• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.8 Interpretasi Data

4.8.4 Faktor Penyebab Polarisasi Sosial Ekonomi

Masyarakat desa Tarutung Panjang terbagi menjadi dua kelompok dalam menanggapi masalah kehadiran PT. Sorikmas Mining yaitu masyarakat tolak dan pro tambang. Masyarakat Tolak Tambang melakukan penolakan dengan alasan kerusakan lingkungan dan masalah sosial yang disebabkan oleh kehadiran perusahaan. Di sisi lain, masyarakat pro tambang mengharapkan kemajuan desa mereka dengan masuknya perusahaan di desa mereka.

Namun berdasarkan dari data yang diperoleh di lapangan adanya masyarakat yang pro dan tolak tambang tidaklah semata-mata disebabkan adanya perbedaan persepsi antara masyarakat tolak tambang dan pro tambang. Ada beberapa unsur utama yang menyebabkan terjadinya polarisasi sosial ekonomi masyarakat desa Tarutung Panjang yaitu :

a. Peluang Sosial

Dari hasil wawancara yang dilakuakan terhadap masyarakat desa Tarutung Panjang, diketahui bahwa kehadiran PT. Sorikmas Mining di desa Tarutung Panjang secara ekonomi merupakan peluang yang baik untuk meningkatkan penghasilan. Masyarakat desa menyadari bahwa lahan di sekitar mereka memiliki potensi berupa kandungan emas yang baik dengan nilai ekonomis tinggi. Hal ini tentu saja membuat masyarakat ingin ikut melakukan pertambangan, oleh sebab itu masyarakat banyak yang

melakukan pertambangan masyarakat secara sederhana walaupun hal demikian berakibat buruk terhadap lingkungan. Kesadaran masyarakat akan besarnya potensi yang dimiliki, membuat masyarakat tidak rela jika potensi tersebut hanya dikelola oleh pihak perusahaan. Berikut penuturan salah satu informan yang merupakan masyarakat tolak tambang.

Pernah waktu bulan-bulan januari kemaren, ada kawan mengajak saya manggacong ke lubang orang didolok. Ya saya ngikut aja, waktu itu kami hanya berhasil mengumpulkan sekitar satu setengah karung kecil batunya. Sudah di galundung hasilnya lumayan kami ada dapat hampir setengah kilo emas hasilnya di bagi-bagi ya lumayan lah.” (Informan OH)

Hal senada juga disampaikan masyarakat desa Tarutung Panjang berikut ini.

Sedangkan dari lubang tambang tetangga saya aja tembus lima ratus juta, padahal gak pun luas kali lahannya itu kemaren. Apa lagilah lahannya Sorikmas yang seluas itu. Gak tau lagilah berapa banyak keuntungan Sorikmas ini.” (Informan RS)

Begitu juga penuturan masyarakat berikut ini.

Biar adil ku rasa lebih bagus kalo Sorikmas itu gak usah lagilah beroperasi di dolok. Lagian sudah berapa tahunnya Sorikmas itu beroperasi di sana gak ada pun untungnya buat kami. Paling-paling kami dapat upah lima puluh ribu kalo ikut kerja di pembibitan. Berapalah itu dibandingkan keuntungan yang mereka dapat.” (Informan PP)

Sementara sebagian masyarakat merasa sudah cukup jika mendapat peluang dan keuntungan sebagai tenaga harian dipembibitan PT. Sorikmas Mining. Selain itu mereka juga memperoleh dana dari perusahaan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan seperti marbida. Tidak dapat dipungkiri hal demikian menimbulkan rasa iri terhadap kelompok masyarakat yang lain.

Kehadiran PT. Sorikmas Mining membuka sumber mata pencaharian yang baru bagi masyarakat desa Tarutung Panjang. Masyarakat desa yang sebelumnya hanya mengusahakan lahan pertanian saat ini mulai bisa menambah pemasukan dengan berjualan kebutuhan sehari-hari para pendatang yang bertujuan untuk melakukan pertambangan, sebagian masyarakat yang memiliki lahan kebun disekitar lokasi pertambangan, atau membuka tambang masyarakat. Namun tidak semua anggota masyarakat mendapat akses yang sama dengan peluang tersebut yang menimbulkan kesenjangan antar masyarakat desa Tarutung Panjang. Demikian penuturan masyarakat desa Tarutung Panjang.

