• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3. Penggunaan Kata Berimbuhan

Jenis kata berimbuhan atau afiks yang masuk dalam rumusan kompetensi pemelajar BIPA tigkat pemula yang disusun oleh APPBIPA adalah afiks ber-,

me-, -anme-, pe- ber-an. Meskipun demikianme-, data menunjukkan bahwa pemelajar juga

memakai afiks di-, -kan, me-kan, pe-an, ke-an, dan me-i. Penggunaan afiksasi ini dapat dikategorikan menjadi prefiks, sufiks dan konfiks. Distribusi penggunaan kata berimbuhan yang muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar dapat diihat dalam bagan.

Bagan 4.5: Distribusi Penggunaan Kata Berimbuhan

Data penelitian menunjukkan bahwa beberapa penggunaan afiksasi yang dikonstruksi oleh pemelajar tidak seperti penggunaan afiksasi oleh penutur asli Indonesia. Penggunaan afiksasi yang dipakai pemelajar juga tidak sesuai untuk membentuk kata dengan arti yang sesuai dengan konteks kalimat. Penggunaan prefiks yang salah muncul pada prefiks me-, ber-, di-, pe-. Penggunaan sufiks

132 131 45 16 11 11 16 7 3 5 0 20 40 60 80 100 120 140 ber me an pe- di-kan me-kan pe-an ke-an me-i

yang salah muncul pada sufiks -kan, dan -an. Penggunaan konfiks yang salah muncul pada konfiks me-kan, pe-an, ke-an, dan me-i.

Berdasarkan data penelitian, bentuk eror dalam afiksasi berupa penambahan afiks pada kata yang seharusnya memakai bentuk dasar, penghilangan afiks, dan juga penggunaan afiks yang salah dan tidak sesuai dengan konteks kalimat. Bentuk eror ini dapat diuraikan dalam tabel 4.3.

Afiksasi Penambahan afiks Penghilangan afiks Penggunaan Afiks yang salah

Prefiks me- mencari (KB.04.58), melakukan (DP.11.46, DP.12.60), menduduk (JH.11.44), lihat (KB.03.08), obrol (DP.08.11), hidupkan (JH.11.11), telepon (JH.11.49) menari (KB.04.32), merasa (KB.04.40), menjadi (JH.11.34), menarik (JH.11.70), mengingat (DP.12.59), membuat (DP.12.62) Prefiks ber- berolahraga

(KB.03.12), bersantai (KB.04.36), pikir (KB.04.35, KB.04.59, JH.11.29, JH.11.60), bentuk (JH.11.03), semangat (JH.11.22), asap (DP.11.45), sejarah (JH.11.71) bekerja (DP.08.14, JH.11.25, DP.12.56)

Prefiks di- - campur (JH.11.12) dibuat (KB.04.53, JH.11.70), dibayar

(JH.11.47), Prefiks pe- pencuci (JH.11.06) kataan (JH.11.33) pemeriksa (KB.04.41),

pemain (JH.11.64), penyanyi (JH.11.69) Sufiks -kan membacakan

(KB.05.63), dibelikan (JH.11.04), mencucikan (JH.11.52), membantukan (JH.11.16), membuangkan (JH.11.72) membeli (KB.04.24), diberi (KB.04.26), dimain (KB.04.33), mendengar (DP.11.36), mengata (JH.11.39, DP.11.50), -

Sufiks -an berliburan (KB.03.01), berjalanan (KB.04.29), mulaian (DP.11.39), membangunan (JH.11.03) potong (JH.11.12), pernikah (JH.11.22, JH.11.38, JH.11.40), rencanaan (KB.03.06), pikiran (KB.04.25), jahitan (KB.04.54)

