• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil

10,23

2.3 Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil

Respon emosi terhadap stress tipikalnya diukur dengan menggunakan skala pengukuran kecemasan. Dalam sebuah penelitian, ketika mengukur keadaan stress pada masing-masing trimester didapatkan bahwa gangguan cemas akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan usia kehamilan.

Penelitian lainnya yang menganalisa kecemasan pada trimester akhir kehamilan menunjukkan bahwa wanita yang sangat muda, tanpa pasangan dan merokok lebih rentan terhadap stress, selain tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah, kurangnya dukungan sosial, riwayat penyakit medik tertentu.

Teixeira dkk (2009), berdasarkan penelitiannya menyatakan tingginya tingkat kecemasan pada trimester pertama (36,18%) dan menurun pada trimester kedua (34,59%) yang kemudian meningkat kembali pada trimester ketiga (36,33%). Pada primipara didapati peningkatan ansietas terutama pada trimester pertama dibandingkan pada trimester ketiga, hal ini disebabkan kurangnya mengerti dan adaptasi saat hamil dikarenakan akan menjadi orangtua untuk pertama kalinya. Sementara pada multipara didapati peningkatan ansietas pada trimester ketiga yang kemungkinan disebabkan persalinan yang telah dialami. Berdasarkan penelitian Glazier dan Ohara dkk (2004), disebabkan

5,8,12,13

kurangnya peran promosi sosial saat antenatal dan dukungan selama kehamilan.

Suryaningsih (2007), ibu yang sedang hamil dituntut tidak hanya harus siap secara fisik, namun juga secara mental. Hal inilah yang kurang diperhatikan ibu hamil yang umumnya lebih siap dalam menghadapi perubahan fisik tetapi tidak secara mental. Si ibu menjadi lebih emosional dan sensitif. Apabila pengaruh emosi ibu tidak didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis ataupun tempat tinggal yang kondusif, maka hal ini akan mengganggu masa kehamilan.Untuk mencegah hal tersebut terjadi, dukungan social untuk ibu hamil sangatlah penting. Dukungan sosial ini banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitar, dalam hal ini adalah pasangan atau suami. Sudah selayaknya pasangan memberikan semangat dan perhatian kepada istri. Sehingga istri bisa kuat secara mental untuk menghadapi segala hal domasa kehamilannya.

14

25

Berdasarkan penelitian Triana (2008) menunjukkan bahwa dari subjek penelitian (ibu hamil) yang mendapat dukungan sosial yang tinggi kecemasan dalam menghadapi persalinan rendah.

Khalil dkk (2003), menilai kecemasan pada masing-masing trimester ditemukan bahwa tidak menikah meningkatkan stressor psikososial yang tinggi dan pendapatan yang rendah berhubungan dengan kecemasan dalam kehamilan.

26

5,9 Studi retrospektif sebelumnya menunjukkan wanita dengan hubungan pernikahan yang baik cenderung lebih rendah merasa khawatir terhadap luaran kehamilannya. Masalah dalam pernikahan berkaitan dengan tingkat stress yang tinggi dan depresi dalam kehamilan. Wanita dengan hubungan yang stabil dalam kehamilan mendapatkan dukungan yang pernuh dari pasangannya sehingga dapat mereduksi tingkat stress dalam kehamilan.

Wanita yang lebih muda dilaporkan lebih tinggi angka stressnya pada trimester ketiga kehamilan. Peranan umur dalam hal ini dijelaskan oleh penelitian Robinson (2004) yang menemukan bahwa wanita dengan umur yang lebih tua lebih tidak stress dan lebih bisa melakukan penerimaan terhadap kehamilannya dibandingkan dengan wanita muda yang berusia 20-an. Hal ini mungkin disebabkan wanita muda masih ingin melakukan penyesuaian terhadap

9,11

kehidupan pernikahan dan pekerjaan mereka dan menganggap bahwa kehamilan memiliki efek negatif terhadap kelangsungan karir mereka.19

2.4 Kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) sebagai alat ukur kecemasan

HAM-A adalah sebuah kuesioner survei kesehatan untuk menilai kecemasan hidup, yang terdiri dari 14 butir pertanyaan. Kuesioner ini merupakan alat ukur gejala kecemasan, yang kadang disebut juga Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Kuesioner ini menghasilkan 5 skala kecemasan, mulai dari 0 = tidak ada, secara klinis tidak bermakna, 4= sangat berat, yang kemudian dijumlahkan menjadi nilai skor kecemasan.

