• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL ATERM YANG DIUKUR DENGAN KUESIONER SKALA HAMILTON (HAM-A) BERDASARKAN FAKTOR KARAKTERISTIK TESIS MAGISTER OLEH BANDINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL ATERM YANG DIUKUR DENGAN KUESIONER SKALA HAMILTON (HAM-A) BERDASARKAN FAKTOR KARAKTERISTIK TESIS MAGISTER OLEH BANDINI"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL ATERM YANG DIUKUR DENGAN KUESIONER SKALA HAMILTON (HAM-A)

BERDASARKAN FAKTOR KARAKTERISTIK

TESIS MAGISTER

OLEH

BANDINI

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Master Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SW T, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

“ TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL ATERM YANG DIUKUR DENGAN KUESIONER SKALA HAMILTON (HAM-A) BERDASARKAN FAKTOR

KARAKTERISTIK ”

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Su mate ra Uta ra, ya ng te lah me mbe rika n ke se mp atan kep ad a sa ya un tuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang terhormat :

2. Menkes RI melalui Depkes RI atas kesempatan tugas belajar dan

beasiswa kepada saya, sehingga saya dapat mengikuti Program

Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran dan Magister

Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi USU Medan.

(3)

3.

4.

Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr.dr M. Fidel Ganis Siregar,SpOG(K), Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. M. Rhiza Z. Tala, SpOG (K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. Dr. M. Fauzie sahil, SpOG (K), Dr. Deri Edianto, SpOG (K), Prof. Dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Djafar Siddik, SpOG (K); Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K);

Prof. DR. Dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K); Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K); Prof. Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr.

Budi R. Hadibroto, SpOG (K); dan Prof. Dr. Daulat H. Si buea, SpOG (K); yang secara bersama-sama tel ah berkenan meneri ma saya untuk mengikuti pendidikan dokter spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

Ketua Divisi obstetri ginekologi sosial Dr. Rusl i P Barus, SpOG (K) yang tel ah mengi zi nkan saya untuk mel akukan peneli ti an tentang

TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL ATERM YANG DIUKUR DENGAN KUESIONER SKALA HAMILTON (HAM-A) BERDASARKAN FAKTOR KARAKTERISTIK

5.

.

6.

Dr. Nazarudi n Jafar, SpOG (K) yang tel ah me mberi kan pengarahan kepada saya dalam melakukan penelitian ini sekaligus sebagai pembimbing utama saya bersama dengan Dr. dr Sarma N lumbanraja, SpOG (K) yang telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

Dr. Ahmad Khuwailid, SpOG; Dr. Indra Z Hasibuan, SpOG, dr.

M. Oky Prabudi, SpOG selaku penyanggah dan narasumber

yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu yang

(4)

sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

7.

8.

D r . He rb e t Si hi te , S pO G sel a ku B ap a k A ng k at s ay a s el a ma me n ja l a ni ma s a pendidikan, yang telah banyak mengayomi , membi mbing dan me mberikan nasehat yang bermanfaat kepada saya selama dalam pendidikan.

9. Kepada Dr. Surya Dharma, MPH, yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.

Dr. M. Oky Prabudi , SpOG, sel aku pe mbi mbi ng mi ni refarat magi ster saya yang ber jud ul “Keberhasila n Reanastomosis T uba”.

10.

11. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Allah SWT membalas budi baik guru-guru saya.

12. Direktur Rumkit tk.II Puteri hijau Kesdam II/BB, Medan beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama bertugas di Rumah sakit tersebut.

13.

14. Ibu Hj. Sundari Usman, Am.Keb yang telah memberikan ijin kesempatan untuk meneliti dan mengumpulkan sampel penelitian.

Direktur RSU Sundari Medan beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama bertugas di Rumah Sakit tersebut.

15. Kepada sel uruh te man se ja wat P PD S yang ti dak dapat

saya sebutkan na manya satu pers atu, Dokter muda,

bidan, paramedik, karyawan / karyawati di Departemen

Obstetri dan Ginekologi FK-USU dan pasien pasien yang

(5)

telah ikut membantu dan bekerja sama dengan saya dalam menjalani pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP H. Adam malik.

Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SW T dan

H. Sukidi Ibunda Hj. Rukiem y a n g tel a h me mb e s ar kan , me mb i mbi ng, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dari sejak kecil hingga kini.

Sembah sujud serta teri ma kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, Ayahanda

Terimakasih saya ucapkan kepada Papa mertua Ir. H. Sutarno Rusman , dan mama mertua Hj Sunariyati, yang telah memberikan dorongan, doa dan semangat kepada saya selama menjalani pendidikan ini.

Tiada kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih kepada Suami tercinta, Tonny Wijaya SP dan teramat khusus untuk Buah hatiku tercinta, Agha Haziq Wijaya dan Ahza Firas Wijaya te ri ma k a si h a ta s k a si h s ay a ng , semangat serta doa yang diberikan kepada Mama, semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagiaan kepada keluarga kita.

Kepada keempat saudara kandung saya : Marheni SE, Rudi hartono, Tuti Handayani Amd.Par, Herry Hadist Syahputra ST, terima kasih atas bantuan doa dan dukungan kepada saya selama menjalani pendidikan .

Kepada seluruh Keluarga handai tolan yang tidak

dapat saya sebutkan namanya satu persatu, baik secara

langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak

memberikan bantuan, dukungan dan doa, saya ucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya.

(6)

S e mo g a A l l ah SW T s en a nti a sa me mb e ri k an r a h ma t da n hi da y ah - Ny a k e pa da ki t a semua. Amin Ya Rabbal ’Alamin

Medan, Januari 2014

Dr. Bandini

(7)

ANXIETY LEVEL MEASURED AT TERM PREGNANT WITH SCALE QUESTIONNAIRE HAMILTON (HAM-A) BASED ON FACTOR

CHARACTERISTICS

Bandini

Ahmad Khuwailid, Indra Z Hasibuan, M.Oky Prabudi , Nazarudin Jaffar, Sarma N Lumbanraja,

Departement of Obstetric and Gynecology-Faculty of Medicine University of Sumatera Utara - H. Adam Malik General Hospital Medan

ABSTRACT

BACKGROUND: Psychological changes that occur during pregnancy can alter behavior during and after childbirth. Throughout pregnancy, especially near term, raised concerns about child care and lifestyle changes. The conflict between the desire of procreation, social norms and cultural problems in the pregnancy itself can be an originator of a variety of psychological reactions, ranging from mild emotional reaction to the rate of mental disorders. Pregnancy and childbirth have safety risks that will affect the level of maternal anxiety during pregnancy and before delivery. So which is the formulation of the problem in this research is how the characteristics of pregnant women at term factor affecting the level of anxiety. METHODS:The subjects were patients at the outpatient clinic of Obstetrics and gynecology Dr Haji Adam Malik, and hospital networks. the way of sampling through consecutive sampling with criteria for inclusion and exclusion to a minimum sample size of each group 55 samples. using bivariate data analysis with comparative analytic using Chi Square test for categorical variables and independent t-test for numerical variables.

RESULTS: Pregnant women who give birth either spontaneous vaginal delivery (87.3%) as well as a Cesarean section (87.3%) did not feel anxious. mild anxiety pregnant women who will give birth to spontaneous delivery (12.7%) and cesarean section (12.7%). Statistically with Chi-square test showed no significant difference (p>0,05)

.CONCLUSION:Conclusion pregnant women who planned spontaneous vaginal delivery or cesarean section does not feel any anxiety in the face of labor .

KEYWORDS: Anxiety, Pregnancy, spontaneous vaginal delivery, cesarian section

(8)

TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL ATERM YANG DIUKUR DENGAN KUESIONER SKALA HAMILTON (HAM-A) BERDASARKAN FAKTOR

KARAKTERISTIK

Bandini

Ahmad Khuwailid, Indra Z Hasibuan, M.Oky Prabudi , Nazarudin Jaffar, Sarma N Lumbanraja,

Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas kedokteran USU/RSUP.H. Adam Malik Medan

LATAR BELAKANG : Perubahan psikologi yang terjadi selama kehamilan dapat mengubah prilaku saat dan sesudah melahirkan. Sepanjang kehamilan terutama menjelang aterm, timbul kecemasan tentang perawatan anak dan perubahan gaya hidup. Karena adanya perubahan fisik dan emosional yang komplek, maka diperlukan adaptasi dan penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial kultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa. Kehamilan dan persalinan mempunyai resiko keselamatan sehingga akan mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil selama masa kehamilan dan menjelang persalinan. Maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor karakteristik ibu hamil aterm mempengaruhi tingkat kecemasan.