Konfiks me-kan - tambah (KB.05.68), selesai (JH.11.74), bingung (DP.12.62) menampilan (DP.09.32), membuatkan (JH.11.63), menikmatikan (DP.12.57), mengujukkan (DP.12.67) Konfiks pe-an - - perbedaan (KB.03.20), perayaan (JH.11.35, DP.12.61) Konfiks ke-an - - kesenangan (KB.04.30) Konfiks me-i - - mengendarai (KB.05.71), mengunjungi (DP.12.70) Tabel 4.3: Eror dalam Afiksasi

a.1 Prefiks me-

Data penelitian mengindikasikan adanya bentuk eror dalam penggunaan prefiks me- yang berupa penambahan prefiks me-, penghilangan prefiks me-, serta penggunaan prefiks me- yang tidak sesuai dengan konteks kalimat. Prefiks me- merupakan prefiks yang banyak muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar. Bentuk eror dalam prefiks me- muncul berulang dalam kata-kata yang dipakai pemelajar, yaitu, mencari, melakukan, menduduk, menari, merasa, menjadi,

menarik, mengingat, membuat, lihat, obrol, hidupkan, dan telepon. Contoh

penambahan prefiks me- pada kata yang seharusnya memakai bentuk dasar muncul pada konstruksi kalimat berikut:

(8) “… saya menduduk di meja makan makan malam dengan ….” JH.11.44 (9) “Ada lebih banyak obat traditional di Australia yang Anda bisa mencari di

...” KB.04.58

Pembentukan kata me+duduk menjadi menduduk pada kalimat (8) dan me+cari menjadi mencari pada kalimat (9) tepat secara morfofonemis, tetapi kata

menduduk dan mencari tidak berterima dan tepat sesuai dengan konteks kalimat.

Imbuhan me- pada kata menduduk tidak bermakna karena tidak pernah dipakai oleh seorang penutur asli Indonesia. Kata yang tepat dipakai dalam kalimat ini

berupa bentuk dasar, yaitu duduk. Sementara itu, bentuk kata mencari tidak sesuai konteks dalam kalimat (9). Kalimat (9) memerlukan suatu bentuk verba pasif tanpa di. Verba yang dapat dipakai untuk membentuk kalimat pasif adalah bentuk dasar cari.

Selanjutnya, pemelajar memakai kata bentuk dasar pada kata yang seharusnya memerlukan prefiks me-. Hal ini dapat dilihat dalam konstruksi kalimat pemelajar berikut:

(10) “Minggu depan saya akan telepon penjual rumah…” JH.11.49 (11) “Saya gugup tetapi obrol akan membantu saya banyak” DP.08.11

Penggunaan kata telepon pada kalimat (10) dan obrol (11) mengindikasikan kesalahan penggunaan bentuk dasar. Kata telepon merupakan suatu nomina yang berarti alat untuk bercakap-cakap antara dua orang dalam jarak jauh. Kata obrol merupakan kata yang tidak dapat berdiri sendiri atau selalu membutuhkan afiksasi. Pada kalimat (10) diperlukan suatu verba yang berfungsi sebagai predikat dari subjek saya. Verba ini dapat dibentuk dengan menambahkan prefix me- yang dapat berarti mempergunakan atau bekerja dengan apa yang terkandung dalam kata dasar (Keraf, 1980). Pembentukan kata yang tepat dalam kalimat (10) adalah

me+telepon menjadi menelepon yang berarti menggunakan telepon. Kalimat (11)

memerlukan verba yang berarti melakukan kegiatan bercakap-cakap. Verba ini dapat dibentuk dengan menambahkan prefix me- yang dapat berarti melakukan suatu perbuatan (Keraf, 1980). Pembentukan kata yang tepat dalam kalimat (11) adalah me+obrol menjadi mengobrol.

Bentuk penggunaan prefiks me- yang tidak tepat tidak hanya berkaitan dengan apakah seharusnya memakai kata dasar atau kata dengan prefiks me-,

tetapi juga pada pemakaian me- pada kata yang seharusnya memakai bentuk afiks yang lain. Hal ini dapat dilihat pada contoh konstruksi kalimat pemelajar berikut:

(12) “Suhu badan saya merasa panas sedikit,... .” KB.04.40

(13) “…ada film yang membuat kali berbeda! 1970s dan 2000s!!!” DP.12.62 Penggunaan prefiks me- pada kata merasa dalam kalimat (12) tidak tepat karena prefiks me- dapat memberikan arti melakukan tindakan dengan alat seperti yang terkandung pada bentuk dasar (Muslich, 2014). Dalam kalimat ini pembentukan

me+rasa menjadi merasa berarti menggunakan rasa. Makna ini menjadi tidak

tepat karena subjek dalam kalimat ini berupa frasa nomina suhu badan saya. Afiks yang tepat dipakai adalah ter- karena afiks ini apabila melekat pada kata benda dapat berarti dapat di (seperti bentuk dasar) kan/i (Muslich, 2014). Pembentukan kata dengan prefiks ter juga sesuai dengan kebutuhan verba yang berfungsi sebagai predikat dalam kalimat intranstif. Dengan demikian, pembentukan kata yang tepat adalah ter+rasa menjadi terasa yang berarti dapat dirasakan. Sementara itu, bentuk kata membuat pada kalimat (13) tidak sesuai konteks. Kalimat (13) memerlukan suatu bentuk verba pasif. Verba yang dapat dipakai untuk membentuk kalimat pasif adalah bentuk verba dengan afiks di. Pembentukan kata yang tepat dalam kalimat (6) adalah di+buat menjadi dibuat. a.2 Prefiks ber-

Peneliti menemukan adanya data penelitian yang mengindikasikan penggunaan prefiks ber- yang salah. Eror ini berupa penambahan prefiks ber- pada kata yang seharusnya memakai bentuk dasar, penghilangan prefiks ber- pada kata yang seharusnya mendapatkan tambahan prefiks ber-, serta penggunaan prefiks ber- yang tidak sesuai dengan konteks kalimat. Bentuk ini muncul pada

konstruksi kalimat pemelajar dengan kata-kata yang dipakai pemelajar, yaitu

berolahraga, bersantai, pikir, bentuk, semangat, asap, sejarah, dan bekerja.

Contoh penambahan prefiks ber- pada kata yang seharusnya memakai bentuk dasar adalah pada konstruksi kalimat berikut:

(14) “Saya lebih suka gamelan Jawa karena lebih bersantai, halus dan muram!” JH.11.74

Pembentukan kata ber+santai menjadi bersantai pada kalimat (14) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Prefiks ber- pada bersantai kata membentuk verba yang berarti dalam keadaan santai. Dalam kalimat ini, diperlukan bentuk dasar santai sebagai suatu adjektif yang menggambarkan tentang nomina gamelan Jawa. Bentuk dasar santai dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) online mengungkapkan mekna bebas dari rasa tegang, dalam keadaan bebas dan senggang.

Selanjutnya, pemelajar memakai kata bentuk dasar pada kata yang seharusnya memerlukan prefiks ber-. Hal ini dapat dilihat dalam konstruksi kalimat pemelajar berikut:

(15) “Drama yang Sejarah!” JH.11.71

(16) “Apakah udara sangat asap dekatmu?” DP.11.45

Penggunaan kata sejarah pada kalimat (15) dan asap pada kalimat (16) mengindikasikan kesalahan penggunaan bentuk dasar. Kata sejarah merupakan suatu nomina yang dapat berarti asal-usul, pengetahuan atau kejadian pada masa lampau. Kata asap merupakan suatu nomina yang berarti uap yang dapat terlihat yang dihasilkan dari pembakaran. Penggunaan kata dasar sejarah dan asap tidak sesuai dengan konteks kalimat. Kata yang sesuai dengan konteks kalimat (15) dan (16) adalah bentuk verba dengan penambahan prefix ber- yang dapat dapat

berfungsi sebagai suatu transformasi dari kata mempunyai atau memiliki (Keraf, 1980). Prefiks ber- diperlukan untuk membentuk verba yang menyatakan

mempunyai sejarah dan mengandung atau diliputi asap. Pembentukan kata yang

tepat adalah ber + sejarah menjadi bersejarah dan ber + asap menjadi berasap. Data juga mengindikasikan adanya eror dalam peggunaan prefiks me- karena tidak sesuai dengan konteks kalimat. Hal ini dapat dilihat dari data berikut:

(17) “Ketika bekerja sudah selesai pada jam tiga saya pergi ke … .” JH.11.25 (18) “Ya, dia melakukan banyak bekerja bulan lalu!” DP.08.14