HAM-A dapat digunakan pada anak- anak dan dewasa untuk menilai gejala ansietas. Juga dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan gejala kecemasan pada anak-anak dan dewasa. Dapat juga digunakan sebagai ukuran ketika mengkaji dampak anti ansietas terhadap obat-obatan, terapi perawatan dan ukuran standar kecemasan yang digunakan dalam evaluasi obat-obat psikotropika. HAM-A dapat juga dipakai sebelum tindakan pemakaian obat-obat dan tindak lanjut pengobatan., jadi dosis obat dapat diubah berdasarkan pada skor tes pasien.

HAM-A pertama kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1959.

Memberikan langkah keseluruhan kecemasan, kecemasan psikis (mental agitasi dan tekanan psikologis) dan kecemasan somatik (keluhan fisik yang berhubungan dengan kecemasan). Kuesioner Hamilton dikembangkan dan disesuaikan pada orang dewasa dan anak-anak. Meskipun paling sering digunakan untuk remaja, tetapi sekarang dapat juga digunakan untuk orang dewasa. Sekarang secara luas terdapat juga skala Hamilton depresi (HDS) untuk mengukur gejala depresi.

20

20

Skala Hamilton dikembangkan dengan memanfaatkan teknik statistik faktor analisis. Penggunaan metode ini mampu menghasilkan serangkaian gejala yang berhubungan dengan kecemasan dan yang lebih menentukan ialah gejala

yang berhubungan dengan kecemasan psikis yang terkait dengan kecemasan somatik.

HAM-A adalah sebuah kuesioner survei yang mengukur 14 kriteria kesehatan sebagai berikut : (1) Kecemasan, (2) Ketegangan, (3) Rasa Takut, (4) Insomnia, (5) kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengingat, (6) suasana hati Depresi, (7) Gejala - gejala Somatik Umum (Gejala – gejala Muscular), (8) Gejala-gejala somatic umum (Sensorik), (9) Gejala- gejala Kardiovascular, (10) Gejala - gejala pernafasan, (11) Gejala- gejala Gastrointestinal, (12) gejala-gejala Genitourinarius, (13) Gejala gejala otonom, (14) Perilaku wawancara.

Pengukuran ini menghasilkan nilai skor 0 = tidak ada, 1 = ringan, 2= sedang, 3=

berat, 4= berat sekali, sebagai cut off point nya yaitu : < 14 = tidak ansietas 14 - 20 = ansietas ringan, 21 – 27 = ansietas sedang, 28 - 41 = ansietas berat.

Tes ini telah dikritik dengan alasan tidak selalu membedakan antara orang dengan gejala kecemasan dan orang dengan gejala depresi (orang dengan depresi didapati juga skor HAM-A cukup tinggi ). Karena HAM-A diukur, dikelola dan dinilai oleh pewawancara, ada beberapa subyektivitas interpretasi dan penilaian. Bias pewawancara dapat mempengaruhi hasil. Oleh karena itu, beberapa orang lebih suka self- report di mana nilai didasarkan pada tanggapan orang yang diwawancara.

20,21

21

HAM-A telah dideskripsikan dan diatur secara semi-terstruktur dengan serangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan gejala kecemasan.

Pewawancara pada tingkat individu untuk skala lima poin untuk masing-masing 14 item. Tujuh dari item khusus mengatasi kecemasan psikis dan tujuh item tersisa untuk kecemasan somatik. contohnya, item ketiga khusus ketakutan yang berkaitan dengan kecemasan, item insomnia, item kelima kesulitan tidur.

