• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang bisa penulis berikan kepada masyarakat desa Tarutung Panjang, pihak perusahaan tambang PT. Sorikmas Mining, dan birokrasi pemerintahan adalah:

1.Akan lebih baik jika masyarakat ikut berperan serta menyesuaikan diri dengan cara benar-benar memahami terlebih dahulu tentang pertambangan baik masyarakat tolak tambang ataupun masyarakat pro tambang. Masyarakat tolak tambang sebaiknya jangan hanya melihat sisi negatif dari pertambangan berdasarkan perkiraan dan kenyataan buruk dari dampak pertambangan tanpa mau melihat sisi positifnya demikian juga sebaliknya. hal ini diharapkan dapat mencegah terjadinya kesenjangan kebudayaan.

2.Mengingat masyarakat desa yang hampir seluruhnya adalah suku Batak yang terkenal dengan kekerabatan yang baik bahkan kekerabatan yang mereka miliki dapat dijadikan modal sosial untuk memajukan desa Tarutung Panjang. Agar masyarakat desa Tarutung Panjang bisa meredam ketegangan antara tolak tambang dan pro tambang

3.Ada baiknya bagi masyarakat desa Tarutung Panjang yang mendapat banyak keuntungan dari pengaruh kehadiran pertambangan tidak berpenampilan

terlalu mencolok karena dapat memicu rasa iri bagi masyarakat desa yang lain yang belum tentu medapat kesempatan yang sama.

4.Pihak perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat desa agar masyarakat bisa menerima kehadiran perusahaan. Hal ini tentunya akan memudahkan perusahaan dalam melakukan kegiatan eksplorasi di lokasi pertambangan.

5.Untuk mengatasi masalah diskriminasi pengelolaan CSR oleh perusahaan terhadap masyarakat, terutama masyarakat tolak tambang yang enggan bekerjasama dalam program CSR ada baiknya meminta saran dari konsultan sosiolog yang lebih paham tentang masalah sosial.

6.Pihak perusahaan hendaknya dalam melakukan kegiatan pertambangan harus benar-benar memperhatikan kelestarian lingkungan dan berusaha sedemikian rupa untuk meminimalisir kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan. Mengingat bahwa masyarakat sekitar lokasi pertambangan merupakan masyarakat agraris yang sangat bergantung kepada alam. Masyarakatlah yang paling banyak mengalami kerugian akibat kerusakan alam yang timbulkan oleh perusahaan tambang. 7.Dalam perekrutan karyawan perusahaan hendaknya lebih memperhatikan dan

mengutamakan tenaga kerja lokal. Hal ini tentu akan menguntungan kedua belah pihak. Perusahaan tidak perlu keluar biaya yang lebih besar untuk

mendatangkan tenaga kerja dari luar. Menghemat biaya transportasi dan biaya untuk pembuatan camp-camp pekerja yang berasal dari luar.

8. Pihak perusahaan hendaknya melaksanakan kewajiban kepada pemerintah dengan baik misalnya membayar pajak dengan jujur.

9. Kepada pemerintah hendaknya tidak hanya berpihak kepada perusahaan dan pengusaha saja dalam membentuk kebijaksanaan di negeri ini terutama bidang usaha pertambangan, dan lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Misalnya sebelum memberikan izin kepada pihak perusahaan pemerintah terlebih dahulu mensosialisasikan kepada masyarakat.

10. Sebaiknya pemerintah tegas dalam mengelola pertambangan masyarakat agar terjadi pemerataan di antara masyarakat. Hal ini akan sangat membantu meminimalisir kesenjangan ekonomi masyarakat desa Tarutung Panjang. 11. Pemerintah dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk mengawasi

berlangsungnya kegiatan perusahaan. Hal ini akan meminimalisir terjadinya dampak negatif dari keberadaan perusahaan tambang. Misalnya dalam pengelolaan dan pembuangan limbah perusahaan.

GLOSARIUM

1. Anak boru : Bahasa Batak sebutan untuk anak perempuan.

2. Dalihan Na Tolu : Merupakan sistem nilai orang Batak yang merupakan pedoman orientasi setiap orang batak.

3. Dolok : Sebutan untuk bukit yang merupakan lokasi pertambangan.

4. Dongan Sahuta : Dalam bahasa Indonesia artinya teman satu kampung. 5. Galundung : Alat yang digunakan oleh penambang masyarakat

untuk memisahkan partikel emas dari batu.