Penggunaan afiks ber- pada kata bekerja dalam kalimat (17) dan (18) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Kedua kalimat ini memerlukan kata jenis nomina, bukan verba dengan imbuhan ber- seperti yang dikonstruksi oleh pemelajar. Afiks yang tepat dipakai untuk membentuk nomina adalah per-an. Seperti yang diungkapkan oleh Keraf (1980) bahwa konfiks per-an dapat berfungsi untuk membentuk kata benda, dan dapat mengungkapkan arti menyatakan hal perbuatan”. Dengan demikian, pembentukan kata yang tepat adalah pe+kerja+an menjadi pekerjaan yang berarti hal yang dikerjakan.

a.3 Prefiks di-

Fungsi utama dari prefiks di- menurut Muslich (2014) adalah untuk menyatakan suatu tindakan yang pasif. Bentuk eror dalam prefiks di- berupa penggunaan prefiks di- pada kalimat aktif dan juga penghilangan prefiks di- pada kata yang membutuhkannya untuk membentuk suatu verba pasif. Hal ini menunjukkan bahwa pemelajar juga belum menguasai afiksasi pada kalimat pasif dan kalimat aktif. Bentuk eror pada penggunaan prefiks di- muncul pada kata

Bentuk eror penggunaan prefiks di- pada kalimat aktif muncul pada konstruksi kalimat berikut:

(19) “Ketika pekerjaan sudah selesai saya pergi ke toko serba dan dibayar makanan yang saya akan dimakan selama pekan.” JH.11.47

(20) “Prosess untuk dibuat pakaian possum dan kanguru adalah…” KB.04.53 Penggunaan prefiks di- pada kata di+bayar pada kalimat (19) serta kata di+buat pada kalimat (20) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Kedua kalimat ini memerlukan verba aktif. Pada kalimat (19), bentuk persona saya menjadi pelaku dalam tindakan bayar yang dimaksud. Selanjutnya, pada kalimat (20), bentuk persona proses menjadi pelaku dalam tindakan buat yang dimaksud. Dengan demikian, pembentukan kata yang tepat adalah me+bayar menjadi membayar, dan me+buat menjadi membuat.

Selanjutnya, pemelajar memakai kata bentuk dasar pada kata yang seharusnya memerlukan prefiks di-. Hal ini dapat dilihat dalam konstruksi kalimat pemelajar berikut:

(21) “Ada kulit possum dan kanguru yang jahitan bersama.” KB.04.54

(22) “Kemudian saya membuat makan pagi telur campur dengan potong babi, keju di atas roti potong.” JH.11.12

Penggunaan kata jahitan dan kata campur tidak tepat dipakai dalam kalimat (21) dan kalimat (22). Kedua kalimat ini merupakan kalimat pasif sehingga diperlukan bentuk verba dengan prefiks di-. Penggunaan sufiks -an pada kata jahitan tidak tepat dipakai dalam kalimat (21) karena sufiks ini berfungsi untuk membentuk kata benda (Keraf, 1980). Pembentukan kata jahitan tidak sesuai dengan konteks kalimat. Pembentukan kata yang tepat adalah di+jahit menjadi dijahit yang dapat menyatakan bahwa nomina kulit possum dan kanguru yang berfungsi sebagai

subjek merupakan nomina yang dikenai tindakan jahit. Kata dasar campur pada kalimat (22) seharusnya juga mendapatkan penambahan prefiks di-. Pembentukan kata ini adalah di+campur menjadi campur yang dapat menyatakan bahwa nomina telur dikenai tindakan campur.

a.4 Prefiks pe-

Data penelitian juga mengindikasikan adanya eror dalam dalam penggunaan prefiks pe-. Salah satu fungsi prefiks pe- yang sering dipakai adalah untuk menyatakan orang yang biasa/pekerjaannya/gemar melakukan tindakan yang tersebut pada bentuk dasar (Muslich, 2014). Penggunaan prefiks pe- yang salah muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar berikut:

(23) “... Saya akan pemeriksa tekanan darah dan suhu badan Anda.” KB.04.41

(24) “Hari Jumat aku selasai bekerja pada Jam tiga, kemudian aku bertemu dengan Michael teman aku untuk pemain tenis.” JH.11.64

Penggunaan kata dengan afiks pe- pada kata pemeriksa dalam kalimat (23) dan kata pemain dalam kalimat (24) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Pengunaan prefiks pe- pada kata pemeriksa membentuk sebuah kata nomina yang berarti orang yang memeriksa. Kata yang sesuai dengan konteks kalimat (23) adalah suatu verba yang memberikan arti melihat dengan teliti untuk mengetahui keadaan. Verba ini dapat dibentuk dengan menambahkan prefiks me-. Pembentukan kata ini adalah me+meriksa menjadi memeriksa. Selanjutnya, pengunaan prefiks pe- pada kata pemain membentuk sebuah kata nomina yang berarti orang yang bermain. Kata yang sesuai dengan konteks kalimat (24) adalah suatu verba yang memberikan arti melakukan suatu permainan. Verba ini dapat

dibentuk dengan menambahkan prefiks ber-. Pembentukan kata ini adalah

ber+main menjadi bermain.

Selanjutnya, bentuk eror dalam penggunaan refiks pe- juga muncul dalam bentuk penghilangan prefiks pe-. Bentuk eror ini muncul dalam konstruksi berikut:

(25) “… tidak sabar karena saya tidak tahu banyak kataan dan kosokata…Aduh!” JH.11.33

Bentuk kata kataan dalam kalimat (25) tidak berterima dan tidak sesuai konteks. Kata kataan tidak dipakai oleh penutur Indonesia. Dalam kalimat ini, bentuk yang tepat dipakai adalah dengan menambahkan imbuhan prefiks pe- menjadi

perkataan yang berarti kumpulan kata atau sesuatu yang dikatakan.

a.5 sufiks -kan

Fungsi utama dari sufiks -kan adalah mengungkapkan arti melakukan sesuatu untuk orang lain (Muslich, 2014). Bentuk penggunaan sufiks -kan yang salah adalah penambahan prefiks kan- pada kata yang tidak memerlukannya dan juga penghilangan sufiks -kan pada kata yang seharusnya mendapatkan tambahan sufiks -kan. Bentuk ini muncul pada konstruksi kalimat pemelajar dengan kata-kata yang dipakai pemelajar, yaitu membacakan, dibelikan, mencucikan,

membantukan, membuangkan, membeli, diberi, dimain, mendengar dan mengata.

Contoh penambahan prefiks -kan yang tidak diperlukan adalah pada konstruksi kalimat berikut:

(26) “Sesudah bekerja saya pergi ke toko rumah bernama ‘Kmart’ di sana sebuah pemotong kopi dibelikan.” JH.11.04

(27) “Nanti sore, saya bersantai, bermain gitar dan mencucikan pakaian saya.” JH.11.52

Penggunaan kata dengan sufiks -kan pada kata dibelikan dalam kalimat (26) dan kata mencucikan dalam kalimat (27) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Subjek dalam kedua kalimat, saya, merupakan pelaku yang melakukan tindakan membeli pada kalimat (26) serta mencuci pada kalimat (27). Dengan demikian, sufiks -kan seharusnya dihilangkan dari kata dibelikan dan mencucikan.

Di sisi lain, pemelajar menghilangkan atau tidak menambahkan sufiks

-kan pada kata yang memerlu-kan sufiks ini. Contoh penghilangan sufiks --kan

muncul pada konstruksi kalimat berikut:

(28) “Musik dimain oleh pemusik dengan gamelan yang adalah alat musik, yaitu bonang, gangsa, saron, gender dan banyak lain.” KB.04.33

