 khususnya teman terdekat Devi arvian, Ita Rosita, dan Ita Konita atas dukungan dan semangatnya.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Saya selaku penyusun memohon maaf jika dalam penulisan proposal skripsi ini masih terdapat kekurangan di sana-sini, harap maklum adanya. Karena tiada sesuatu yang sempurna kecuali ciptaan Allah Swt. Penulis tidak akan mampu membalas jasa-jasa semua pihak yang telah disebutkan di atas. Hanya doa yang penulis hadiahkan semoga Allah swt memberikan penggantinya.

Demikianlah, akhirnya hanya saya serahkan segala amal baik ini kepada Allah Swt. Semoga diterima amal ini dan pihak-pihak yang membantu sebagai amal sholih. Amin.

Jakarta, 14 Oktober 2018

(11)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian... 8

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Implementasi Program ... 10

1. Pengertian Implementasi ... 10

2. Pengertian Program ... 10

B. Metode Pembiasaan ... 11

1. Pengertian Pembiasaan ... 11

2. Pelaksanaan Metode Pembiasaan ... 12

3. Syarat-syarat Metode Pembiasaan ... 14

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan ... 16

C. Tadarus al-Qur’an ... 17

1. Pengertian al-Qur’an ... 17

2. Tadarus al-Qur’an ... 19

3. Adab Membaca al-Qur’an ... 21

4. Keutamaan Membaca al-Qur’an ... 23

(12)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B. Latar Penelitian ... 28

C. Metode Penelitian... 30

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 30

E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 38

B. Deskripsi Data ... 45 C. Pembahasan ... 51 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 73 B. Implikasi ... 74 C. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN ... 80 RIWAYAT PENULIS ... 136

(13)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Tabel 3.2 Pedoman Observasi di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan Tabel 3.3 Tabel Kisi-kisi Wawancara

Tabel 3.4 Tabel Ceklist Dokumentasi MTs Negeri Jakarta Selatan

Tabel 4.1 Tabel Daftar Nama Dewan Guru dan Jabatan MTs Negeri 2 Jakarta Tabel 4.2 Tabel Data Keadaan Karyawan

Tabel 4.3 Tabel Data Keadaan Siswa/siswi Kelas VII MTs Negeri 2 Jakarta Tabel 4.4 Tabel Data Keadaan Siswa/siswi Kelas VIII MTs Negeri 2 Jakarta Tabel 4.5 Tabel Data Keadaan Siswa/siswi Kelas IX MTs Negeri 2 Jakarta Tabel 4.6 Daftar Bangunan MTs Negeri 2 Jakarta

Tabel 4.7 Tabel Sarana dan Prasarana MTs Negeri 2 Jakarta Tabel 4.8 Tabel Kegiatan Ekstrakurikuler MTs Negeri 2 Jakarta Tabel 4.9 Tabel Observasi Pelaksanaan Kegiatan Tadarus al-Qur’an Tabel 4.10 Format Pelaksanaan Habitual Curriculum

(14)

viii

DAFTAR GAMBAR

(15)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Tadarus al-Qur’an Lampiran 2 Lembar Observasi Sekolah

Lampiran 3 Hasil Wawancara Kepala MTs Negeri 2 Jakarta Lampiran 4 Hasil Wawancara Koordinator Kegiatan Keagamaan Lampiran 5 Hasil Wawancara Koordinator Kegiatan Keagamaan Lampiran 6 Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas VII

Lampiran 7 Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas VIII Lampiran 8 Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas VIII Lampiran 9 Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas IX Lampiran 10 Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas IX Lampiran 11 Hasil Studi Dokumentasi Sekolah

Lampiran 12 Tabel Ceklist Dokumentasi MTs Negeri 2 Jakarta

Lampiran 13 Angket Siswa MTs Negeri 2 Jakarta (Tadarus al-Qur’an) Lampiran 14 Hasil Angket Siswa/i MTs Negeri 2 Jakarta

Lampiran 15 Kesimpulan Hasil Angket Siswa/i MTs Negeri 2 Jakarta Lampiran 16 Dokumentasi Kegiatan Tadarus al-Qur’an dan HC Lampiran 17 Surat Izin Penelitian

Lampiran 18 Surat Keterangan Hasil Penelitian dari Sekolah Lampiran 19 Lembar Uji Referensi

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.1

Menurut Armai Arief M.A “Pendidikan merupakan persoalan yang kompleks, menyangkut semua komponen yang terkandung di dalamnya. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan al-Qur’an dan as-sunnah selain mempunyai tujuan keilmuan, juga mempunyai tujuan menjadikan manusia sebagai khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik.”2

Dalam pendidikan agama Islam al-Qur’an adalah hal utama yang harus dipelajari dan dipahami karena al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat muslim. Orang tua dan guru agama Islam memiliki tanggung jawab untuk memberi pengajaran tentang al-Qur’an pada anak-anak.

ِنْب َةَمَلَس ِبَِأ ْنَع ، ِّيِرْىُّزلا ِنَع ، ٍبْئِذ ِبَِأ ُنْبا اَنَ ثَّدَح ، ُمَدآ اَنَ ثَّدَح

ِبَِأ ْنَع ، ِنَْحَّْرلا ِدْبَع

ملسو ويلع للها ىلص ُِّبَِّنلا َلاَق : َلاَق ، ُوْنَع ُوَّللا َيِضَر ، َةَرْ يَرُى

ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلوُي ٍدوُلْوَم ُّلُك

ُهاَوَ بَأَف

َتْنُ ت ِةَميِهَبْلا ِلَثَمَك ِوِناَسِّجَُيُ ْوَأ ، ِوِناَرِّصَنُ ي ْوَأ ، ِوِناَدِّوَهُ ي

َءاَعْدَج اَهيِف ىَرَ ت ْلَى َةَميِهَبْلا ُج

هاور

١

يراخبل

3

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza’bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman

1 E.Mulyasa, Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004) Cet ke-1., h. 132

2 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,

2002) Cet ke-1.,h. 29

3 Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh al-Bukhari, Abu Abdillah, Jami

(17)

dari Abu Abu Hurairah ra berkata: Nabi saw bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya.4

Hadis tersebut menjelaskan tentang fithrah setiap anak, bahwa statusnya bersih dan suci. Kemudian orang tuanyalah yang memelihara dan memperkuat keislamannya bahkan mengubah seorang anak tersebut menjadi tidak muslim. Hadis ini memperkuat bahwa pengaruh orang tua sangat dominan dalam membentuk kepribadian seorang anak dengan adanya pendidikan.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak-anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.5

Pendapat dari aliran empirisme yang dipelopori oleh tokoh utama John Locke, doktrin aliran empirisme yang amat masyhur adalah “tabula rasa” sebuah istilah bahasa Latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti pengalaman, lingkungan dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.6

Ungkapan dan hadis tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh pendidikan yang kuat dari lingkungan anak terutama orang tua. Memberikan pendidikan untuk anak bagaikan menorehkan tinta diatas lembaran kosong.