METODE : Subjek penelitian ini adalah pasien poliklinik rawat jalan di bagian Obstetri dan ginekologi RSUP Haji Adam malik, dan RS jejaring. Dengan cara pengambilan sample melalui consecutive sampling dengan penetapan kriteria inklusi dan ekslusi sampai jumlah sample 55 tiap kelompok. Menggunakan analisis bivariat dengan analitik komparatif menggunakan uji Chi Square untuk variabel kategori dan uji t-test independent untuk variabel numerik.

HASIL : Umumnya ibu hamil yang direncanakan Partus spontan pervaginam (87,3%) maupun Seksio Sesaria(87,3%) tidak merasa adanya kecemasan dalam menghadapi persalinan. Ibu hamil yang direncanakan partus spontan pervaginam (12,7%) dan seksio sesaria (12,7%) mengalami kecemasan ringan.

Secara statistik dengan uji Chi-square tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p>0,05).

KESIMPULAN : ibu hamil yang akan melahirkan baik secara Partus spontan maupun secara Seksio sesaria tidak merasa cemas.

KEYWORDS: Cemas, Hamil, partus spontan pervaginam, seksio sesaria

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar belakang penelitian ... 4

1.2 Perumusan masalah ... 4

1.3 Hipotesis Penelitian ... 4

1.4 Tujuan Penelitian... 4

1.4.1 Tujuan umum ... 4

1.4.2 Tujuan Khusus ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kecemasan ... 6

2.1.1 Tingkat kecemasan ... 8

2.1.2 Rentang respon kecemasan ... 10

2.2 Hubungan kecemasan dalam kehamilan ... 11

2.3 Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil ... 11

2.4 Kuesioner Hamilton Aanxiety Rating Scale (HAM-A) Sebagai .. alat ukur kecemasan ... 13

2.4.1 Kuesioner Skala Hamilton ... 17

2.5 kerangka teori ... 24

2.6 Kerangka konsep... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Rancangan penelitian ... 25

3.2 Lokasi penelitian... 25

3.3 subjek penelitian... 25

(10)

3.4 Kriteria inklusi dan ekslusi ... 25

3.5 Besar sample. ... 26

3.6 Cara penelitian ... 27

3.6.1 Pengumpulan data ... 27

3.6.2 Pengolahan data ... 27

3.7 Batasan operasional ... 28

3.8 Alur penelitian... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Karakteristik ibu hamil yang direncanakan partus spontan pervaginam ... 30

4.2 Karakteristik ibu hamil yang direncanakan seksio sesaria ... 32

4.3 Analisa bivariat ... 33

4.3.1 Tingkat kecemasan ibu hamil aterm yang direncanakan partus spontan Pervaginam berdasarkan faktor karakteristik ... 34

4.3.2 Tingkat kecemasan ibu hamil aterm yang direncanakan seksio sesaria Berdasarkan faktor karakteristik ... 36

4.4 Analisis perbedaan tingkat kecemasan ibu hamil aterm yang direncanakan Partus spontan pervaginam dan seksio sesaria berdasarkan skor Hamilton ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN I

LAMPIRAN II

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman 4.1 Tabel distribusi data karakteristik ibu hamil yang

direncanakan Partus spontan pervaginam ... 30 4.2 Tabel distribusi data karakteristik ibu hamil yang

direncanakan Seksio sesaria ... 32 4.3.1 Tabel Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Aterm Yang

Direncanakan Partus Spontan Pervaginam Berdasarkan

Faktor Karakteristik ... 34 4.3.2 Tabel Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Aterm Yang

Direncanakan Seksio Sesaria Berdasarkan Faktor Karakteristik .... 36 4.4 Tabel Perbedaaan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil

Aterm Yang Direncanakan Partus Spontan Pervaginam

Dan Seksio Sesaria Berdasarkan Skor Hamilton. ... 38

(12)

