• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani 1 Usia

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.2. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani 1 Usia

Petani responden memiliki rata-rata usia 51,94 tahun secara keseluruhan baik di desa program pengembangan karet maupun non program pengembangan karet, dengan rentang nilai 28 hingga 76 tahun. Ini berarti petani responden rata-rata telah

mencapai tahap usia dewasa madya (middle age). Berdasarkan pendapat Hurlock

(2004) petani responden dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok berdasarkan kelompok usia dewasa yaitu usia dewasa awal atau dini (usia 18-40 tahun) sebesar 14,06 persen, usia dewasa madya (usia 40-60 tahun) 54,69 persen dan usia dewasa

lanjut (usia diatas 60 tahun) 31,25 persen6.

6 Untuk usia tepat 40 tahun dimasukan ke dalam usia dewasa madya berdasarkan pendapat Siegler et al. (2003) yang memasukan usia 40 tahun ke dalam dewasa madya ( middle age). Demikian pula usia 60 tahun dimasukan ke dalam dewasa lanjut (old age).

57 Petani responden di desa program pengembangan karet (Tirta Kencana) memiliki rata-rata usia 53,25 tahun dengan rentang usia 35 hingga 72 tahun. Komposisi usia petani responden di desa program terdiri dari dewasa awal 12,50

persen, dewasa madya 46,88 persen dan dewasa lanjut 40,62 persen. Sedangkan

petani responden di desa program pengembangan karet memiliki rata-rata usia 50,62 tahun dengan rentang usia 28 hingga 76 tahun dengan komposisi dewasa awal 15,62 persen, dewasa madya 62,50 persen dan dewasa lanjut 21,88 persen. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat dalam Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran Responden Penelitian di Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun 2009 Berdasarkan Usia No Kelompok Usia Desa program (orang) Desa Non- Program (orang) Total (orang)

1 Dewasa Awal (20-40 tahun) 4 5 9

2 Dewasa Madya (40-60 tahun) 15 20 35

3 Dewasa Lanjut (diatas 60 tahun) 13 7 20

Jumlah 32 32 64

Dilihat dari jumlah petani tua di masing-masing desa, maka upaya-upaya peningkatan kualitas akan lebih dominan di lakukan petani di desa non program pengembangan karet daripada di desa program pengembangan karet, karena jumlah petani tua di desa program lebih banyak dari pada jumlah petani tua di desa non program. Keadaan ini memberikan konsekuensi kualitas karet yang diproduksi petani di desa program pengembangangan karet akan lebih buruk dibandingkan dengan kualitas karet di desa non program pengembangan karet.

5.2.2. Pendidikan

Petani responden rata-rata mengikuti pendidikan formal selama 6,625 tahun dengan rentang nilai 0 hingga 16 tahun. Petani di desa program rata-rata mengikuti pendidikan formal selama 5,375 tahun dan petani non program 7,875 tahun. Sebaran petani berdasarkan pendidikan formalnya dapat dilihat pada Tabel 9.

58

Tabel 9. Sebaran Responden Penelitian di Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun 2009 Berdasarkan Pendidikan Formal

Data pada Tabel 15 menyatakan bahwa 95,31 persen dari keseluruhan petani

responden dapat membaca7. Hanya 4,69 persen yang tidak mengikuti pendidikan

formal. Lebih daripada itu, 21,88 persen petani pernah mengikuti pendidikan dasar meskipun tidak menamatkan pendidikan dasar, 43,75 persen telah menamatkan pendidikan dasar, dan sisanya menamatkan SMP, SMA dan sampai sarjana masing- masing 10,94 persen, 17,19 persen dan 1,56 persen (satu oorang). Berdasarkan rata- rata pendidikan secara keseluruhan (yakni 6,625 tahun), berarti sebnagian besar petani karet di Kecamatan Tulang Bawang Tengah telah menyelesaikan pendidikan dasar (SD) dan dapat membaca. Hal ini memberikan pengertian bahwa petani karet mampu untuk melakukan upaya peningkatan kualitas dan adopsi teknologi peningkatan kualitas karet dengan relatif mudah.

