• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARET PERKEBUANAN RAKYAT 84 6.1 Tabulasi Faktor

3.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Karet Rakyat

3.2.2. Faktor Teknis

Selain kelompok faktor sosial ekonomi petani, kelompok faktor berupa faktor teknis diduga juga memengaruhi kualitas karet alam yang diproduksi petani karet. Faktor teknis yang dimaksud terdiri dari faktor usahatani termasuk alat dan bahan yang digunakan, dan upaya-upaya atau inovasi yang dilakukan oleh petani untuk meningkatkan kualitas karet alam yang diproduksinya.

3.2.2.1. Karakteristik Usahatani

Faktor pertama yang termasuk kelompok faktor teknis adalah karakteristik usahatani. Diantara karakteristik ushatani yang memengaruhi kualitas karet alam adalah luas lahan perkebuann karet, dosis dan frekuensi pemupukan, frekuensi penyadapan, aktivitas terhadap produk sebelum penjualan dan peralatan yang digunakan dalam usahatani karet. Pada penelitian ini, faktor penerimaan dan biaya usahtani dimasukkan ke dalam kelompok faktor sosial ekonomi petani. Hal itu karena penerimaan dan biaya usahatani merupakan bagian dari ekonomi keluarga petani. Karakteristik usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakteristik usahatani yang terkait dengan teknis penyelenggaraan usahatani di areal pertanian.

1) Luas lahan

Rogers (1983) menyatakan bahwa petani yang memiliki unit pertanian lebih luas akan lebih cepat dari pada petani yang memiliki lahan lebih sempit. Hal ini memberikan implikasi bahwa petani karet memiliki lahan lebih luas akan cepat mengadopsi inovasi yang berkaitan dengan peningkatan kualitas karet daripada petani berlahan sempit. Sehingga kualitas karet yang dihasilkan petani berlahan luas akan lebih cepat membaik daripada petani berlahan sempit. Namun dari sisi produksi karet, penelitian yang dilakukan Herath dan Takeya (2003) mendapatkan kesimpulan bahwa dampak lahan karet baik luas tanaman

20 menghasilkan, belum menghasilkan maupun kemiringannya tidak signifikan di dalam model. Karena itu, berkaitan dengan kualitas karet perlu dikaji hubungan antara luas lahan dan kualitas karet.

2) Pemupukan

Bagi tanaman perkebunan lainnya, pemupukan berkorelasi positif terhadap kualitas hasil. Leonale dan Philippe (2007) telah melakukan studi mengenai hubungan antara pemupukan dan kualitas kopi arabika. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa penggunaan pupuk memiliki dampak yang positif terhadap ukuran dan berat biji yang merupakan aspek penilaian kualitas biji kopi.penggunaan pupuk juga dapat mengurangi kecacatan pada biji. Selain berpengaruh pada ukuran dan berat biji, pemupukan juga berpengaruh terhadap aroma dan rasa kopi.

Diduga pemupukan juga berpengaruh terhadap kualitas karet alam. Karet dengan pemupukan pada waktu dan jumlah yang tepat akan memberikan hasil yang berkualitas. Sedangkan karet yang tidak dipupuk atau dipupuk dengan jumlah dan waktu yang tidak tepat akan menurunkan kualitas karet alam yang diproduksi petani. Dalam penelitian ini, dikaji hubungan antra frekuensi pemupukan dan kualitas karet yang dihasilkan.

3) Aktivitas sebelum penjualan (pemberian zat anti koagulan, penyimpanan untuk lump)

Aktivitas sebelum penjualan diduga akan memengaruhi kualitas lateks ataupun lump. Aktivitas yang memengaruhi kualitas lateks adalah pemberian anti koagulan seperti amonia (NH

3) atau natrium sulfit (Na2SO3). Penggunaan zat anti kuagulan ini akan mencegah terjadinya prakoagulasi (bekunya lateks sebelum pemberian koagulan). Sedangkan aktivitas yang memengaruhi kualitas lump adalah perendaman dalam air atau lumpur. Perendaman dalam air, penggunaan formalin sebagai pengawet lateks kebun, dan umur bahan olah yang terlalu lama dapat menyebabkan penurunan nilai Po (plastisitas sebelum dipanaskan). Perendaman dalam lumpur menyebabkan karet kotor dan berpasir. Aktivitas yang tepat sebelum penjualan akan membuat kualitas bokar menjadi lebih baik, dan sebaliknya. Aktivitas yang tidak tepat sebelum penjualan akan mengakibatkan hasil yang lebik buruk.