21

Menurut Hamilton, gejala psikis yang ditimbulkan oleh wawancara HAM-A contohnya suasana cemas umum, ketakutan yang tinggi, perasaan ketegangan dan kesulitan berkonsentrasi. Contoh somatik gejala termasuk sakit otot, perasaan kelemahan, masalah kardiovaskular, dan kegelisahan.

21

Hasil ada 14 item, nilai dibagi atas skala dari nol sampai empat, nol berarti bahwa tidak ada kecemasan, satu menunjukkan kecemasan ringan, dua

menunjukkan kecemasan yang moderat, tiga menunjukkan kecemasan yang berat, dan empat menunjukkan kecemasan yang sangat berat. Kecemasan total skor berkisar dari 0 sampai 56. Tujuh psikis kecemasan item menghasilkan skor kecemasan psikis yang berkisar dari 0-28. Tujuh item lagi menghasilkan skor kecemasan somatik yang juga berkisar dari 0-28. Salah satu alasan bahwa HAM-A telah digunakan secara luas dan keandalan penelitian dengan mengukur gejala kecemasan dengan cara yang konsisten. Penelitian telah menunjukkan bahwa individu dengan gangguan kecemasan didapati skor yang cukup tinggi pada HAM-A. Sebagai contoh, orang-orang dengan kecemasan umum, kekacauan dan gangguan panik cenderung memiliki skor total kecemasan di atas 20 pada HAM-A. Di sisi lain, orang-orang yang didiagnosis tidak ada gangguan didapati dengan skor sangat rendah pada HAM-A. Beberapa peneliti telah menyebutkan bahwa kecemasan dan depresi sangat erat kaitannya karena dapat memilik skor yang tinggi pada kedua jenis gejala tersebut.20,21

2.4.1 Kuesioner skala hamilton

DEPARTEMEN PSIKIATRI

POLIKLINIK EMPATI

Hamilton Rating Scale for anxiety (HAM-A)

Prinsip penggunaan instrument : sama dengan HAM-D21,24

Panduan untuk pemberian skor butir-butir pernyataan

0 = Tidak ada atau dapat diabaikan : Secara klinis tidak bermakna

1 = Ringan : Kadang-kadang terjadi,waktunya singkat dan fungsi tidak terganggu,atau bila ada, gangguan sangat ringan.

2 = Sedang : lebih sering muncul atau mungkin mencari pengobatan ( misalnya menggunakan obat untuk menghilangkan gejala ) atau penderita sedang atau hendaya sedang.

3 = Berat : terjadi terus menerus atau ada hendaya fungsi yang jelas, atau pemderitaannya berat atau mencari pengobatan atau direkomendasikan untuk menggunakan pengobatan untuk menghilangkan penyakit.

4 = Sangat berat : ketidakberdayaaan akibat symptom atau tidak berfungsi atau keadaan sangat buruk.

1. KECEMASAN

Butir ini mencakup kondisi emosional tentang ketidakpastian akan masa depan mulai dari rasa cemas, rasa tidak aman, mudah tersinggung, perasaan tidak enak hingga rasa takut yang luar biasa .

0 = Pasien tidak merasa adanya rasa tidak aman atau mudah tersinggung dibandingkan biasanya.

1 = diragukan apakah pasien merasa lebih tidak aman atau mudah tersinggung dibandingkan biasanya.

2 = Pasien mengungkapkan secara lebih jelas berada dalam keadaan cemas, khawatir atau mudah tersinggung, dia mungkin sulit mengendalikannya. Hal ini

tidak berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari pasien, karena kekhawatiran tersebut masih tentang hal-hal kecil.

3 = Rasa cemas atau tidak aman tersebut terkadang sulit dikendalikan karena ada kekhawatiran akan terjadinya kecelakaan serius atau bencana dimasa mendatang. Contoh : kecemasan dapat dialami sebagai rasa panik yaitu rasa takut luar biasa.terkadang mengganggu kehidupan sehari – hari pasien.