4 Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi hadis-hadis Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia

Group, 2012) Cet ke-1., h. 23

5 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) Cet. Ke-6., h. 35 6

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) Cet ke-16., h. 44

(18)

Dengan begitu orang tua menginginkan putra putri mereka agar dapat mempelajari al-Qur’an, membaca al-Qur’an, mentadabburi al-Qur’an bahkan sampai dengan menghafalkannya. Menurut beberapa ulama yaitu Ibnu Sina, Abu Thawam, Al-Ghazali, dan al-Jahiz berpendapat bahwa materi yang pendidikan Islam yang paling utama adalah al-Qur’an; baik keterampilan membaca, menulis, menghafal dan mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.7

Menurut Ibnu Sina yang dikutip oleh Armai Arief mengemukakan, bahwa pendidikan anak hendaknya dimulai dengan pelajaran al-Qur’an.8 Materi pembelajaran al-Qur’an meliputi pengajian membaca al-Qur’an dengan tajwid, sifat dan makhrajnya. Selain itu juga terdapat kajian makna, terjemahan, sifat dan tafsirnya. Para pakar pendidikan sepakat bahwa al-Qur’an adalah materi pokok dalam pendidikan Islam yang harus diajarkan kepada anak didik.9 Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Zuhaili yang dikutip oleh Novan Ardy Wiyani bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah yang mu’jiz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang ditulis dalam mushahih, merupakan ibadah dalam membacanya, yang diriwayatkan secara mutawatir diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhir dengan surat an-Nas.10

Berdasarkan pemaparan diatas jelaslah bahwa kedudukan al-Qur’an di mata seorang mukim sangatlah penting. Karena al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat Islam. Membaca al-Qur’an merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan sebagai umat muslim. Dengan begitu orang tua saat ini menginginkan putra putri mereka dapat mempelajari al-Qur’an khususnya dalam membaca al-Qur’an dan menjadikan kegiatan tersebut menjadi kebutuhan batin layaknya seperti makan yang telah menjadi

7

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) Cet ke-1.,h. 31

8 Ibid., 32

9 Abdul Majid Khon, op. cit.,h. 13

10 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam berbasis Pendidikan Karakter,

(19)

kebutuhan pokok hidup sehari-hari agar hati mereka disibukkan dengan al-Qur’an dan juga menumbuhkan kecintaan terhadap al-al-Qur’an.

Dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah keusia remaja dan dewasa.11

Menurut Ibnu Khaldun yang dikutip oleh Ablah Jawwad Al-Harsyi menerangkan bahwa pengajaran al-Qur’an pada anak-anak kecil merupakan salah satu bentuk syiar agama yang dilakukan oleh orang di berbagai kawasan Islam. Pengajaran al-Qur’an kepada anak-anak ketika mereka masih kecil akan membuatnya lebih mudah diserap dalam hati mereka. Ia akan menambah kekuatan iman tersebut dapat memenuhi hatinya.12

Oleh karena itu pembiasaan dalam membaca al-Qur’an harus dilakukan sejak dini. Dengan dilakukannya pembiasaan tadarus al-Qur’an akan berdampak positif terhadap akhlak anak maupun keterampilan membaca Qur’an sesuai dengan ajaran Rasulullah saw yakni melatih membaca al-Qur’an secara berulang-ulang. Selain itu kegiatan pembiasaan juga menanamkan sikap istiqomah dalam melakukan kegiatan pembiasaan tadarus al-Qur’an. Oleh karena itu membaca al-Qur’an sangat penting bagi anak-anak terutama peserta didik agar kelak mereka menjadi generasi muslim sejati yang mencintai al-Qur’an juga berguna bagi agama nusa dan bangsa. Maka pembiasaan adalah suatu upaya praktis dalam pendidikan dan pembinaan

11

Armai Arief, M.A , Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers 2002) Cet ke-1., h. 110

12

Ablah Jawwad Al- Harsyi, Kecil-kecil hafal Al-Quran Panduan Praktis Bagi Orangtua

(20)

peserta didik. Hasil daripada pembiasaan tersebut adalah terciptanya suatu kebiasaan positif bagi peserta didik tersebut.

Kenyataan yang terjadi saat ini bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin pesatnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Semakin berkembangnya kebiasaan yang mengglobal dalam gaya hidup seperti cara berpakaian, kebiasaan makanan, maka berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi dan agama. Sehingga nilai-nilai dan ajaran agama semakin ditinggalkan karena dianggap kuno terlebih kegiatan keagamaan seperti hilangnya kebiasaan membaca al- Qur’an, enggan mengikuti aktivitas keagamaan, menghadiri majlis ilmu dan lain sebagainya.

Melihat kondisi saat ini dengan adanya kemajuan teknologi pesatnya media sosial, game online, internet dan lain sebagainya yang membuat kebiasaan baru bagi manusia sehingga berkurangnya aktivitas keagamaan salah satunya yakni membaca al-Qur’an khususnya bagi peserta didik. Selain itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin pesatnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Pendidikan formal lebih diutamakan dibanding pendidikan agama.

Pembiasaan dan pendidikan agama itu didapat dari orang tua dan gurunya, terutama guru agama. Perkembangan agama pada seorang anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman anak tersebut sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam ditanamkan dari sejak dini kemudian dilanjutkan pembinaan pendidikan di sekolah dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bercorak Islam memiliki beragam potensi, untuk itu MTs Negeri 2 Jakarta Selatan membentuk sebuah program pembiasaan yang bersifat keagamaan seperti membaca al-Qur’an dan sholat Dhuha berjama’ah yang dilaksanakan setiap hari sebelum jam pelajaran sekolah dimulai. Hal tersebut diterapkan agar tertanamnya kepribadian yang beragama, taat beribadah yang mencerminkan

(21)

seorang muslim yang bertakwa kepada Allah Swt. Dengan adanya pembiasaan membaca al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan dapat mengajak siswa agar lebih terbiasa dalam melaksanakan kegiatan keagamaan, lebih taat kepada Allah swt, khususnya terkait dalam pembinaan membaca al-Qur’an.