(29) “Mereka mengata kata-kata yang cantik dan ‘honest’.” JH.11.39

Penggunaan kata dimain dalam kalimat (28) dan kata mengata dalam kalimat (29) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Kata-kata ini juga tidak berterima dan tidak dipakai oleh penutur asli Indonesia. Kata dimain menjadi berterima dan sesuai konteks kalimat apabila ditambahkan sufiks -kan. Pembentukan kata ini adalah

dimain+kan menjadi dimainkan yang menyatakan bahwa pemusik yang berfungsi

sebagai objek bermain musik yang merupakan subjek dalam kalimat (28). Selanjutnya, bentuk kata mengata juga seharusnya ditambahakan sufiks -kan untuk menjadi berterima dan sesuai dengan konteks kalimat. Pembentukan kata ini adalah me+kata+kan menjadi mengatakan yang berarti menyampaikan kata-kata.

a.6 sufiks -an

Data penelitian menunjukkan adanya bentuk penggunaan sufiks -an yang salah. Eror ini berupa penambahan prefiks an- pada kata yang tidak

memerlukannya dan juga penghilangan sufiks an- pada kata yang seharusnya mendapatkan tambahan sufiks -an. Bentuk ini muncul pada konstruksi kalimat pemelajar dengan kata-kata yang dipakai pemelajar, yaitu, berliburan, berjalanan,

mulaian, membangunan, potong, pernikah, rencanaan, pikiran, dan jahitan.

Contoh penambahan prefiks an- yang tidak diperlukan adalah pada konstruksi kalimat berikut:

(30) “… saya ingin bermain gitar karena saya pikiran gitarnya spesial dan luar biasa.” KB.04.25

(31) “Tetapi aku mulaian menulis 'Bahasa diary' beberapa hari!” DP.11.39 Penggunaan sufiks -an pada kata pikiran dalam kalimat (30) serta rencanaan dalam kalimat (31) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Sufiks -an pada kata

pikiran membentuk suatu nomina. Sufiks ini seharusnya dihilangkan karena kata

yang diperlukan dalam kalimat (30) merupakan kata verba. Kata verba yang tepat dan sesuai dengan konteks kalimat adalah pembentukan kata dengan prefiks ber-. Pembentukan kata ini adalah ber+pikir menjadi berpikir yang berarti menggunakan pikiran untuk menimbang-nimbang sesuatu. Hal ini juga berlaku pada kata mulaian dalam kalimat (31). Penggunaan sufiks -an pada kata mulaian

tidak sesuai konteks dan tidak berterima. Kata mulaian tidak dipakai oleh penutur

asli Indonesia. Kata yang tepat adalah kata dasar mulai yang yang berarti

mengawali.

Selanjutnya, pemelajar menghilangkan atau tidak menambahkan sufiks -an pada kata yang memerlukan sufiks ini. Contoh penghilangan sufiks -an muncul pada konstruksi kalimat berikut:

(32) “… makan pagi telur campur dengan potong babi, keju di atas roti potong.” JH.11.12

(33) “Saya semangat untuk pernikah teman-teman.” JH.11.22

Kata potong pada kalimat (32) dan kata pernikah pada kalimat (33) tidak sesuai dengan konteks kalimat secara keseluruhan. Kata potong merupakan nomina yang berarti penggal atau penggolong bilangan berbagai benda. Kata yang sesuai dengan konteks kalimat (32) adalah kata dengan sufiks -an. Pembentukan kata ini adalah potong+an menjadi “potongan” yang berarti hasil memotong. Sementara itu, kata pernikah dalam kalimat (33) dapat berarti setiap menikah atau setiap pernikahan. Kata ini juga tidak sesuai dengan konteks kalimat. Kata ini seharusnya mendapatkan tambahan sufiks +an untuk membentuk nomina

pernikahan yang berarti upacara nikah.

a.7 konfiks me-kan

Data penelitian mengindikasikan adanya eror penggunaan konfiks me-kan yang berupa penghilangan konfiks me-kan pada kata yang seharusnya mendapatkan tambahan serta penggunaan konfiks me-kan yang tidak sesuai dengan keseluruhan konteks kalimat. Bentuk ini muncul pada konstruksi kalimat pemelajar dengan kata-kata yang dipakai pemelajar, yaitu selesai, tambah,

bingung, menampilan, membuatkan, menikmatikan, dan mengunjukkan.

menikmatikan.

