• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Faktor yang Melatarbelakangi Alih Kode dan Campur Kode dalam Cerbung Mulih Ndesa Karya Suryadi WS

1. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Alih Kode

(198) Damarjati : “Oh, Dhik Sekar. Aku ki ya kudu ngulinakne mandhiri Dhik. Nek sawanci-wanci ana paran, kudu bisa ngurus awake dhewe.”

„Oh, Dik Sekar. Saya ini ya harus terbiasa mandiri Dik. Kalau sewaktu-waktu ada di perantauan, harus bisa mengurus diri-sendiri.‟

Sekarwangi : “Leres. Ning iki ora ana paran. Iki ana ndalem, babu loro siyap kabeh. Gunane apa mbayar babu.”

„Benar. Tapi ini tidak di perantauan. Ini ada di rumah, babu dua siap semua. Apa gunanya membayar babu.‟

Damarjati : “Mbok ora boba-babu wae ta.” „Jangan boba-babu terus.‟

Sekarwangi : “Wong nyatane pancen babu kok, arep disebut apa. Babu ki ya babu.”

„Kenyataannya memang babu kan, mau disebut apa. Babu itu ya babu.‟

Damarjati : “Ya wis, aku gawekna kopi, babuku.” „Ya sudah, aku bikinkan kopi, babuku.‟ Sekarwangi : “Lha rak ngono.”

„Lha kan gitu.‟

Bu rusti : “Kok gembyeng iki ana apa ta iki?” „Mengapa ramai sekali ini ada apa sih?‟

Sekarwangi : “Menika lho Bu. Den Damar uthek badhe damel kopi. Kula aturi lenggah mawon, badhe kula damelaken.

„Ini lo Bu. Den Damar repot membuat kopi. Saya suruh duduk saja, biar saya buatkan.‟

Bu rusti : “Oo, beneran aku gawekna teh pisan, kanggo nganget gulu. Terna nyang kamar ya, Sekar.”

„Oo, kebetulan saya bikinkan teh juga, untuk menghangatkan tenggorokan.‟

Sekarwangi : “Inggih Bu.” „Ya Bu.‟ (MN/SWS/35/2015)

Partisipan yang terlibat dalam dialog (198) adalah penutur (Damarjati), mitra tutur (Sekarwangi), dan penutur ketiga (Bu Rusti). Hal yang dituturkan adalah Damarjati ingin membuat minuman sendiri tapi Sekarwangi mengatakan bahwa dia yang akan membuatkan minumannya, karena dia adalah pembantu di rumah Damarjati. Situasi tutur yang tergambar pada data di atas adalah percakapan terjadi di ruang dapur, terlihat dari percakapan diantara penutur dan mitra tutur yang terjalin akrab. Faktor penyebab terjadinya alih kode adalah karena hadirnya orang ketiga dan adanya perubahan bahasa yang dilakukan oleh mitra tutur (Sekarwangi) yaitu dari bahasa Jawa Ngoko ke bahasa Jawa Krama. Tujuan dari percakapan pada data

di atas adalah mengajarkan kepada pembaca untuk menghormati orang yang lebih tua.

(199) Damarjati : “Supaya olehe jagongan kepenak, wiwit saiki kowe ora sah basa krama. Ngoko wae.”

„Biar ngobrolnya nyaman, mulai sekarang kamu tidak usah pakai bahasa Krama. Ngoko saja‟

Sekarwangi : “Ah mboten, saure Sekarwangi. Kula menika rak namung babu. Babu menika batur.”

„Ah tidak, jawab Sekarwangi. „Saya ini kan hanya babu. Babu itu pembantu‟

Damarjati : “O iya aku lali. Kowe ki batur lan aku bendara. Ngono ya?” „O iya aku lupa. Kamu ini kan pembantu dan saya majikan. Gitu ya?‟

Sekarwangi : “Inggih.” „Iya‟

Damarjati : “Batur ki kudu ngajeni bendarane, ya”

„Pembantu itu harus menghormati majikannya, ya?‟ Sekarwangi : “Inggih.”

„Iya‟

Damarjati : “Didhawuhi apa-apa kudu manut, ya.” „Disuruh apa-apa harus nurut, ya?‟ Sekarwangi : “Inggih ngaten.”

„Iya begitu‟

Damarjati : “Bener? Saiki bendaramu iki dhawuh: Sekar, wiwit saiki kowe ora susah basa karo aku. Kudu manut.”

„Betul? Sekarang majikanmu ini menyuruh: Sekar, mulai sekarang kamu tidak usah pakai bahasa Krama sama aku. Harus nurut.‟

Sekarwangi : “Wah, ketleyek aku.” „Wah ketipu saya‟

Sekarwangi : “Ya wis aku manut Mas. Aku arep didhawuhi ngapa?” „Ya sudah saya nurut Mas. Saya akan disuruh apa?‟

Damarjati : “Ora dakkon ngapa-ngapa, mung dak jak jagongan. Ning daktakon dhisik, jane kowe ki mau arep nyang endi?”