Berdasarkan observasi awal ketika peneliti melaksanakan praktik profesi keguruan terpadu pada tahun 2017 lalu telah terlihat bahwa MTs Negeri 2 Jakarta Selatan telah menerapkan program dalam rangka pembiasaan dalam kegiatan kegamaan khususnya dalam pembiasaan membaca al-Qur’an yang juga mengarah kepada Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran utama yang ada di Indonesia. Namun sangat disayangkan kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an masih belum cukup baik, walaupun sudah terdapat beberapa siswa yang sudah baik bacaannya. Berbagai faktor dari lingkungan keluarga maupun sekolah yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Mungkin karena alokasi waktu yang kurang memadai ataupun kesibukan yang memungkinkan siswa untuk tidak dapat mempelajari bahkan menghafal al-Qur’an. Tidak hanya di lembaga yang berbasis agama seperti madrasah namun sekolah umum juga demikian.

Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berbasis agama Islam memiliki beragam potensi yang harus dimiliki oleh siswa salah satunya yakni membaca al-Qur’an. Disamping itu sekolah memiliki program yang juga berkaitan untuk melatih kemampuan membaca al-Qur’an dan pembiasaan dalam segi keagamaan siswa yakni program Habitual Curriculum atau dikenal dengan sebutan HC.

Namun pada kenyataannya masih ada siswa yang belum dapat membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid. Mereka sekedar mampu membaca al-Qur’an belum sesuai dengan ketentuan bacaan al-Qur’an. Dengan adanya mata pelajaran kaligrafi atau dapat disebut Baca Tulis Qur’an dapat membantu siswa untuk memperbaiki bacaan dan kemampuan menulis mereka. Disamping itu kepala madrasah juga menerapakan program Habitual

(22)

Curriculum untuk dapat membiasakan siswa dalam segi keagamaan. Melatih siswa dalam membaca al-Qur’an , menghafal do’a sehari-hari, pembinaan kultum, mengumandangkan asmaul husna, dan penananman nilai-nilai ajaran agama Islam dan juga penanaman nilai-nilai kemandirian dan tanggung jawab dalam menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Dalam mengimplementasikan suatu program perlu adanya perhatian khusus dari pihak sekolah agar suatu program tersebut dapat terealisasikan dengan baik sesuai tujuan. Dari latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam sejauh mana penerapan program pembiasaan yang bersifat kegamaan khususnya pembiasaan membaca al-Qur’an siswa di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan yang juga termasuk dalam salah satu program Habitual Curriculum. Maka dari itu penelitian ini berjudul

“Implementasi Program Pembiasaan Tadarus al-Qur’an siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Jakarta Selatan.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah yang diajukan berkaitan dengan :

1. Kurangnya aktivitas keagamaan pada anak khususnya pada kegiatan membaca al-Qur’an.

2. Pendidikan formal lebih diutamakan dibanding pendidikan agama Islam. 3. Kemajuan teknologi saat ini mengalihkan perhatian anak pada segi ibadah. 4. Kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an masih belum cukup baik

(penggunaan kaidah tajwid belum tepat).

5. Pelaksanaan program pembiasaan tadarus al-Qur’an di sekolah belum berjalan maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang terungkap dalam identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada salah satu permasalahan yaitu pelaksanaan program pembiasaan tadarus al-Qur’an siswa di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. D. Rumusan Masalah

(23)

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah yang diajukan peneliti adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembiasaan membaca al-Qur’an siswa di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembiasaan tadarus al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pelaksanaan program pembiasaan kegiatan tadarus al-Qur’an

siswa di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan.

2. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program pembiasaan kegiatan tadarus al-Qur’an siswa di MTs Negeri 2 Jakarta Selatan.

F. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini berguna sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dalam dunia pendidikan dan bagi program Pendidikan Agama Islam pada khususnya. Bagi mahasiswa program Pendidikan Agama Islam penelitian ini dapat:

a. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang implementasi program pembiasaan tadarus al-Qur’an di tingkat MTs.

b. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang dampak positif dari pembiasaan tadarus Al-Qur’an.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi orang tua memberikan motivasi terhadap anak tentang pembiasaan tadarus al-Qur’an

b. Sebagai bahan pembelajaran orang tua siswa tentang pentingnya pembiasaan tadarus al-Qur’an dalam meningkatkan kemampuan membaca dan disiplin siswa dalam beragama.

(24)

c. Akademisi dan mahasiswa sebagai bahan informasi yang dapat digunakan untuk karya tulis ilmiah.

d. Bagi sekolah MTs Negeri 2 memberikan kontribusi dalam rangka pengembangan program pembiasaan tadarus al- Qur’an.

(25)

10 1. Pengertian Implementasi

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majon dan Wildavsky (1979) mengemukakan implementasi sebagai evaluasi, Browne dan Wildavsky (1983) juga mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (dalam Yatim Riyanto dari Pressman dan Wildavsky, 1984); Implementasi merupakan aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Melaughlin (dalam Mann, 1978).1

Menurut Nurdin “Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap”.2

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah suatu penerapan sebuah kegiatan yang memiliki tujuan untuk menghadirkan adanya perubahan dari segi pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap dan dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan rencana dan kemudian dilaksanakan dengan ketentuan tertentu.

2. Pengertian Program

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia program adalah “rencana atau rancangan mengenai sesuatu serta usaha-usaha yang akan dijalankan.”3 Menurut Suharsimi dan Cepi, program dapat didefinisikan sebagai “suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses

1

Syafruddin Nurdin, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Madrasah

dan Perguruan Tinggi, (Ciputat : Quantum Teaching Ciputat Press Group, 2010)., h. 99

2

Oemar Halamik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011) Cet ke-4.,h. 237

3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat,

(26)

berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.4

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa program adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan seksama berlangsung secara berkelanjutan hari demi hari dan dilaksanakan dalam sebuah lembaga formal maupun non formal.

B. Pembiasaan Tadarus al-Qur’an 1. Pengertian Pembiasaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia secara etimologi pembiasaan asal katanya adalah “biasa” yang berarti 1) Lazim atau umum, 2) Seperti sedia kala, 3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.”5

Menurut Armai Arief dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. 6

Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan (habituation) ini berintikan pengalaman. Karena yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan. Dan inti kebiasaan adalah pengulangan.7

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembiasaan dalam bidang keagamaan, sangatlah penting bagi peserta didik, agar anak-anak selalu dalam pendidikan yang tidak berbuat negatif dan menjadi bekal dalam kehidupan dunia akhiratnya. Pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya kemudian akan

4 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis

Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet Ke-2., h. 4

5 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: PN Balai Pustaka, 1984)., h. 135

6

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers 2002) Cet ke-1., h. 110

7 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta,

(27)

termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah keusia remaja dan dewasa. Oleh karena itu, pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu, pendekatan pembiasaan juga dinilai sangat efisien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi positif.