Perbandingan antara desa program pengembangan karet dan desa non program pengembangan karet menunjukkan bahwa keseluruhan (100 persen) petani desa non program pernah menjalani pendidikan dasar, sedangkan di desa program

7 Dengan Asumsi bahwa petani dapat membaca jika pernah mengikuti pendidikan formal, sehingga

yang tidak mengikuti pendidikan formal sama sekali tidak dapat membaca.

No Pendidikan Desa Program

(Orang) Desa Non- Program (Orang) Total (orang) 1 Tidak Sekolah 3 0 3

2 Tidak Lulus SD (< 6 tahun) 5 9 14

3 SD (6 tahun) 21 7 28

4 Tidak Lulus SMP 0 0 0

5 SMP (9 Tahun) 2 5 7

6 Tidak Lulus SMA 0 0 0

7 SMA atau sederajat 1 10 11

8 Sarjana 0 1 1

59 terdapat 9,38 persen petani yang tidak pernah mengikuti pendidikan formal. Rata-rata lamanya pendidikan yang diikuti oleh petani responden menunjukkan bahwa petani di desa non program menyelesaikan pendidikan dasar dengan rata-rata 7,875 tahun. Sedangkan petani responden desa program pengembangan karet memiliki rata-rata lamanya pendidikan lebih rendah dari itu, yakni sebesar 5,375 tahun yang berarti tidak menamatkan pendidikan dasar. Hal ini memberikan dampak bahwa petani di desa non-program pengembangan karet lebih banyak melakukan upaya-upaya peningkatan kualitas karet dan lebih mudah menerima teknologi peningkatan kualitas dibandingkan petani di desa program pengembangan karet meski keduanya tetap mampu melakukan dan menerima upaya-upaya peningkatan kualitas karet rakyat.

5.2.3. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga memberi gambaran mengenai ketersediaan tenaga

kerja dalam keluarga. Bagi petani kecil (smallholder farmer), ketersedian tenaga

kerja dalam keluarga menjadi pertimbangan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan atau tambahan kegiatan penyelenggaraan usahatani. Hal itu lebih pada pertimbangan tidak perlunya pengeluaran tunai untuk kegiatan pertanian.

Tabel 10. Sebaran Responden Penelitian di Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun 2009 Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota Keluarga (orang) Desa Program (Orang) Desa Non- Program (Orang) Total (orang) 1 Dua orang 5 1 6 2 Tiga orang 4 5 9 3 Empat orang 12 10 22 4 Lima orang 8 7 15 5 Enam orang 0 5 5 6 Tujuh orang 2 3 5 7 Delapan orang 1 1 2 Jumlah 32 32 64

60 Lebih dari separuh (57,81 persen) responden memiliki jumlah anggota keluarga 2-4 orang yang tinggal satu rumah dengan kepala keluarga dengan modus di jumlah anggota keluarga empat orang. Responden yang memiliki jumlah anggota keluarga 5-7 orang sebesar 39, 06 persen. Hanya 3,12 persen yang memiliki anggota keluarga lebih dari tujuh orang (Tabel 10). Jika membandingkan antara desa program dan non program, maka desa program memiliki jumlah petani dengan keluarga lebih dari empat orang lebih banyak (25 persen dari seluruh responden ) dibandingkan dengan desa non program (17,19 persen dari seluruh responden). Data ini memberikan peluang upaya peningkatan kualitas lebih banyak dilakukan di desa program dan penyerapan serta pelaksanaan teknologi baru akan lebih cepat di desa program. Namun hal ini tidak lantas memberikan pengertian bahwa kualitas karet di desa program lebih baik dari desa non program. Perlu dilakukan analisis faktor untuk mengetahui apakah jumlah anggota keluarga ini memberikan pengaruh pada kualitas karet.