Eror dalam penghilangan konfiks me-kan muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar sebagai berikut:

(34) “Sesudah selesai pekerjaan rumah aku bersantai ….” JH.11.74

(35) “Ya Star Wars kadang-kadang bingung karena ada film yang …” DP.12.62

Penggunaan bentuk kata bentuk dasar selesai pada kalimat (34) dan bingung pada kalimat (35) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Kata ini memerlukan afiks

me-kan untuk menyatame-kan makna kausatif atau menyebabme-kan terjadinya sesuatu

proses (Keraf, 1980). Pembentukan kata yang tepat pada kalimat (34) adalah

me+selesai+kan menjadi menyelesaikan yang berarti menyebabkan suatu proses

menjadi selesai. Pembentukan kata yang tepat pada kalimat (35) adalah

mem+bingung+kan menjadi membingungkan yang berarti menyebabkan

kebingungan.

Selanjutnya, bentuk penggunaan konfiks me-kan yang tidak sesuai dengan keseluruhan konteks kalimat juga muncul pada konstruksi kalimat pemelajar berikut:

(36) “Daging Kelinci tidak terkenal, orang australi membuat untuk 'gourmet' atau menikmatikan.” DP.12.57

(37) “Apa yang kamu melakukan hari ini?” DP.11.46

Penggunaan konfiks me-kan pada kata menikmatikan dalam kalimat (36) serta kata melakukan pada kalimat (37) tidak sesuai dengan konteks kalimat. Selain itu, bentuk kata menikmatikan juga tidak berterima dan tidak dipakai oleh penutur asli Indonesia. Dalam kalimat (36), sufiks -kan seharusnya dihilangkan dan diubah dengan kata ganti -nya. Pembentukan kata ini adalah menikmati+nya menjadi

menikmatinya. Kata ganti -nya merujuk pada daging kelinci. Sementara itu,

kalimat tanya (37) diawali dengan awalan apa yang yang menyatakan fokus pertanyaan pada objek. Kalimat ini memerlukan verba pasif yang dapat dibentuk dengan menggunaan bentuk kata dasar lakukan.

a.8 konfiks pe-an

Eror penggunaan konfiks per-an hanya muncul pada kata perbedaan dan

perayaan dalam konstruksi kalimat pemelajar. Konstruksi kalimat tersebut adalah:

(38) “Cuaca Perth juga perbedaan dari Jakarta.” KB.03.20

Penggunaan konfiks per-an dalam kata perbedaan tidak tepat dipakai dalam kalimat ini karena tidak sesuai dengan konteks kalimat. Penggunaan per-an pada kata perbedaan membentuk suatu nomina yang berarti hal yang berbeda. Dalam kalimat ini, penambahan prefix ber- diperlukan untuk membentuk verba yang menyatakan memiliki perbedaan Pembentukan kata yang tepat adalah ber + beda menjadi berbeda.

a.10 Konfiks ke-an

Eror penggunaan konfiks ke-an hanya muncul satu kali dari keseluruhan konstruksi kalimat pemelajar. Konstruksi kalimat tersebut adalah:

(39) “Itu sangat menarik dan kesenangan.” KB.04.30

Dalam kalimat ini, terdapat urutan tidak pararel menarik dan kesenangan.

Menarik merupakan suatu verba sedangkan kesenangan merupakan suatu nomina.

Untuk membuat urutan pararel, nomina kesenangan seharusnya diubah dalam bentuk verba dengan menambahkan konfiks me-kan. Pembentukan ini adalah

me+senang+kan menjadi menyenangkan.

a.11 Konfiks me-i

Eror penggunaan konfiks me-i muncul dalam konstruksi kalimat pemelajar berikut ini:

(40) “… saya akan mengendarai ke Perth untuk pernikah teman saya.” JH.11.21

(41) “Bagaimana mengunjungi di Boyolali?” DP.12.70

Penggunaan konfiks me-i pada kata mengendarai dalam kalimat (40) dan

mengunjungi dalam kalimat (41) tidak sesuai dengan konteks kalimat.

Penggunaan afiks me-i pada kata mengendarai seharusnya diikuti dengan objek, misalnya motor, mobil. Bentuk kata yang tepat dalam kalimat ini adalah dengan

Dokumen terkait