Maka proses pembiasaan dalam segi keagamaan harus ditanamkan kepada anak sejak dini karena pembiasaan yang dimulai dari sejak dini sangatlah penting terlebih dalam menanamkan pembentukan pribadi dan akhlak anak. Jika pembiasaan sudah ditanamkan maka dalam kehidupan sehari-harinya anak tidak merasa berat untuk melakukan kegiatan dalam segi ibadah. Salah satunya yakni membiasakan anak untuk membaca al-Qur‟an setiap hari.

Pendidikan dengan pembiasaan menurut Mulyasa (2011: 167-168) dapat dilaksanakan secara terprogram dalam pembelajaran atau dengan tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan pembiasaan dalam pembelajaran secara terprogram dapat dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu, untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara individual, kelompok dan atau klasikal. 8

2. Pelaksanaan Metode Pembiasaan

Pendekatan pembiasaan dalam pendidikan berarti memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari. Berawal kepada pembiasaan itulah peserta didik terbiasa menuruti dan patuh kepada aturan-aturan yang berlaku di tengah kehidupan masyarakat.9

Dalam pembinaan sikap, metode pembiasaan adalah suatu metode yang efektif bagi peserta didik. Dengan begitu ahli-ahli pendidikan sepakat bahwa metode pembisaan sebagai salah satu upaya pendidikan yang baik

8 Ibid., h. 94

9 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam Analis Filosofis Sistem Pendidikan Islam Jilid 1,

(28)

dalam pembentukan manusia dewasa. Pembiasaan merupakan metode yang jitu. Metode pembiasaan tidak hanya mengenai yang batini, tetapi juga yang lahiri. Metode pembiasaan berjalan bersama-sama dengan metode keteladanan, sebab pembiasaan itu dicontohkan oleh guru. Dengan begitu pada dasarnya metode pembiasaan berintikan pengulangan. 10

Cara lain yang digunakan oleh al-Qur‟an dalam memberikan materi pendidikan adalah melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Al-Qur‟an menjadikan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik atau metode pendidikan. Selain itu al-Qur‟an juga menciptakan agar tidak terjadi kerutinan yang kaku dalam bertindak, dengan cara terus menerus mengingatkan tujuan yang ingin dicapai dengan kebiasaan itu, dan dengan menjalin hubungan yang hidup antar manusia dengan Allah dalam satu hubungan yang dapat mengalirkan berkas cahaya ke dalam hati sehingga tidak gelap gulita.11

Sangatlah penting menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada awal kehidupan anak seperti melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa, suka menolong orang yang dalam kesusahan dan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya. Dengan pembiasaan diharapkan peserta didik mampu mengamalkan agamanya secara berkelanjutan.12

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi peserta didik, khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak anak. Dalam kehidupan mereka belum sadar arti sebenarnya kehidupan terlebih untuk ajaran agama Islam. Maka harus dibiasakan pada sesuatu hal yang baik. Seseorang yang sudah dibiasakan melakukan kegiatan tertentu akan dapat terus dilakukannya dengan mudah dan dengan senang

10 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda

Karya) Cet-ke 9., h. 144-145.

11

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama 2015)., h. 153

12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam Analis Filosofis Sistem Pendidikan Islam Jilid 1,

(29)

hati. Bahkan, segala kebiasaan yang dilakukan dari sejak usia muda akan sulit untuk dirubah dan tetap dilaksanakan sampai hari tua.

Sebagai contoh anak dibiasakan melaksanakan ibadah sholat lima waktu, puasa ramadhan, berakhlak baik, dan menolong sesama maka anak tidak akan merasa berat lagi untuk melakukan kebaikan dan beribadah sesuai ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Agar anak dapat melaksanakan perintah Allah swt dengan baik dan rutin maka pembiasaan dalam hal ini sangat diperlukan. Karena setiap orang tua yang beragama islam memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya agar menjadi orang yang sholeh dan sholehah.

3. Syarat-syarat Metode Pembiasaan

Pendekatan pembiasaan sangat erat kaitannya dengan aliran behaviorisme dalam dunia psikologi pendidikan. Menurut aliran behaviorisme, dasar atau keturunan itu tidak ada, hasil pendidikan ditentukan oleh pengaruh lingkungan.

Dalam aliran konvergensi berpendapat, bahwa proses perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh faktor pembawaan yang telah ada pada orang itu. Aktivitas manusia dalam perkembangannya turut menentukan atau memainkan peranan juga. Hasil perkembangan seseorang tidak mungkin dapat dibaca dari pembawaan dan lingkungan saja. Dilihat dari pandangan Islam, bahwa aliran konvergensi ini sejalan dengan pandangan Islam.13

Al-Qur‟an sebagai sumber ajaran Islam, memuat prinsip-prinsip umum dalam pemakaian metode pembiasaan dalam proses pendidikan. Dalam merubah perilaku negatif, al-Qur‟an menggunakan pendekatan pembiasaan secara berangsur-angsur.oleh karena itu, pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai

13 Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia

(30)

positif ke dalam diri anak didik, baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.14

Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama akan memasukkan unsur-unsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat anak melalui pembiasaan, maka semakin banyak unsur agama dalam kepribadiannya dan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama.15

Oleh karena itu dalam metode pembiasaan terdapat syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan pendekatan pembiasaan dalam pendidikan. Diantaranya adalah:

a. Mulailah pembiasaan tersebut sebelum terlambat. Segala sesuatu yang dibiasakan sejak dini akan berpengaruh terhadap perkembangannya di masa yang akan datang. Kebiasaan positif maupun negatif itu akan muncul sesuai dengan lingkungan yang membentuknya. Karena setiap anak memiliki rekaman yang kuat dalam menerima pengaruh langsung dari lingkungan sekitarnya.

b. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara continue atau terus menerus, teratur dan berprogram. Sehingga akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh, dan konsisten. Oleh karena itu sebuah pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari proses ini.

c. Pembiasaan hendaknya diawali secara ketat, konsisten, dan tegas. Jangan memberikan kesempatan yang luas pada anak didik untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.16

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembiasaan adalah sebuah cara atau jalan yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten agar menjadikan sebuah kebiasaan tersebut melekat pada diri seorang anak. Selain itu lingkungan juga sangat

14

Armai Arief, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers 2002) Cet ke-1.,h. 114

15 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993).,h. 64 16

(31)

berpengaruh bagi perkembangan anak atau peserta didik dan tentunya harus ada pengawasan lebih secara tegas dalam pelaksanaan pembiasaan tersebut.

Orang tua, guru dan lingkungan yang disebut dengan tri pusat pendidikan sangat memiliki peran penting terhadap perkembangan anak. Agar suatu kebiasaan tersebut dapat berjalan sesuai harapan guru ataupun orang tua maka dalam pelaksanaan metode pembiasaan di lingkungan keluarga maupun sekolah tentunya sangat membutuhan motivasi dalam pelaksanaan metode ini. Anak harus selalu dibiasakan melakukan hal-hal positif terlebih dari sejak dini anak harus diajarkan tentang keagamaan. Dengan begitu pelaksanaan metode pembiasaan akan menghasilkan sikap positif bagi anak ataupun peserta didik.