5.2.4. Pendapatan (Income) Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga petani responden rata-rata sebesar Rp3.249.900,00 per bulan. Petani di desa program pengembangan karet memiliki pendapatan rumah tangga rata-rata sebesar Rp2.245.500,00 per bulan, sedangkan petani di desa non program memiliki pendapatan rata-rata Rp4.254.300,00 per bulan. Sebaran responden berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sebaran Responden Penelitian di Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun 2009 Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga

No Pendapatan (Rp per Bulan) Desa Program (Orang) Desa Non- Program (Orang) Total (orang) 1 di bawah 1.000.000 5 2 7

2 1 juta hingga 3 juta 14 10 24

3 3 juta hingga 5 juta 12 9 31

4 Lebih dari 5 juta 1 11 12

61 Data lapang diatas menunjukkan bahwa petani yang memiliki pendapatan relatif besar lebih banyak terdapat di desa non program pengembangan karet. Hal ini sangat memungkinkan bahwa petani di desa non program akan mampu melakukan upaya-upaya peningkatan kualitas terutama upaya yang memerlukan tambahan biaya. Penyebutan pendapatan rumah tangga bukan pendapatan usahatani karet saja

dikarenakan petani kecil (smallholder farmer) umumnya tidak membedakan antara

pendapatan usahatani karet dan non usahatani karet. Selain itu, pembiayaan usahatani karet tidak hanya dibiayai dengan pendapatan dari penjualan karet, namun terkadang dari sumber pendapatan lainnya.

5.2.5. Luas Lahan

Petani responden memiliki kebun karet yang telah berproduksi rata-rata sebesar 1,39 hektar, dengan rentang nilai 0,25 hektar hingga 6,25 hektar. Luas lahan diduga akan memengaruhi keinginan petani untuk meningkatkan pendapatan dengan peningkatan kualitas. Sebaran responden berdasarkan luas kebun yang dimiliki dan telah berproduksi terlihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Sebaran Responden Penelitian di Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun 2009 Berdasarkan Luas Kebun yang Dimiliki

No Luah Lahan (ha) Desa Program

(Orang) Desa Non- Program (Orang) Total (orang) 1 0,25 sampai 1,25 23 15 38 2 1,26 sampai 2,25 7 10 17 3 2,26 sampai 3,25 2 3 5 4 4,00 sampai 6,25 0 4 4 Jumlah 32 32 64

Pernbandingan antara desa program dan desa non program pengembangan karet menunjukkan bahwa luas kebun rata-rata yang di miliki petani desa non program lebih luas (1,75 ha) daripada petani di desa program (1,04 ha). Di kedua kelompok desa, mayoritas petani (59,38 persen) memiliki lahan produksi hanya 0,25

62 hingga 1,25 hektar. Sebaran petani berlahan relatif lebih luas terdapat di desa non program. Hal ini sangat memungkinkan bahwa kualitas di desa non progaram lebih baik dibandingkan desa program. Luasnya kebun produksi memberikan dampak terhadap pendapatan usahatani karet yang lebih besar dan akses terhadap upaya peningkatan kualitas lebih baik.

5.2.6. Pengalaman

Pengalaman petani karet didekati dengan menggunakan variabel lamanya mengusahakan tanaman karet, pernah tidaknya bekerja di perusahaan atau KUD perkebunan karet dan keikutsertaan petani sebagai transmigran program pengembangan karet. Petani responden secara keseluruhan memiliki pengalaman rata-rata selama 13,83 tahun dalam mengusahakan karet, dengan rentang nilai 6 tahun (karet pertamanya baru mulai menyadap) hingga 39 tahun. Jika berdasarkan desa, petani di desa program memiliki rata-rata pengalaman menanam karet lebih lama dari pada petani di desa non program. Secara berurutan, rata-rata lamanya menanam karet petani di desa program dan non program adalah 14,31 tahun dan 13,34 tahun. Sebaran responden berdasarkan pengalaman yang dimiliki dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Sebaran Responden Penelitian di Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun 2009 Berdasarkan Pengalaman yang Dimiliki

Pengalaman yang lebih banyak, baik lebih lama mengusahakan karet, pernah bekerja di perusahaan perkebunan karet atau KUD, maupun peserta transmigrasi

No Variabel Desa Program (orang) Desa Non Program (orang) Total (orang)