4 = Perasaan ketakutan sering kali muncul sehingga sangat nyata menggangu kehidupan sehari – hari pasien.

2. KETEGANGAN

Butir ini mencakup ketidak mampuan untuk bersantai , mengatasi kegelisahan, ketegangan jasmani, gemetar dan lelah yang berkepanjangan.

0 = Pasien tidak merasa adanya adanya ketegangan dibandingkan biasanya.

1 = Pasien tampak agak lebih gelisah dan tegang dibandingkan biasamya.

2 = Pasien menampakkan secara jelas tidak dapat bersantai, penuh dengan ketidak puasan dalam dirinya, yang sulit dikendalikannya, namun masih belum

berpengaruh terhadap kehidupan pasien sehari – hari.

3 = Ketidak puasan dan kegelisahan dalam diri pasien begitu kuat atau begitu sering sehingga kadang – kadang mengganggu kehidupan dan pekerjaaan sehari – hari pasien.

4 = Ketegangan dan ketidak puasan yang setiap saaat mengganggu kehidupan dan pekerjaaan sehari – hari pasien .

3. RASA TAKUT

Rasa takut muncul bilamana pasien berada dalam situasi tertentu. Situasi tersebut dapat berupa ruang terbuka atau tertutup atau gelap, berada dalam antrian, naik bis atau kereta api, takut terhadap binatang atau benda tertentu, atau orang asing. Pasien baru lega bila ia dapat menghindari situasi tersebut. Hal ini penting diperhatikan dalam penilaiaan ini, apakah selama episode ini terdaapat kecemasan fobik yang lebih berat dibandingkan biasanya.

0 = Tidak ada.

1 = Diragukan adanya kecemasan fobik.

2 = Pasien mengalami kecemsan fobik namun mampu melawannya.

3 = Sulit bagi pasien untuk melawan atau mengatasi kecemasan fobiknya, yang hingga batas tertentu telah mengganggu kehidupan dan pekerjaaan sehari – hari pasien.

4 = kecemasan fobik jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien

4. INSOMNIA

Butir ini hanya mencakup pengalaman subjektif pasien mengenai lama tidur ( jumlah jam tidur tiap periode 24 jam ) dan kedalaman tidur ( tidur yang tidak dalam dan beberapa kali

terbangun, dibandingkan dengan tidur yang dalam dan konstan ). Penilaian dilakukan berdasarkan kualitas tidur selama 3 malam sebelumnya.

Catatan : Pemberian obat penenang atau obat tidur harus diabaikan.

0 = Lama tidur dan kedalaman tidur biasa.

1 = Lama tidur sedikit berkurang atau meragukan ( misalnya karena sulit tidur ), tapi tidak ada perubahan dalam kedalaman tidur.

2 = Kedalaman tidur agak berkurang, tidur menjadi lebih dangkal. Tidur secara keseluruhan agak terganggu.

3 = Lama tidur dan juga kedalaman tidur berubah secara mencolok. Periode tidur terputus hanya beberapa jam per periode 24 jam.

4 = Sulit untuk menentukan lama tidur disini karena kedalaman tidur sangat kurang sehinggga pasien mengatakannya sebagai terkantuk – kantuk atau tertidur sebentar, namun tidak sampai benar – benar tidur.

5. KESULITAN DALAM BERKONSENTRASI DAN MENGINGAT

Butir ini mencakup kesulitan dalam berkonsentrasi, mengambil keputusan tentang hal sehari – hari, serta mengingat.

0 = Pasien tidak mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan/atau mengingat.

1 = Diragukan apakah pasien mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan/atau mengingat.

2 = Meskipun dengan upaya keras, sulit bagi pasien untuk berkonsentrasi pada pekerjaaan rutin sehari – hari.

3 = Kesulitan yang lebih nyata dalam berkonsentrsi, mengingat atau mengambil keputusan.