Tetanggaku semenjak mendapat inti dari dolok, sekarang sudah sombong kali dia. Biasanya dulu mandi ke pancur, sekarang dia bayar orang buat angkat kan air ke rumahnya. Padahal di rumahnyapun gak adanya kamar mandi. Penampilannya pun berlebihan ke pajak aja pun pake emas” (Informan RS)

Dalam teori cultural lag yang artinya kesenjangan kebudayaan, yang mana pada masyarakat desa Tarutung Panjang adanya perbedaan antara tingkat kemajuan ekonomi dalam kebudayaan dari suatu masyarakat. Masyarakat desa Tarutung Panjang dengan kemajuan ekonomi yang tidak di dukung oleh kemajuan kebudayaan, menjadi salah satu penyebab terjadinya cultural lag.

b. Diskriminasi Sosial

Sebagai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar lokasi pertambangan yaitu desa Tarutung Panjang khususnya. Perusahaan tambang PT. Sorikmas Mining melakukan beberapa program Corporate Social Responsibility (CSR) berupa perekrutan karyawan yang merupakan penduduk setempat, melakukan kegiatan pembibitan, dan beberapa kegiatan yang lainnya.

Program CSR yang dilangsungkan oleh PT. Sorikmas Mining ini selain bertujuan untuk memberdayakan potensi yang dimiliki masyarakat lokal terutama sekitar daerah lingkar tambang juga bermanfaat untuk membangun hubungan yang baik antara masyarakat dan perusahaan. Hingga saat ini PT. Sorikmas Mining masih belum memperoleh izin dari masyarakat sekitar. Berikut wawancara dengan informan yang merupakan pihak perusahaan.

“Kami sebagai pihak perusahaan hingga saat ini masih belum mendapat restu dari masyarakat sekitar lokasi tambang terutama penduduk Kecamatan Naga Juang. Ya kami sudah beberapa kali melakukan negosiasi dengan masyarakat namun hingga saat ini masih belum mendapatkan respon positif. (Informan Nurul)

Sementara berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, diketahui bahwa melalui program CSR yang dilaksanakan oleh pihak perusahaan, PT. Sorikmas Mining belum mengena ke seluruh anggota masyarakat desa Tarutung Panjang. Hal demikian

menunjukkan kegagalan perusahaan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat.

Misalnya saja program CSR seperti pembibitan yang dilakukan PT. Sorikmas Mining pada pelaksanaannya dilapangan hanya diikuti oleh masyarakat yang pro tambang saja. Masyarakat yang tolak tambang tidak pernah ikut merasakan manfaat dari kehadiran perusahaan di daerah mereka. Hal ini memberikan kesan bahwa perusahaan tidak adil dalam melakukan program CSR. Berikut penuturan salah satu informan pro tambang.

“Saya ikut kerja di pembibitan Sorikmas, sudah adalah 2 tahun terakhir kami yang bekerja di pembibitan semuanya adalah masyarakat pro tambang. Masyarakat tolak tambang tidak ada yang ikut kerja di sana.” (Informan BS)

Pihak PT. Sorikmas Mining sebaiknya lebih lagi memperhatikan program CSR yang sedang mereka jalankan. Perusahaan tentunya mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk program CSR maka akan lebih baik jika tujuan dari program tersebut dapat tercapai.

c. Pemahaman Masyarakat Akan Pertambangan

Polarisasi yang terjadi pada masyarakat desa Tarutung Panjang diperburuk oleh informasi yang tidak memadai tentang pertambangan. Diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang pertambangan, baik kepada masyarakat yang setuju maupun yang menyatakan penolakan terhadap kegiatan pertambangan. Tolak tambang hanya melihat dan memusatkan perhatian ke arah sisi negatif pertambangan tetapi hanya

berdasarkan perkiraan dan kenyataan buruk dampak pertambangan yang diketahui bukan sisi positifnya.

Dokumen terkait