• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1.5 Kata Dalam Sistem Bahasa Indonesia

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa bahasa antara merupakan suatu sistem bahasa yang diproduksi oleh pemelajar dalam upayanya untuk menguasai bahasa target. Untuk mengidentifikasi bahasa antara yang diproduksi oleh pemelajar, tinjauan terkait kaidah bahasa Indonesia yang berterima menjadi penting untuk dipaparkan dalam penelitian ini. Hal ini akan membantu peneliti dalam menganalisis ketepatan bahasa yang diproduksi oleh pemelajar. Ellis dan Barkhuizen (2005) mengungkapkan bahwa ketepatan bahasa merujuk pada tingkat kebenaran bahasa yang diproduksi dalam kaitannya dengan kaidah atau sistem yang berlaku dalam bahasa target.

Dalam penelitian ini, penggunaan kata dalam konstruksi kalimat pemelajar menjadi fokus utama. Chaer (2015) mengungkapkan bahwa kata memiliki dua status, sebagai satuan terbesar dalam tataran morfologi dan sebagai satuan terkecil dalam tataran sintaksis. Pengetahuan mengenai kata merupakan hal yang penting untuk dipelajari oleh pembelajar bahasa kedua. Sebuah kata mengungkapkan makna khusus dalam suatu tuturan atau produksi bahasa. Pemilihan kata yang tidak tepat akan menimbulkan kesalahpahaman dari apa yang ingin disampaikan (Siagian, 2020).

Pengetahuan mengenai kata juga berkaitan erat dengan morfologi. Morfologi merujuk pada pembentukan kata. Hal ini memuat pengetahuan terkait kata bentuk dasar dan juga tentang bagaimana membentuk suatu kata dengan afiksasi, reduplikasi, abreviasi maupun penggabungan kata. Penelitian dalam ranah BIPA terkait pembentukan kata kata yang pernah dilakukan antaralain

adalah mengenai pembentukan kata dengan afiksasi. Ratnawati (2012) secara khusus melakukan analissis kesalahan afiksasi pemelajar BIPA di univeritas flinders Australia. Hasil penelitian ini memaparkan bentuk-bentuk eror yang berupa penghilangan afiks, penambahan afiks, penyalahgunaan kata dasar dan kesalahan pemilihan afiks.

Pemelajar BIPA perlu memahami pengetahuan dasar mengenai jenis kata dalam bahasa Indonesia. Chaer (2015) membedakan kelas kata menjadi dua, yakni kelas terbuka dan kelas tertutup. Kelas terbuka merupakan kata-kata dengan kategori nomina, verba, dan ajektifa yang berperan sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis. Kelas tertutup merupakan kata-kata yang termasuk dalam kategori adverbial, preposisi, konjungsi, interogatifa, pronominal persona, pronominal demonstratifa, numeralia, interjektifa, kata sandang, dan juga partikel penegas. Kategori kata kelas tertutup merupakan pendamping dari kelas-kelas terbuka.sehingga penggunaannya harus memperhatikan posisi atau letak dalam suatu frasa atau klausa.

Jenis kata yang masuk dalam rumusan standard kelulusan pemelajar BIPA tingkat pemula menjadi fokus dalam penelitian ini. Oleh karena itu, perbedaan kaidah yang berlaku dalam penggunaan jenis kata tertentu antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris juga perlu diuraikan. Perbedaan yang dapat ditemukan adalah mengenai penggunaan kata ganti, kata bilangan bertingkat, kata negasi, kata penggolong, kata ulang, dan juga kata imbuhan atau afiksasi.

Kata ganti orang yang masuk sebagai kata yang harus dikuasai oleh pemelajar tingkat pemula adalah kata ganti orang I, II, III (saya, Anda, aku, kamu,

ia/dia, nama, kalian, mereka, kami, kita) dengan tepat. Dalam bahasa Inggris, kata saya dan aku digantikan dengan kata I, kamu dan Anda digantikan dengan kata

you. Tidak ada pengaruh dari mitra tutur atau konteks situasi dalam penggunaan

kata ganti bahasa Inggris. Dengan demikian, penggunaan kata ganti orang dalam bahasa Inggris memiliki kaidah yang lebih sederhana apabila dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Selanjutnya, dalam bahasa Inggris semua kata ganti milik memiliki bentuk berbeda dari kata ganti orang. Sementara itu, dalam bahasa Indonesia, tidak semua kata ganti orang memiliki bentuk kata ganti, misalnya kata saya, Anda, kalian, mereka, kami, dan kita. Selain itu, bentuk kata ganti milik -ku,

-mu, dan -nya melekat dalam suatu nomina.