Misalnya: kesulitan untuk membaca artikel dalam surat kabar atau menonton program televisi dari awal hinggga selesai. Skor 3 bila buruknya konsentrasi atau sulitnya mengingat belum secara jelas mempengaruhi wawancara.

4 = Bila pasien selama wawancara menunjukkan kesulitan dalam berkonsentrasi dan/atau mengingat dan /atau bila keputusan – keputusan dicapai dengan penundaan yang cukup lama.

6. SUASANA HATI DEPRESI

Butir ini mencakup komunikasi verbal dan non verbal tentang kesedihan, depresi, patah semangat, keadaan tak berdaya dan keadaan tanpa harapan.

0 = Suasana hati normal.

1 = Diragukan apakah pasien lebih merasa tidak ada harapan atau patah semangat dibandingkan biasanya, Sebagai contoh, pasien secara samar menunjukkan lebih depresi dibandingkan biasanya.

2 = Pasien menunjukkan dengan lebih jelas pengalaman yang tidak menyenangkan, meskipun ketakberdayaaan atau putus harapan masih tidak tampak.

3 = Pasien secara non verbal menunjukkan tanda – tanda yang jelas tentang depresi dan atau putus harapan.

4 = Ucapan – ucapan pasien tentang patah semangat dan ketidakberdayaaan atau isyarat – isyarat non verbal mendominasi wawancara dan tidak bias dialihkan.

7. GEJALA –GEJALA SOMATIK UMUM ( GEJALA-GEJALA MUSKULAR)

Butir ini mencakup kelemahan, kelakuan , kesakitan atau rasa nyeri yang nyata , yang terlokalisir atau merata pada otot. Misalnya sakit rahang atau sakit leher.

0 = Pasien tidak merasa adanya rasa nyeri atau kaku pada ototnya dibandingkan biasanya.

1 = Pasien menunjukkan agak nyeri atau kaku pada otot nya dibandingkan biasanya.

2 = Gejala – gejala tersebut sudah mencapai karakter nyeri .

3 = Nyeri otot mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari hari pasien, hingga batas tertentu.

4 = Nyeri otot terasa hampir setiap saat dan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien

8. GEJALA – GEJALA SOMATIK UMUM ( SENSORIK )

Butir ini melingkupi keletihan dan kelemahan yang bersatu menjadi gangguan fungsi indera. Termasuk : tinnitus, pandangan kabur, kulit panas dingin yang memerah dan sensasi kesemutan.

0 = Tidak ada

1 = Diragukan adanya sensasi menekan atau kesemutan ( misalnya ditelinga, mata atau kulit ).

2 = Sensasi – sensasi menekan ditelinga yang menyebabkaan berdengung di telinga, di mata yang menyebabakan gangguan visual dan kulit yang menyebabkan ksemutan atau gatal ( parastesia ).

3 = Gejala – gejala sensorik umum yang mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien hingga derajat tertentu.

4 = Hampir setiap saat terdapat gejala sensorik umum dan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan pasien.

9.GEJALA – GEJALA KARDIOVASKULAR

Butir ini mencakup takikardi, palpitasi, rasa tertekan di dada, nyeri dada, nadi berdenyut keras dan merasa seperti akan pingsan.

0 = Tidak ada

1 = Diragukan adanya.

2 = Terdapat gejala kardiovaskular namun pasien masih dapat mengendalikan gejala – gejala tersebut.

3 = Pasien terkadang merasa sulit mengendalikan gejala kardiovaskular dan hinggga batas tertentu dapat mengggangu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien.

4 = Hampir setiap saaat terdapat gejala – gejala kardiovaskular dan dengan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien

10.GEJALA – GEJALA PERNAFASAN

Butir ini mencakup perasaan sesak atau kontraksi di tenggorokan atau dada , kesulitan bernafas yang membaur menjadi sensasi tersedak dan nafas mendesah.

0 = Tidak ada

1 = Diragukan adanya.

2 = Terdapat gejala – gejala pernafasan, tetapi pasien masih dapat mengendalikan gejala – gejala tersebut.