4. Kelebihan dan kekurangan Metode Pembiasaan

Sebagaimana pendekatan-pendekatan lainnya didalam proses pendidikan, pendekatan pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan, yaitu kelebihan dan kekurangan. Sebab tidak satupun dari hasil pemikiran manusia yang sempurna dan bebas dari kelemahan.

a. Kelebihan

Kelebihan dari pendekatan ini antara lain adalah: 1) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.

2) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah aspek tetapi juga berhubungan dengan aspek bathiniah.

3) Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.

b. Kekurangan

Kelemahan metode ini adalah membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan sebagai contoh tauladan dalam menanamkan sebuah nilai kepada anak didik.17

17

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers 2002) Cet ke-1., h. 115-116

(32)

C. Tadarus Al-Qur’an 1. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur‟an berasal dari kata Qara’a yang memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira‟ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur‟an asalnya sama dengan qira’ah yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan wa qur’anan

انارقو

ةأارق

أرق

18

Menurut Darma Afandi dalam bukunya al-Qur‟an petunjuk hidup bagi manusia al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab secara etimologi berasal dari kata Qoro’a yang berarti bacaan, yang dibaca. Makna ini selaras dengan makna kata “Qur‟an” sebagaimana firman Allah swt dalam surat yang pertama turun yaitu surat 96 QS al-Alaq ayat 1-3.

( َقَلَخ يِذَّلا َكِّبَر ِمْساِب ْأَرْ قا

١

( ٍقَلَع ْنِم َناَسْنِْلْا َقَلَخ )

٢

( ُمَرْكَْلْا َكُّبَرَو ْأَرْ قا )

٣

)

١9

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.20

Qur‟an menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur‟an adalah mashdar yang diartikan dengan arti isim maf‟ul yaitu maqru= yang dibaca‟. Menurut istilah agama (urf syara’) ialah nama

18 Syaikh Manna Qaththan, Pengantar studi Ilmu Qur’an, (Jakarta: Pustaka

al-Kautsar, 2013), Cet ke-1., h. 16

19

Darma Afandi, Al-Qur‟an petunjuk hidup bagi manusia, ( Jakarta, Bahtera Ilmu, 2010) Cet ke-1.,h. 5

20 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT

(33)

bagi Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang ditulis dalam mushaf.21

Secara terminologi al-Qur‟an, sebagaimana yang disepakati oleh para ulama dan ahli ushul fiqh adalah sebagai berikut:

ِوْيَلَع َلْيِْبِْج ْيِْمَلاْا ِةَطِساَوِب َْيِْلَسُرلماَو ِءاَيِبْنَلْا َتَاَخ َىلَع ُلَّزنلما ُزِجعلما ِللها ُمَلاَك

اَنْ يَلإ ُلْوُقْ نلما ِفِح َاصلما ىَلَع ُبوُتكلما ُمَلاسلا

ُءْوُدبَلما ،ِوِتَوَلاِتِب ُدَّبَعَ تلما ،ِرُتاَوَّ تلِاب

ِساَّنلا ِةَرْوُسِب ُمَتَتْخلماَو ُةَِتِاَفلا ِةَرْوُسِب

Al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang melemahkan lawan) diturunkan kepada penghulu para nabi dan rasul (yaitu Nabi Muhammad Saw) melalui Malaikat Jibril yang tertulis pada mushaf, yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, dinilai ibadah membacanya, yang dimulai dari surah al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Nas.22

Menurut Manna‟ al-Qaththan yang dikutip oleh Abudin Nata dalam bukunya Qur‟an dan Hadits beliau berpendapat bahwa, al-Qur‟an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Muhammad saw dan membacanya adalah ibadah.23 Definisi lain mengenai al-Qur‟an dikemukakan oleh al-Zarqani “Al-Qur‟an itu adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dari permulaan surat al-Fatihah sampai akhir surat al-Naas”.24

Maka berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa al-Qur‟an adalah firman Allah swt atau perkataan Allah Swt, salah satu kitab suci umat Islam yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril, diawali dari surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah an-naas dan membaca al-Qur‟an dicatat sebagi ibadah.

21

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an

dan Tafsir,(Semarang, PT Pustaka Rizki Putra, 2011) Cet ke-4.,h. 1

22

Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim

dari Hafash (Jakarta: Amzah, 2013) Cet ke-2., h. 2

23 Abudin Nata, Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) h., 54 24 Ibid., h. 55

(34)

Oleh karena itu al-Qur‟an harus dibaca dengan benar sesuai makhrajnya.

2. Tadarus Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tadarus adalah membaca al-Qur‟an secara bersama-sama.25 Kata tadarus timbul dari kata

سرادت

سرادتي

سرادت

ا dalam bahasa Arab berarti saling mempelajari, yang terdiri dari dua orang atau lebih (musyarakah bayna itsnayni wa akstar) atau antara jamaah yang terdiri dari banyak orang. Makna tadarus di sini maknanya sama dengan mudzakarah atau muthala’ah bersama, belajar bersama yang oleh para huffazh al-Qur‟an disebut juga sima’an, artinya saling menyimak atau saling mendengarkan.26

Membaca al-Qur‟an merupakan pekerjaan yang utama, yang mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan membaca bacaan yang lain. Sesuai dengan arti al-Qur‟an secara etimologi adalah bacaan karena al-Qur‟an diturunkan memang untuk dibaca. Banyak sekali keistimewaan bagi orang yang menyibukkan dirinya untuk membaca al-Qur‟an27

Keistimewaan al-Qur‟an adalah membacanya merupakan ibadah. Oleh karena itu, dengan membacanya manusia mendapat pahala dan memperoleh balasan kebaikan dari Allah Swt. Keistimewaan ini tidak terdapat dalam kitab-kitab selain dari kitab-kitab sebelum al-Qur‟an (Taurat, Zabur, dan Injil). 28

25 Kamus Besar Bahasa Indonesia, op. Cit., h. 1373

26 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim

dari Hafash (Jakarta: Amzah, 2013) Cet ke-2., h. 37

27 Ibid., h. 55

28 Muhammad Ahmad Abdullah, Metode Cepat dan efektif menghafal Qur’an

(35)

Allah Swt telah menjelaskan, bahwa membaca al-Qur‟an itu merupakan bentuk perniagaan yang tidak akan mengalami kebangkrutan atau perniagaan yang tidak laku, namun merupakan perniagaan (dengan Allah) yang akan (otomatis) mendatangkan keuntungan yang sangat besar. Hal ini dijelaskan Allah Swt dalam firman-Nya berikut ini.