„Tidak aku suruh ngapa-ngapain, cuma ingin aku ajak ngobrol. Tetapi aku mau tanya dulu, sebenernya kamu tadi mau kemana?‟

(MN/SWS/33/2015)

Partisipan yang terlibat dalam dialog (199) adalah penutur (Damarjati) seorang pemuda yang merupakan majikan dan mitra tutur (Sekarwangi) adalah seorang wanita yang bekerja sebagai pembantu di rumah Damarjati. Hal yang dituturkan adalah Damarjati ingin lebih akrab dengan Sekarwangi. Situasi tutur yang tergambar pada data di atas adalah percakapan terjadi di rumah,

terlihat dari percakapan yang digunakan antara penutur dan mitra tutur yang terjalin dengan akrab. Faktor penyebab alih kode yang dilakukan oleh mitra tutur (Sekarwangi) adalah penutur yang merupakan majikannya meminta mita tutur untuk menggunakan bahasa Jawa Krama ketika berbicara agar lebih nyaman. Tujuan dari percakapan di atas adalah kita harus menghormati orang lain dan tidak membeda-bedakan status sosial orang lain walaupun orang itu hanya bekerja sebagai pembantu.

(200) Bu rusti : “Ingkang damel prihatosing manah kula menika Damarjati, Pak. Kadospundi nasibipun mangke. Kanthi kedadosan ingkang nempuh kulawarga menika, sedaya margi ingkang sekawit menga kados-kados sampun sami katutup.”

„Yang membuat khawatir hati saya itu Damrajati, Pak. Bagaimana nasibnya nanti. Dengan kejadian yang dialami keluarga saat ini, semua jalan yang dulu terbuka seperti sedah tertutup semua.‟

Mbah kardi : “Olehku teka mrene iki kajaba kepengin mbombong atimu lan bojomu, uga arep ngrembug Damar. Yen kowe setuju, karepku Damar arep dakjak menyang Klaten wae. Mengko golek gaweyan ana kana.”

„Kedatangan saya kesini ini selain ingin membesarkan hatimu dan suamimu, juga ingin membahas Damar. Jika kamu setuju, Damar akan saya ajak ke Klaten saja. Nanti cari pekerjaan di sana.‟

Bu Rusti : “Kula setuju, Pak.” „Saya setuju, Pak.‟

Bu Rusti : “Piye Damar. Gandheng kahanan kaya ngene, kowe rak ya njur rumangsa lingsem yen ketemu kanca-kancamu. Upama kowe ndherek simbah ing klaten wae piye?”

„Bagaimana Damar. Karena keadaan seperti ini, kamu pasti juga merasa malu jika bertemu teman-temanmu. Seandainya kamu ikut Kakek ke Klaten saja bagaimana.‟

Damarjati : “Iya Bu. Nanging mengko Ibu niliki Bapak sing ndherekake sapa?”

„Ya Bu. Tetapi nanti Ibu menjenguk Bapak yang mengantarkan siapa?‟

Bu rusti : “Wis aja mikir kuwi. Iku perkara gampang. Mengko aku arep langganan ojeg, saben dina methuk aku mrene. Andum gawe, nak. Saiki kowe meleng mikir awakmu, golek dalaning rejeki apa wae sing kok antebi amrih ing tembe uripmu bisa mulya. Aku yakin kowe bisa, Nak. Dene Ibu, sajrone Bapakmu nglakoni ukuman, Ibu tetep ana kene. Saben ndina niliki bapakmu supaya ayem atine. Dhuwit lan barang sing isih disarbeki cukup dak enggo urip nganti Bapakmu bebas telung

taun maneh. Mobil pribadimu kuwi gawanen. Yen sawanci-wanci butuh dhuwit rada akeh, mobil iku bisa kok dol.”

„Sudah jangan memikirkan itu. Itu masalah gampang. Nanti aku akan berlangganan ojek, setiap hari menjemput aku ke sini. Berbagi pekerjaan, Nak. Sekarang kamu mikir dirimu sendiri, mencari jalan rezeki apa saja yang kamu inginkan agar besok hidupmu bisa nyaman. Aku yakin kamu bisa, Anakku. Sedangkan Ibu, selama Bapakmu menjalani hukuman, Ibu akan tetap di sini. Setiap hari menjenguk Bapakmu supaya tenang hatinya. Uang dan barang yang masih dimiliki cukup untuk hidup sampai Bapakmu bebas tiga tahun lagi. Mobil pribadimu itu bawalah. Jika sewaktu-waktu butuh uang yang agak banyak, mobil itu bisa kamu jual.‟

(MN/SWS/44/2015)

Partisipan yang terlibat dalam dialog (200) adalah penutur (Bu Rusti), mitra tutur (Mbah Kardi) yang merupakan mertua Bu Rusti, dan penutur ketiga (Damarjati) yang merupakan anak Bu Rusti. Hal yang dituturkan adalah kekhawatiran Bu Rusti akan masa depan Damarjati. Situsi tutur yang tergambar pada data di atas adalah dalam keadaan yang sedang sedih, terlihat dari percakapan yang terjadi di antara penutur dan mitra tutur yang sedang kebingungan dan sedih. Faktor penyebab terjadinya alih kode adalah hadirnya orang ketiga dan adanya perubahan bahasa yang dilakukan oleh penutur (Bu Rusti) yaitu dari bahasa Jawa Krama ke bahasa Jawa Ngoko. Tujuan dari percakapan pada data di atas adalah untuk memberitahukan kepada pembaca bahwa semua masalah ada jalan keluarnya dan kita harus selalu tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan tersebut.

2. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Campur Kode