3 = Pasien terkadang mengalami kesulitan mengendalikan gejala – gejala pernafsan sehingga mengganggu kehidupan dan pekerjaaan sehari – hari pasien,

4 = Hampir setiap saat terdapat gejala – gejala pernafasan dan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien.

11. GEJALA – GEJALA GASTROINTESTINAL

Butir ini mencakup kesulitan dalam menelan, perut terasa begah, disepsia ( perut terasa panas atau lambung serasa terbakar, nyeri perut jika makan, terasa kenyang, mual muntah), perut bergemuruh dan diare.

0 = Tidak ada.

1 = Diragukan adanya gejala atau sensasi gastrointestinal.

2 = Ada satu atau lebih gejala gastrointestinal yang disebut di atas, tapi pasien masih dapat mengendalikan gejala – gejala tersebut.

3 = Pasien terkadang mengalami kesulitan untuk mengendalikan gejala – gejala gastrointestinal sehinggga mengganggu kehidupan dan pekerjaaan sehari – hari pasien. Misalnya , kecenderungan untuk kehilangan kendali saat buang air besar.

4 = Hampir setiap saat terdapat gejala – gejala gastrointestinal dan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien. Misalnya , kehilangan kontrol saat buang air besar.

12. GEJALA – GEJALA GENITO – URINARIUS

Butir ini mencakup gejala – gejala non-organik (psikis) misalnya, sering buang air kecil atau mengedan saaat buang air kecil, haid tidak teratur, anorgasmus, disparunia, ejakulasi dini, tidak bisa ereksi.

0 = Tidak ada

1 = Diragukan adanya gejala.

2 = Terdapat satu atau lebih gejala – gejala genito-urinarius yang disebutkan diatas, tapi tidak mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari.

3 = Pasien terkadang mengalami satu atau lebih gejala genitor-urinarius yang disebutkan diatas yang dapat mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien hingga derajat tertentu. Misalnya : cenderung kehilangan kendali saat buang air kecil.

4 = Hampir setiap saat terdapat gejala – gejala genitor-urinarius dan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien. Misalnya, kehilangan kendali saat buang air kecil

13. GEJALA – GEJALA OTONOM

Butir ini mencakup mulut kering, muka merah atau pucat, berkeringat dan pusing.

0 = Tidak ada

1 = Diragukan adanya gejala.

2 = Ada satu atau lebih gejala-gejala otonom yang disebutkan diatas tapi tidak mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari hari pasien.

3 = Pasien terkadang mengalami satu atau lebih gejala otonom seperti yang disebutkan di atas yang hingga derajat tertentu mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari-hari pasien.

4 = Terdapat gejala-gejala otonom hampir setiap saat dan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari-hari pasien.

14. PERILAKU WAWANCARA

Butir ini mencakup penilaian terhadap perilaku pasien saat diwawancarai. Apakah pasien terlihat tegang, gelisah, gugup, resah, gemetar, pucat, bernafas cepat atau berkeringat ? Berdasarkan pengamatan tersebut , dibuat estimasi umum.

0 = Pasien tidak tampak cemas

1 = Diragukan adanya perasaan cemas . 2 = Pasien tampak cemas.

3 = Paien jelas tampak cemas.

4 = Pasien dipenuhi kecemasan. Misalnya , terlihat bergoyang dan gemetar.

Total nilai HAM-A :

Pemeriksa :

Tanggal :

:

2.5 Kerangka Teori

Perubahan Fisik

Kecemasan

Proses Kehamilan

Proses Persalinan

Karakteristik ibu : - Umur

- Paritas - Pendidikan

- Dukungan Keluarga - Pekerjaan

- Tingkat penghasilan - Pekerjaan suami - Status perkawinan - Rencana persalinan

2.6 Kerangka Konsep

Independen Dependen

Tingkat kecemasan

Karakteristik ibu : - Umur

- Paritas - Pendidikan

- Dukungan Keluarga - Pekerjaan

- Tingkat penghasilan - Pekerjaan suami - Status perkawinan - Rencana persalinan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan survei analitik menggunakan rancangan potong lintang. Penelitian ini berusaha memaparkan variable penelitian dan menguji hubungan antar variable independen dan dependen untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengaruh faktor karakteristik ibu hamil aterm terhadap tingkat kecemasan yang diukur dengan kuesioner HAM-A.