وُجْرَ ي ًةَيِنلاَعَو اِّرِس ْمُىاَنْ قَزَر اَِّمِ اوُقَفْ نَأَو َةلاَّصلا اوُماَقَأَو ِوَّللا َباَتِك َنوُلْ تَ ي َنيِذَّلا َّنِإ

ًةَراَِتِ َن

( َروُبَ ت ْنَل

٩٢

)

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan Shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. . (QS. Faatir {35} : 29).29

Sementara Rasulullah Saw bersabda sebagai berikut.

ُوَمَّلَعَو نآْرُقلْا َمَّلَعَ ت ْنَم ْمُكُرْ يَخ

هاور

١

يراخبل

“Orang yang paling baik di antara kalian adalah ia yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain” (H.R Bukhori)

Orang-orang yang berpedoman pada al-Qur‟an serta membacanya secara berulang-ulang, ayat demi ayat pada waktu siang ataupun malam hari adalah oarang-orang yang mendapat kehormatan dari Allah swt. Pengaruh bacaan al-Qur‟an bukan hanya untuk pembacanya, akan tetapi berpengaruh pada seluruh makhluk Allah swt. Diantara keistimewaan al-Qur‟an adalah mudah dibaca, mudah dihafal, dan mudah diterangkannya. Ibnu Katsir menyitir firman Allah Swt dalam surat al-Qamar ayat 17 yang artinya “Dan sesungguhnya telah kami mudahkan

(36)

al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran”.30

Selain itu tadarus al-Qur‟an merupakan salah atu ibadah yang paling utama, yang dengannya seseorang hamba mendekatkan diri kepada Rabbnya. Al-Qur‟an adalah fasilitas dari Allah swt untuk hamba-Nya dan rahmat dari-Nya untuk seluruh manusia.31

Perlu diketahui bahwa disunnahkan membaca al-Qur‟an secara berjamaah. Sebagaimana yang dikutip oleh Imam Nawawi Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Suatu kaum yang berkumpul di dalam salah satu rumah Allah Swt. Seraya membaca kitab Allah dan tadarrus, akan turun kepada mereka ketenangan. Mereka pun diliputi rahmat, dimuliakan para malaikat, serta disebut-sebut Allah sebagai kelompok-Nya”.32

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan tadarus al-Qur‟an adalah kegiatan orang-orang untuk sama-sama membaca, menyimak, memahami arti dan mempelajari al-Qur‟an. Kegiatan tadarus biasanya dilakukan pada bulan ramadhan dan dilaksanakan setelah sholat tarawih maupun di waktu yang lain. Maka seorang hamba Allah swt senantiasa sangat dianjurkan untuk selalu membaca, mempelajari dan juga mengamalkan ajaran agama sesuai ketentuan yang terdapat dalam kitab suci al-Qur‟an agar kehidupan di dunia menjadi terarah jika selalu mengikuti petunjuk dari Allah swt. 3. Adab membaca Al-Qur’an

Dalam hidupnya manusia memerlukan etika dan adab untuk melakukan sesuatu perbuatan. Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang dimana bagi yang membaca al-Qur‟an dinilai sebagai ibadah

30 Bambang Saiful Ma‟arif dkk, Teknik Menghafal al-Qur’an Kaifa Tahfazul Qur’an,

(Jakarta: Sinar Baru Algesindo, 2005).,h. 6-7

31 Ahmad Bin Salim Baduwailan, Cara Mudah dan Cepat Hafal al-Qur’an, (Solo,

Kiswah, 2014)., h. 234

32 Imam Nawawi, Menjaga Kemuliaan Al-Qur’an Adab dan Tata Caranya, (Bandung:

(37)

dengan begitu ketika ingin membacanya memerlukan etika maupun adab agar ketika kita membaca al-Qur‟an karena semata-mata mengharap ridha Allah swt. Banyak adab yang dilakukan ketika tadarus al-Qur‟an yang disebutkan oleh para ulama, diantaranya adalah:

a. Membaca al-Qur‟an sesudah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang paling utama, meskipun boleh membacanya bagi orang yang berhadats kecil.

Sebagimana berdasarakan firman Allah swt dalam QS al-Waqi‟ah (56) { 79-80 }

َنْوُرَّهَطُمْلا َّلاِإ ُوُّسََيَ َلا

)

٩٢

(

َْيِْمَلاَعْلا ِّبَر ْنِم ُلْيِزْنَ ت

)

٠٨

(

Artinya : Tidak meneyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam.

b. Membacanya di tempat yang bersih dan suci, untuk menjaga keagungan membaca al-Qur‟an.

c. Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh rahmat. d. Bersiwak sebelum memulai membaca.

e. Membaca ta‟awaudz pada permulaannya, berdasarkan firman Allah swt. Seabagaimana dalam QS An-Nahl: 98

لاِب ْذِعَتْساَف َنآْرُقْلا َتْأَرَ ق اَذِإَف

ِمي ِجَّرلا ِناَطْيَّشلا َنِم ِوَّل

“Apabila kamu hendak membaca al-Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

f. Membaca basmalah pada permulaan setiap surat, kecuali surat Bara‟ah (at-Taubah), sebab basmalah termasuk salah satu ayat al-Qur‟an menurut pendapat yang kuat.

g. Membacanya dengan tartil, tartil yaitu membaca al-Qur‟an dengan bacaan perlahan-lahan, tidak terburu-buru dan jelas serta memberikan hak setiap huruf, seperti membaca mad dan idgham. Allah swt berfirman dalam { QS al-Muzammil (73) :4 }

(38)

Artinya: Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. h. Merenungkan ayat-ayat yang dibacanya.

i. Meresapi makna dan maksud ayat-ayat al-Qur‟an, yang berhubungan dengan janji maupun ancaman, sehingga merasa sedih dan menangis ketika membaca ayat-ayat yang berkenaan dengan ancaman karena takut dan ngeri.

j. Mengeraskan bacan al-Qur‟an, karena membacanya dengan suara jahar (keras) lebih utama. 33

Berdasarkan paparan diatas jelaslah bahwa membaca al-Qur‟an tidak sama seperti membaca buku ataupun majalah. Membaca al-Qur‟an yakni membaca kalam Allah swt layaknya seorang hamba sedang berkomunikasi dengan tuhannya. Oleh karena itu, adab yang baik dan sesuai ajaran agama Islam harus digunakan karena membaca kitab suci al-Qur‟an bernilai ibadah agar mendapat ridha dari Allah swt. 4. Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Membaca al-Qur‟an merupakan kegiatan yang paling baik disisi Allah swt. Sesungguhnya orang yang paling mulia ibadahnya serta besar pahalanya ketika mendekatkan diri kepada Allah swt adalah membaca al-Qur‟anul-Karim. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Swt:

ُوْنِم َرَّسَيَ ت اَم اوُءَرْ قاَف

Artinya: “ ... Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an ...”. (QS. Al-Muzammil: 20).34

Mengenai keutamaan membaca al-Qur‟an juga dijelaskan dalam firman Allah Swt.