21 4) Peralatan dan bahan yang digunakan dalam usahatani karet

Direktorat Penanganan Pasca Panen (2007) menyatakan bahwa Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil bokar yang baik. Penurunan mutu biasanya terjadi disebabkan oleh proses prakoagulasi. Untuk mencegah terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) Alat-alat penyadapan dan pengangkutan harus senantiasa bersih dan tahan karat; (b) Lateks harus segera diangkut ke tempat pengolahan tanpa banyak goncangan; (c) Lateks tidak boleh terkena sinar matahari langsung; dan (d) Dapat menggunakan anti koagulan seperti amonia (NH

3) atau natrium sulfit (Na2SO3). Peralatan yang memengaruhi kualitras karet alam adalah alat-alat perlengkapan sadap dan pengolahan di tingkat petani. Perlengkapan sadap meliputi pisau sadap, talang (spout) lateks, mangkuk, cincin mangkuk dan tali cincin, zat anti koagulan dan ember penampung lateks. Sedangkan peralatan pengolahan di miliki oleh petani yang mengolah lateksnya menjadi lump baik dalam mangkuk ataupun kotak. Alat dan bahan tambahan yang digunakan adalah koagulan (pembeku), bak pembekuan dan tempat penyimpanan lump.

Pisau sadap, talang (spout) lateks, mangkuk, cincin mangkuk, tali cincin, ember penampung lateks, bak pembeku dan tempat penyimpan lump berpengaruh pada kualitas karet terutama terkait dengan kemurnian lateks (getah karet) atau koagulump yang diperoleh dari pohon karet. Kebersihan peralatan sadap akan menjamin tidak adanya kontaminan berupa daun, ranting tatal dan sisa lateks yang telah menggumpal dan berwarna hitam. Zat anti kogulan akan menentukan kualitas karet terutama berkaitan dengan kemurnian lateks dan menjamin agar lateks tidak menggumpal. Sedangkan koagulan berpengaruh pada kualitas lump berupa kekenyalan, kebersihan dan bau.

3.2.2.2. Upaya-Upaya Peningkatan Kualitas

Selain faktor-faktor yang berkaitan dengan sosial ekonomi dan faktor usahatani, kualitas karet juga berkaitan dengan upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh petani untuk meningkatkan mutu karetnya. Giroh et al. (2006) mencatat bahwa tingkat adopsi mengacu pada jumlah teknologi peningkat hasil yang umumnya digunakan oleh petani. Teknologi peningkat hasil yang umumnya digunakan oleh petani dijelaskan oleh Giroh et al. (2006) dalam bentuk upaya-

22 upaya meningkatkan kualitas karet. Upaya-upaya tersebut adalah (1) pembukaan perkebunan sebelum memulai menyadap yang meliputi pengukuran lingkar batang layak sadap, penggambaran, dan pembuatan bidang sadap untuk tanaman baru, dan pengambilan lateks sisa penyadapan yang lalu yang telah menggumpal (scrap) di bidang sadap kemudian memisahkannya dengan lateks, (2) membersihkan mangkuk pengumpul sebelum menyadap, (3) membersihkan kotak pembeku (koagulasi) sebelum menggunakan, (4) menyimpan bekuan di tempat yang tinggi dan telah disemen, (5) menggunakan penyadap terlatih, (6) menggunakan amonia sebagai anti koagulan. Sebagai tambahan adalah (7) penggunaan asam semut sebagai koagulan bagi petani yang bentuk produksinya berupa lump. Hal tersebut memberikan pengertian bahwa petani yang lebih banyak menggunakan dan melakukan upaya diatas memiliki kualitas karet yang lebih baik dibandingkan petani yang melakukan upaya yang lebih sedikit.