• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Penyebab Munculnya Bahasa Antara

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6. Pemilihan Diksi

4.2.2 Faktor Penyebab Munculnya Bahasa Antara

Untuk menjawab rumusan masalah kedua mengenai faktor penyebab munculnya bahasa antara dalam tataran kata, peneliti membaca ulang bentuk bahasa antara yang telah ditemukan dalam rumusan masalah pertama. Bentuk bahasa antara pemelajar mengindikasikan adanya tiga dari lima proses utama bahasa antara yang diajukan oleh Selinker (1972), yakni transfer bahasa, strategi komunikasi, dan generalisasi berlebih.

1. Transfer Bahasa

Proses transfer bahasa terlihat pada kategori eror dalam pemilihan kosakata dan juga eror dalam penggunaan preposisi. Adanya proses transfer bahasa dapat dilihat ketika bentuk bahasa antara dapat diinterpretasikan sesuai konteks dengan menerjemahkan kedalam B1 terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.6.

Kategori eror Kode Eror Koreksi L1 Pemelajar Eror dalam

pemilihan kosakata

JH.11.05 pergi (ke rumah) pulang go (home)

JH.11.13, DP.09.30

lain (kopi) lagi another

JH.11.59, DP.12.54

barang-barang (topik pembicaraan)

hal stuff

KB.04.48 berwisata berangkat to travel

Eror dalam penggunaan preposisi

KB.04.28 Saya bermain gitar dan bass di band untuk dua tahun

selama for

JH.11.06 Saya mencuci pakaian dalam mesin pencuci selama dua jam

dengan in

DP.12.53 Saya akan pergi di sana Minggu depan mungkin

ke sana there

Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat beberapa konstruksi kalimat pemelajar yang mengindikasikan adanya transfer bahasa. Contoh transfer bahasa dalam pemilihan kosakata ini muncul pada data berikut:

(53) “Saya pikir masih mahal, tetapi saya buru-buru karena saya terlambat untuk berwisata!” KB.04.48

(54) “Saya membuat Kopi lain lalu terus belajar.”

Penggunaan kata berwisata pada kalimat (53) serta lain pada kalimat (54) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Kedua kata ini muncul karena pemelajar mengenal kata berwisata dan lain dalam bahasa Indonesia sebagai kata yang dapat menggantikan atau memiliki arti yang sama seperti kata travel dan another yang dikenalnya dalam bahasa Ibu. Kata berwisata muncul sebagai terjemahan leksikal dari kata travel yang biasa dipakai penutur bahasa Inggris untuk mengungkapkan

perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Kata lain muncul sebagai

terjemahan leksikal dari kata another yang menyatakan sesuatu yang lain. Konstruksi kalimat pemelajar ini menunjukkan bahwa pemelajar belum memikiki pengetahuan yang cukup mengenai kosakata yang tepat dalam bahasa Indonesia sehingga pemelajar memakai pengetahuan yang telah dimilikinya dari bahasa ibu pemelajar.

Bentuk bahasa antara yang memuat kaidah B1 pemelajar juga terjadi pada penggunaan preposisi. Data berikut memberikan gambaran terkait proses transfer negatif pemelajar, yaitu:

(55) “Saya bermain gitar dan bass di band untuk dua tahun.” KB.04.28 (56) “Saya akan pergi di sana Minggu depan mungkin.” DP.12.53

Preposisi untuk dan di menggambarkan bentuk eror pemelajar yang disebabkan oleh transfer negatif. Pemelajar menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam

bahasa target dan mencoba mengartikan atau mencari persamaan kata dalam bahasa Indonesia. Pemelajar mengenal kata untuk dalam bahasa Indonesia sebagai kata yang dapat menggantikan atau memiliki arti yang sama seperti preposisi yang dikenalnya dalam bahasa Ibu, yaitu for. Dalam bahasa Inggris, preposisi for dapat dipakai untuk menyatakan hubungan peruntukan dan juga hubungan rentang waktu. Namun dalam bahasa Indonesia, preposisi yang dipakai untuk menyatakan hubungan peruntukan berbeda dengan preposisi yang dipakai untuk hubungan kurun waktu. Preposisi yang tepat dipakai untuk menyatakan hubungan kurun waktu adalah preposisi selama. Selanjutnya, preposisi di pada kalimat (56) dipakai pemelajar karena pemelajar mengartikan there dalam bahasa Inggris dan mencari persamaan dalam bahasa Indonesia menjadi di sana. Namun demikian, transfer terjemahan leksikal ini tidak tepat karena preposisi yang dibutuhkan dalam kalimat ini berupa preposisi yang menyatakan hubungan arah, yaitu ke. 2. Generalisasi berlebih

Adanya generalisasi berlebih terlihat pada kategori eror yang menunjukkan adanya pola sistem kaidah B2 yang berlaku dalam produksi bahasa pemelajar. Data penelitian mengindikasikan bahwa pemelajar Australia juga memakai sistem kaidah bahasa Indonesia dalam beberapa hal. Hal ini muncul dalam beberapa konstruksi kalimat pemelajar berikut:

(57) “… saya bisa melihat pulau-pulau atau darat-darat.” KB.04.46

(58) “Sepak bola Australia sangat digemari dan dimainkan di mana-mana di Australia, …” KB.05.61