33 Syaikh Manna Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Qur’an,(Jakarta: Pustaka,

al-Kautsar, 2013), Cet ke-1.,h. 233- 237

34

(39)

ُجْرَ ي ًةَيِن َلاَعَو اِّرِس ْمُىاَنْ قَزَر اَِّمِ اوُقَفْ نَأَو َة َلاَّصلا اوُماَقَأَو ِوَّللا َباَتِك َنوُلْ تَ ي َنيِذَّلا َّنِإ

َنو

َروُبَ ت ْنَل ًةَراَِتِ

٢

٢

ِوِلْضَف ْنِم ْمُىَديِزَيَو ْمُىَروُجُأ ْمُهَ يِّ فَوُ يِل

ۚ

ٌروُكَش ٌروُفَغ ُوَّنِإ

٣

٨

“Sesungguhnya, orang-orang yang selalu membaca kitab Allah swt dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya, Allah swt Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”

(QS. Faathir: 29-30).35

Dapat disimpulkan bahwa banyak keutamaan dalam membaca al-Qur‟an. Membaca al-Qur‟an merupakan pekerjaan yang mulia dibandingkan membaca bacaan lain.

Membaca al-Qur‟an dengan niat ikhlas dan maksud baik adalah suatu ibadah yang karenanya seorang muslim mendapatkan pahala. Ibn Mas‟ud meriwayatkan “Bahwa Rasulullah bersabda: barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah swt, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dan setiap kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipat.” Dalam sebuah hadis Abu Umamah, ditegaskanyang artinya: “Bacalah Qur’an! Karena pada hari kiamat ia akan datang sebagai penolong bagi pembacanya.”36

Berikut adalah dasar dalam kegiatan tadarus Al-Qur‟an:

Firman Allah yang berkaitan dengan dasar membaca Al-Qur‟an dan sebagai dasar perintah untuk membaca adalah (Q.S Al-„Alaq : 1-5)

35

Otong Surasman, Metode Insani Kunci Praktis Membaca Al-Qur’an Baik dan Benar, (Jakarta: Gema Insani, 2004) Cet ketiga., h. 19

36 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa,

(40)

َكِّبَر ِمْساِب ْأَرْ قا

( َقَلَخ يِذَّلا

١

( ٍقَلَع ْنِم َناَسْنِْلْا َقَلَخ )

٢

( ُمَرْكَْلْا َكُّبَرَو ْأَرْ قا )

٣

)

( ِمَلَقْلاِب َمَّلَع يِذَّلا

٤

( ْمَلْعَ ي َْلَ اَم َناَسْنِْلْا َمَّلَع )

٥

)

Artinya : “(1) Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, (3) Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah, (4) Yang mengajar manusia dengan perantaran qalam (alat tulis), (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” 37

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan pada penelitian yang akan dilakukan penulis, terdapat penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang relevan diantaranya yaitu: 1. Penelitian yang pertama dilakukan oleh Winarni Jurusan Kependidikan

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Sunan Kalijaga yang berjudul Pendidikan Karakter Pada Kegiatan Tadarus al-Qur’an dan Shalat Dhuha siswa kelas VIII MTs Negeri Gondowulung Bantul Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur‟an dan shalat Dhuha di MTs Negeri Gondowulung Bantul Yogyakarta yang merupakan kegiatan rutin setiap pagi. Penelitian ini menitikberatkan pada nilai-nilai pendidikan karakter yang tertanam pada kegiatan tadarus al-Qur‟an dan shalat Dhuha siswa. Bahwa nilai-nilai pendidikan karakter yang tertanam pada kegiatan tadarus al-Qur‟an dan Shalat Dhuha meliputi 11 karakter yaitu religius, jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, bersahabat, gemar membaca, peduli sosial, dan tanggung jawab. Adapun persamaan penelitian relevan dengan penelitian ini adalah pada kegiatan tadarus al-Qur‟an. Sedangkan perbedaannya ialah jika penelitian relevan yakni menitikberatkan pada nilai-nilai pendidikan karakter pada tadarus

37

(41)

Qur‟an dan shalat Dhuha sedangkan penelitian ini yakni hanya penerapan pembiasaan tadarus al-Qur‟an dalam program Habitual Curriculum.38 2. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Moh. Soleh Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tabiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2013 dengan judul Pembiasaan Shalat Dhuha dalam Pembinaan Akhlak Siswa Kelas IV di MI Maarif Candran Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pelaksanaan pembiasaan shalat dhuha dalam pembinaan akhlak siswa kelas 4 di MI Ma‟arif Candran berjalan dengan lancar meski ada sebagian siswa yang ramai dalam pelaksanaannya. (2) Dampak pembinaan akhlak siswa kelas IV terhadap pembiasaan shalat Dhuha dapat dikatakan cukup baik. Hal tersebut ditandai dengan perubahan perilaku positif (3) Faktor pendukung dan penghambat pembiasaan shalat Dhuha terhadap pembinaan akhlak siswa diantaranya kendala dari guru, dan kendala dari siswa.

Adapun persamaan penelitian relevan dengan penelitian ini adalah menggunakan metode pembiasaan dalam rangka membina siswa. Kemudian perbedaannya ialah objeknya. Jika dalam penelitian relevan yakni shalat Dhuha sebagai pembinaan akhlak siswa dan jika penelitian ini yakni tadarus al-Qur‟an sebagai pembinaan cinta al-Qur‟an siwa.39

3. Penelitian yang terakhir dilakukan oleh Nurul Faizah Lestari, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2015. Dengan judul Program Pembiasaan Membaca al-Qur’an Kelas V di MI Muhammadiyah Watubelah Banjarnegara. Hasil pengamatan program pembiasaan membaca al-Qur‟an kelas V dilaksanakan dengan dua kegiatan yaitu kegiatan membaca al-Qur‟an secara bersama-sama dan

38 Winarni, “Pendidikan Karakter Pada Kegiatan Tadarus al-Qur’an dan Shalat Dhuha

siswa kelas VIII MTs Negeri Gondowulung Bantul Yogyakarta”, Skripsi pada Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan., h. 75-76, tidak dipublikasikan.