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Kebidanan dan Kandungan RSUP Haji Adam malik Medan, dan RS jejaring di Medan. Penelitian dimulai pada bulan Juni tahun 2013

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pasien poliklinik rawat jalan di bagian Obstetri dan ginekologi RSUP Haji Adam malik, dan RS jejaring. Dengan cara pengambilan sample melalui consecutive sampling dengan penetapan kriteria inklusi dan ekslusi sampai jumlah sample minimal terpenuhi.

3.4 kriteria inklusi dan ekslusi

3.4.1 Kriteria inklusi

- ibu hamil dengan usia kehamilan 37 - 40 minggu - tingkat kesadaran compos mentis

- bersedia ikut serta dalam penelitian 3.4.2 Kriteria Ekslusi

- Gangguan psikiatri.

- Ada riwayat penyakit yang menyertai ibu ( DM, hipertensi, jantung, ginjal dan lain-lain)

3.5 Besar Sample

Besar sampel diambil dengan menggunakan rumus sampel analitik komparatif variabel numerik tidak berpasangan :

2

n1= n2 =

Zα = Nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada nilai α yang

ditentukan (α = 0,025)  Zα = 1,96

Zβ = Nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada nilai β yang

ditentukan (β = 0,025)  Zβ = 1,96

Sd = Simpangan baku skor kecemasan ibu hamil trimester ketiga  36,33

(Teixeiria dkk,2009)

d = Selisih rerata skor kecemasan ibu hamil yang dianggap bermakna 20

14

(Zα + Zβ) . Sd

d

N =

2

(1,96 + 1,96). 36,33 20

` N = 50,69 = 51  sampel minimal

dalam penelitian akan menggunakan jumlah sampel sebanyak 51 orang perkelompok atau tiap kelompok.

3.6 Cara penelitian

3.6.1 Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner terhadap sampel secara consecutive sampling, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampai jumlah sample terpenuhi. kemudian dilakukan informed consent.

Penelitian ini menggunakan 2 set instrumen. Dimana instrumen diisi oleh subyek dan peneliti, yaitu : (1) Kuesioner faktor karakteristik ibu dan (2) Kuesioner skala kecemasan (HAM-A )

3.6.2 Pengolahan Data

Data diolah dengan analisis statistik secara komputerisasi. Analisis data meliputi statistik deskriptif dan statistik analitik. Statistik deskriptif digunakan untuk menampilkan data karakteristik serta tingkat kecemasan ibu hamil. Dalam hal ini data ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, mean, standar deviasi (SD), dan interval (CI 95%). Statistik inferensial yang digunakan adalah analisis bivariat dengan analitik komparatif menggunakan uji Chi Square untuk variabel kategori dan uji t-test independent untuk variabel numerik. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

o Umur

o Tingkat pendidikan o Paritas

o Dukungan

o Rencana persalinan o Pekerjaan

o Tingkat penghasilan o Pekerjaan suami o Status perkawinan

3.7. Batasan Operasional

- ibu hamil dengan usia kehamilan 37 - 40 minggu yang memeriksakan kehamilannya di poliklinik yang direncanakan partus spontan dan seksio sesaria.

- Karakteristik yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil yang meliputi : o Umur : umur ibu yang dinilai berdasarkan tahun

o Tingkat pendidikan : lama mendapat pendidikan formal dalam tahun o Paritas : jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu baik yang hidup

maupun yang mati.

o Dukungan : yang diberikan kepada seseorang yang dibutuhkan oleh ibu yang akan bersalin.

o Dukungan : yang diberikan kepada seseorang yang dibutuhkan oleh ibu yang akan bersalin.

Dokumen terkait