Kata bilangan tingkat dalam bahasa Indonesia lebih sederhana jika dibandingkan dengan bahasa Inggris. Pembentukan kata bilangan dalam bahasa Indonesia mengikuti pola pembentukan ke+bilangan, berbeda dari bahasa Inggris yang memiliki perbedaan bentuk kata yang memiliki pola lebih kompleks, yakni

1st, 2nd, 3rd, 4th dan seterusnya. Dengan demikian, apabila pelajar BIPA telah

menguasai kata bilangan dalam bahasa Indonesia, jenis kata bilangan tingkat juga dapat dikuasai dengan lebih mudah.

Pembentukan konstruksi kalimat negatif dalam bahasa Indonesia lebih sederhana, yakni dengan menambahkan kata negasi, seperti kata tidak atau bukan. Kata tidak dapat dipakai untuk menyangkal verba atau ajektifa sedangkan kata

bukan dipakai untuk menyangkal nomina, verba, frase, atau preposisi (Chaer,

2015). Di sisi lain, konstuksi kalimat negatif dalam bahasa Inggris lebih kompleks karena mengikuti kaidah tertentu berdasarkan verba yang dipakai. Oleh karena itu,

penutur asli Indonesia cenderung akan melakukan kesalahan dalam konstruksi kalimat negasi pada awal pembelajaran bahasa Inggris (Ikhsan, 2021).

Selanjutnya, bentuk kata penggolong yang dimaksud dalam standard kelulusan pemelajar BIPA tngkat pemula adalah kata seorang, seekor, dan sebuah. Kata-kata ini secara berurutan berfungsi untuk mengelompokkan manusia, binatang dan benda. Dalam bahasa Inggris, kata ini dapat digantikan dengan kata

a/an tergantung pada bunyi vokal atau konsonan suatu nomina yang mengikuti.

Perbedaan kaidah ini berpeluang menjadi suatu kesulitan bagi pemelajar BIPA tingkat awal.

Kata reduplikasi yang masuk dalam rumusan standard kelulusan pemelajar BIPA tingkat pemula adalah kata reduplikasi utuh. Proses pembentukan kata ulang utuh berlaku dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kata ulang utuh dalam bahasa Inggris misalnya kata bye-bye, suatu eksklamasi yang berarti selamat tinggal atau goodbye. Sementara dalam bahasa Indonesia, kata ulang utuh dapat memiliki beberapa fungsi, salah satunya adalah membentuk nomina jamak, seperti pada kata orang-orang.

Selanjutnya, preposisi yang masuk dalam rumusan standard kelulusan pemelajar BIPA tingkat pemula adalah di, ke, dari, pada, kepada. Kata di dan pada yang dipakai untuk menyatakan suatu tempat secara spesifik dapat digantikan dengan kata in, on, dan at dalam bahasa Inggris (Oktavianti, 2015). Preposisi in, on, dan at sama-sama menyatakan suatu tempat, tetapi menyatakan suatu konsep ruang atau posisi yang berbeda. Hal ini berbeda dengan bahasa Indonesia, dimana untuk menyatakan suatu posisi yang tepat, kata di dapat diikuti

dengan kata yang menyatakan posisi, seperti kata di dalam dan di atas. Selanjutnya, kata dari dapat digantikan dengan kata from dalam bahasa Inggris, sedangkan kata ke dan kepada dapat digantikan dengan kata to.

Kata imbuhan atau afiksasi muncul dalam kaidah pembentukan kata baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Afiksasi merupakan suatu kaidah bahasa yang cukup kompleks karena bentuknya yang beragam. Adanya suatu afiks akan membentuk kata dengan makna yang berbeda dari makna kata dasar. Dalam standard kelulusan BIPA tingkat pemula, bentuk afiksasi yang seharusnya dikuasai oleh pemelajar adalah prefiks me- (melakukan aktivitas, menggunaakan alat, mengeluarkan suara, menuju ke), prefiks ber- (melakukan aktivitas, punya, pakai, mengeluarkan, mengandung, dalam keadaan, dalam kelompok, dan banyak/beberapa), prefiks pe- (pelaku/alat, profesi, dan mempunyai karakter), dan juga suffiks -an dengan makna hasil/sesuatu yang di-. Beberapa bentuk afiksasi untuk membentuk makna seperti yang telah disebutkan dapat ditemukan padanannya dalam bahasa Inggris. Bentuk prefiks untuk menyatakan kuantitas ada dalam prefiks bahasa Indonesia ber- dan juga prefiks bahasa Inggris seperti uni-,

bi-, multi-, micro-, macro- (Mena dan Saputri, 2018). Selanjutnya, bentuk prefiks

pe- dalam bahasa Indonesia dengan makna pelaku atau alat bisa digantikan

dengan sufiks -er seperti pada kata player, dancer. Mena dan Saputri (2018) menyebut bahwa dengan mengetahui aturan penggunaan afiks merupakan kunci untuk memahami arti dari kata imbuhan dalam mempelajari bahasa Indonesia.

40 2.2 Kerangka Berpikir

Dokumen terkait