39 Moh. Soleh, “Pembiasaan Shalat Dhuha dalam Pembinaan Akhlak Siswa Kelas 4 di

MI Maarif Candran Yogyakarta”, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

(42)

kegiatan hafalan sendiri-sendiri. Pembiasaan yang diterapkan pada kelas V bertujuan untuk membantu siswa di kelas VI. Karena di kelas VI akan diadakan Khotmil Qur‟an. Faktor pendukung pembiasaan membaca al-Qur‟an di kelas V MI Muhammadiyah yaitu siswa yang mematuhi peraturan madrasah dan ketentuan bahwa hafal Juz 30 dijadikan sebagai syarat untuk naik ke kelas VI. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya alokasi waktu dan siswa kelas V yang banyak mengikuti latihan dalam rangka persiapan pekan olahraga daerah.

Adapun persamaan penelitian relevan dengan penelitian ini adalah dari segi pengamatan yaitu meneliti tentang program pembiasaan membaca al-Qur‟an. Sedangkan perbedaannya ialah dari segi subjeknya jika penelitian relevan subjeknya adalah siswa Madrasah Ibtidaiyah, sedangkan penelitian ini yaitu siswa Madrasah Tsanawiyah.40

40 Nurul Faizah Lestari, “Program Pembiasaan Membaca al-Qur’an Kelas V di MI

Muhammadiyah Watubelah Banjarnegara”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

(43)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Jakarta Selatan yang beralamat di Jl. Moh. Kahfi I No. 34 RT. 007/01 Kelurahan Ciganjur Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.

2. Waktu Penelitian

Studi Pendahuluan terhitung mulai dari tanggal 2 Agustus 2017 sampai dengan 7 November 2017 selama Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT). Kemudian dilanjutkan dengan penelitian selanjutnya terhitung mulai tanggal 17 September 2018 sampai dengan tanggal 1 Oktober 2018.

B. Latar/ Rancangan Penelitian (Setting) 1. Latar Fisik

MTs Negeri 2 Ciganjur Jakarta Selatan terletak di tengah komplek perumahan. Lokasi madrasah cukup nyaman dan sejuk, karena jauh dari jalan raya sehingga terhindar dari kebisingan dan polusi kendaraan. Untuk menempuh jarak ke sekolah harus berjalan kaki dari depan komplek. Bangunan madrasah dari tahun ke tahun bertambah agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

Bagian depan sekolah terdapat satu gerbang utama untuk memasuki kawasan sekolah. Kemudian terdapat pos satpam dan tempat parkir guru ataupun karyawan sekolah. Di samping kanan tempat parkir terdapat masjid sekolah yang bernama Masjid An-Nur dan diatas masjid lantai 2 terdapat aula sekolah. Di samping kanan masjid juga terdapat ruang pertemuan. Di depan masjid sekolah nampak lapangan sekolah yang biasa digunakan untuk upacara, olahraga dan kegiatan sekolah lainnya. disebelah kiri gerbang terdapat taman sekolah dan terdapat kolam ikan kecil, kemudian didepannya terdapat ruang UKS, disamping UKS

(44)

terdapat ruang Tata Usaha, kemudian disampingnya lagi Ruang Kepala Sekolah dan Ruang Guru.

Perpustakaan, dan Lab. IPA terdapat di lantai satu tepatnya di samping kanan ruang kelas IX. Kemudian dilantai dua terdapat 10 kelas, ruang Lab. Komputer, ruang OSIS dan juga ruang BK.

2. Latar Sosial

Lingkungan sosial yang terdapat di MTs Negeri 2 Ciganjur Jakarta Selatan sangat baik. Hubungan yang terjalin erat antara guru, karyawan, Office Boy, Security maupun siswa terlihat sangat baik. Kegiatan berjalan dengan baik dan teratur sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

Setiap hari siswa melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar dengan baik mulai pukul 07.00 sampai dengan 15.00. Sebelum pelajaran di mulai siswa melaksanakan kegiatan rutin yaitu sholat duha berjamaah dan tadarus al-Qur’an pada tiap masing-masing kelas. Kemudian guru dan siswa melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah dan setelah itu melanjutkan KBM sampai dengan bel pulang berbunyi.

3. Latar Proses

Penerapan tadarus al-Qur’an dilakukan oleh seluruh siswa MTs Negeri 2 Ciganjur Jakarta Selatan. Tadarus al-Qur’an dilakukan sebelum jam pelajaran dimulai mulai pukul 06.30 (ketika bel masuk kelas berbunyi) hingga pukul 07.00. Tadarus dilakukan setiap hari kecuali pada hari Senin. Tadarus dilakukan dikelas masing-masing dan didampingi oleh wali kelas ataupun guru mata pelajaran jam pertama. Dan dilakukan pengontrolan oleh guru piket.

Semenjak bulan Maret 2018 pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur’an di MTs Negeri 2 Jakarta mengalami perubahan dari segi alokasi waktu, segi materi dan tempat pelaksanaan kegiatan.

Gambar

Gambar 4.1     Buku Monitoring Habitual Curriculum
Tabel daftar nama dewan guru dan jabatan
Tabel data siswa-siswi MTs Negeri 2 Ciganjur Jakarta  No  Kelas  Laki-laki  Perempuan  Jumlah Siswa
Tabel Ceklist Dokumentasi MTs Negeri 2 Jakarta Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka terdapat beberapa rumusan masalah atau fokus penelitian yakni: pertama, mengenai perencanaan program Baca Tulis Qur’an metode

Pendidikan akhlak mulia melalui pembiasaan membaca Al-Qur’an dan shalat tahajud di Panti Asuhan “An-Nadhief” Senon, menurut peneliti sudah baik, karena kegiatan tersebut

1. Kegiatan Literasi Alquran SMA Negeri 14 dilaksanakan berdasarkan dari surat edaran yang berisi himbauan kepada kepala sekolah SMA/SMK Negeri dan Swasta untuk

Skripsi dengan judul “Implementasi Program Turjuman Al-Qur’an Metode Ummi Dalam Pembelajaran Al-Qur’an di Lembaga Ummi Foundation Ketintang Surabaya” adalah hasil karya

Para ibu-ibu juga mengadakan kegiatan mengaji di Majelis Ta’lim al-Irfan mereka belajar membaca al-Qur’an mulai dari iqro sampai lancar membaca al- Qur’an

Metro, yaitu banyak sekali manfaat dari kegiatan hafalan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut, salah satunya hasil belajar atau nilai pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis pun dikategorikan

Skripsi denganjudul “Pembiasaan Siswa Membaca Al-Qur’an di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Rejotangan Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016” yang ditulis oleh Nurul Bidaatul

skripsi ini lebih menekankan pada aspek morfologi dan anatomi buah dalam Al-Qur‟an serta kontekstualitasinya menurut ilmu sains botani.15 Kesamaan dengan penulis adalah tentang