6. Horja : Bahasa Batak untuk menyebutkan hajatan.

7. Hula-hula : Sebutan untuk keluarga pihak istri atau mempelai wanita.

8. Ito : Sebutan untuk saudara laki-laki kepada

saudara perempuan dan sebaliknya.

9. Inti : Istilah yang biasa digunakan para penambang untuk batu dengan kandungan emas yang tinggi.

10. Kontrak karya : Perjanjian Kontrak Karya adalah perjanjian pengusahaan pertambangan antara Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan swasta asing, patungan perusahaan asing dengan Indonesia dan perusahaan swasta nasional untuk melaksanakan usaha pertambangan di luar minyak gas dan bumi.

11. Mangaleles : Istilah yang digunakan oleh penambang jika ingin meminta batu dari lubang emas.

12. Manggacong : Istilah yang digunakan oleh penambang buat orang yang mengambil batu emas dari lubang orang lain secara diam-diam.

13. Mangomo : Istilah dalam bahas Batak yang artinya bekerja ke ladang orang lain untuk mendapat upah.

14. Marbida : Kegiatan menyembelih kerbau dan dibagi-bagikan keseluruh penduduk desa biasanya dilakukan di akhir tahun.

15. Marhobas : Bahasa Batak yang artinya gotong-royong.

16. Marsidapari : Berupa kegiatan gotong royog mengerjakan lahan pertanian secara bergilir.

17. Naposo Bulung : Bahasa Batak yang artinya pemuda-pemudi. 18. Partamiangan : Kegiatan agama Kristen berupa kebaktian. 19. Poken : Sebutan masyarakat untuk pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Alvin Y.So,Swarsono. 1994. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Cet 2.Jakarta Pusta LP3ES Indonesia

Amaluddin, M. 1987. Kemiskinan dan Polarisasi Sosial (Studi Kasus di Desa Bulugede Kabupaten Kendal Jawa Tengah). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Seri Tesis.

Arikunto,S., 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta

Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Bungin, Burhan. 2001. Metode penelitian kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2009 Tentang Cadangan Emas. 2009. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Hadi, Sudharto P. 2001. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Helfina, Metha, Nasution. 2010. Pengaruh Kehadiran Perusahaan Tambang PT.Agincourt Resources (PT.AR) Terhadap Kehidupan Ekonomi Masyarakat Kel. Aek Pining Kec.Batang Toru. Skripsi (S1) Tidak Diterbitkan. Medan: Program Studi Sosiologi Universitas Sumatera Utara.

Manan,B dan A. Saleng. 2004. Hukum Pertambangan. UII Press. Yogyakarta.

Mandailing Pos, 7 Juli, 2012. Tersangka Kerusuhan Mandailing Natal Bertambah(online),hlm.4.

Noor, D. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rianto, Yatim. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya.

Salam, Abdul. 2004. Dampak Industri Pertambangan Terhadap Masyarakat Sekitar. (S1) Tidak Diterbitkan. Jakarta: Program Studi Antropologi Universitas Indonesia.

Salim. 2004. Hukum Pertambangan Di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Salim, Emil. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : PT Midas

Surya Grafindo.

Silton, Ali. 2011. Dampak Aktifitas Pertambangan Bahan Galian Golongan C Terhadap Kondisi Kehidupan Masyarakat Desa. Skripsi (S1) Tidak Diterbitkan. Bogor: Program Studi Ekologi Lingkungan Institut Teknologi Bogor.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. 1983. Teori Sosiologi Perubahan Sosial. Surabaya: Ghalia. Indonesia.

Sztompka, Piotr. 1993. Sosiologi Perubahan Sosial. Terjemahan Oleh Alimandan. 2004. Jakarta: Prenada Media.

Website:

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/, diakse 24 september pukul 22.55 wib repositori.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../2/chapter%20III-V.pdf, diakses tanggal

10 November 2012, pukul 01.00 WIB

pukul 01.39 WIB

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan

Dokumen terkait