(59) Mungkin saya pergi di sana tahun depan atau dua tahun yang akan depan. Kalimat (57) menunjukkan adanya kaidah pembentukan nomina plural dalam bahasa Indonesia. Pemelajar mengetahui aturan terkait reduplikasi dalam

pembentukan nomina plural. Akan tetapi, pemelajar tidak memiliki pengetahuan bahwa tidak semua nomina dapat diubah dalam bentuk reduplikasi untuk membentuk nomina plural. Pembentukan kata darat-darat tidak berterima dan tidak dipakai oleh penutur asli Indonesia. Pembentukan nomina plural yang tepat adalah daratan yang berarti daratan yang luas atau banyak daratan. Kalimat (58) menunjukkan adanya generalisasi berlebih ragam lisan dimana-mana. Pemelajar tidak mengetahui bahwa kata dimana-mana tidak dapat dipakai dalam ragam tulisan. Kata yang tepat dipakai dalam ragam tulisan adalah dimanapun. Kalimat (59) menunjukkan adanya generalisasi berlebih penggunaan kata depan untuk keterangan waktu. Kata depan hanya berterima apabila dipakai pada keteragan waktu tahun depan. Untuk keterangan waktu yang menyatakan numeralia, seharusnya diikuti dengan frasa yang akan datang. Dengan demikian, keterangan yang benar adalah dua tahun yang akan datang.

3. Strategi Komunikasi

Beberapa kategori eror yang ditemukan mengindikasikan adanya pendekatan yang dipakai oleh pemelajar dalam usahanya untuk dapat berkomunikasi dengan penutur bahasa Indonesia. Hal ini muncul pada bentuk penggunaan kosakata dalam bahasa Inggris dan juga bentuk penyederhanaan seperti pada penghilangan atau pengabaian suatu kaidah afiksasi.

Strategi komunikasi dalam penggunaan kosakata bahasa ibu dapat dilihat dalam tabel 4.5. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kosakata bahasa Inggris muncul hanya pada konstruksi kalimat pemelajar yang diperoleh dari dokumentasi percakaan tertulis pemelajar dengan peneliti dalam Whatsapp. Hal ini

mengindikasikan bahwa dalam suatu konteks situasi tertentu, dalam hal ini adalah situasi informal dalam percakapan WhatsApp, pemelajar cenderung mengabaikan penggunaan kata yang sesuai dan berterima dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara, pemelajar mengungkapkan bahwa pemelajar terkadang memakai kata-kata yang sedang dipelajari pada saat tertentu dalam proses belajarnya, tetapi pemelajar kemudian lupa karena kurangnya pengulangan.

“Sometimes I’m using some words that week or during my study so they’re

fresh in my mind. Sometimes I totally forget because lack of repetition.”

Selanjutnya, data penelitian juga menunjukkan adanya pemakaian bentuk-bentuk tertentu dalam konstruksi kalimat pemelajar yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemelajar, pemelajar mengetahui fungsi afiksasi dalam bahasa Indonesia dengan baik, seperti dalam kutipan yang dapat dirangkum dalam tabel 4.7 berikut:

Afiks Kutipan Pernyataan Pemelajar

Prefiks me- “I use the prefix me- when I’m wanting to create a verb, create

an action word”

Prefiks ber- “I think ber- is used with adjectives. In my mind, I just think ‘to have something’”

Prefiks di- In my mind, it’s a grammatical structure of sentence in different way, a passive I think it’s called.”

Prefiks pe- “I understand that pe- is like an actor, and is it also a tool or something?”

Sufiks -kan “my understanding is like to cause, causative action, so either benefit something or someone”

Sufiks -an “I get confused sometimes; I think essentially just make a word a noun”

Konfiks me-kan

“It creates an action, a causative action of the verb”

Konfiks pe-an “I think it’s a noun, but I’m not sure with pe-”

Konfiks ke-an “I’m not sure, is it another way of making a noun?”

Konfiks me-i “I sort of connects or direct verbs to the objects or place”

Berdasarkan rangkuman dalam tabel 4.7, pemelajar menyebutkan suatu penggunaan afiksasi untuk membentuk fungsi verba, nomina, ajektifa dan juga beberapa makna gramatikal yang dapat diungkapkan. Meskipun demikian, temuan dalam bentuk bahasa antara menunjukkan adanya eror dalam penggunaan kata berimbuhan. Hal ini mengindikasikan adanya kecenderungan pemelajar untuk mengabaikan kaidah yang berlaku dalam hal afiksasi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh pemelajar melalui wawancara. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan kepada pemelajar mengenai penggunaan konfiks pe-an, pemelajar merespon dengan ungkapan berikut:

“I’m not sure of this one. There’s no grammatical reason for it. It just because it’s a word I’ve learned so I knew I could use it.”

Pemelajar mengungkapkan bahwa pemelajar tidak mengetahui dengan pasti mengapa pemelajar memilih penggunaan kata tertentu dalam konstruksi kalimatnya. Pemelajar menggunakan kata tersebut karena kata tersebut merupakan suatu kata yang baru saja dipelajari. Pemelajar juga beranggapan bahwa kata tersebut dapat dipakai dalam kalimat yang dikonstruksi. Hal ini mengindikasikan adanya suatu strategi komunikasi yang dipakai oleh pemelajar.

Dokumen terkait