ANXIETY LEVEL MEASURED AT TERM PREGNANT WITH SCALE QUESTIONNAIRE HAMILTON (HAM-A) BASED ON FACTOR

CHARACTERISTICS

Bandini

Ahmad Khuwailid, Indra Z Hasibuan, M.Oky Prabudi , Nazarudin Jaffar, Sarma N Lumbanraja,

Departement of Obstetric and Gynecology-Faculty of Medicine University of Sumatera Utara - H. Adam Malik General Hospital Medan

ABSTRACT

BACKGROUND: Psychological changes that occur during pregnancy can alter behavior during and after childbirth. Throughout pregnancy, especially near term, raised concerns about child care and lifestyle changes. The conflict between the desire of procreation, social norms and cultural problems in the pregnancy itself can be an originator of a variety of psychological reactions, ranging from mild emotional reaction to the rate of mental disorders. Pregnancy and childbirth have safety risks that will affect the level of maternal anxiety during pregnancy and before delivery. So which is the formulation of the problem in this research is how the characteristics of pregnant women at term factor affecting the level of anxiety. METHODS:The subjects were patients at the outpatient clinic of Obstetrics and gynecology Dr Haji Adam Malik, and hospital networks. the way of sampling through consecutive sampling with criteria for inclusion and exclusion to a minimum sample size of each group 55 samples. using bivariate data analysis with comparative analytic using Chi Square test for categorical variables and independent t-test for numerical variables.

RESULTS: Pregnant women who give birth either spontaneous vaginal delivery (87.3%) as well as a Cesarean section (87.3%) did not feel anxious. mild anxiety pregnant women who will give birth to spontaneous delivery (12.7%) and cesarean section (12.7%). Statistically with Chi-square test showed no significant difference (p>0,05)

.CONCLUSION:Conclusion pregnant women who planned spontaneous vaginal delivery or cesarean section does not feel any anxiety in the face of labor .

KEYWORDS: Anxiety, Pregnancy, spontaneous vaginal delivery, cesarian section

(13)

TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL ATERM YANG DIUKUR DENGAN KUESIONER SKALA HAMILTON (HAM-A) BERDASARKAN FAKTOR

KARAKTERISTIK

Bandini

Ahmad Khuwailid, Indra Z Hasibuan, M.Oky Prabudi , Nazarudin Jaffar, Sarma N Lumbanraja,

Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas kedokteran USU/RSUP.H. Adam Malik Medan

LATAR BELAKANG : Perubahan psikologi yang terjadi selama kehamilan dapat mengubah prilaku saat dan sesudah melahirkan. Sepanjang kehamilan terutama menjelang aterm, timbul kecemasan tentang perawatan anak dan perubahan gaya hidup. Karena adanya perubahan fisik dan emosional yang komplek, maka diperlukan adaptasi dan penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial kultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa. Kehamilan dan persalinan mempunyai resiko keselamatan sehingga akan mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil selama masa kehamilan dan menjelang persalinan. Maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor karakteristik ibu hamil aterm mempengaruhi tingkat kecemasan.

METODE : Subjek penelitian ini adalah pasien poliklinik rawat jalan di bagian Obstetri dan ginekologi RSUP Haji Adam malik, dan RS jejaring. Dengan cara pengambilan sample melalui consecutive sampling dengan penetapan kriteria inklusi dan ekslusi sampai jumlah sample 55 tiap kelompok. Menggunakan analisis bivariat dengan analitik komparatif menggunakan uji Chi Square untuk variabel kategori dan uji t-test independent untuk variabel numerik.

HASIL : Umumnya ibu hamil yang direncanakan Partus spontan pervaginam (87,3%) maupun Seksio Sesaria(87,3%) tidak merasa adanya kecemasan dalam menghadapi persalinan. Ibu hamil yang direncanakan partus spontan pervaginam (12,7%) dan seksio sesaria (12,7%) mengalami kecemasan ringan.

Secara statistik dengan uji Chi-square tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p>0,05).

KESIMPULAN : ibu hamil yang akan melahirkan baik secara Partus spontan maupun secara Seksio sesaria tidak merasa cemas.

KEYWORDS: Cemas, Hamil, partus spontan pervaginam, seksio sesaria

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Penelitian

Wanita dewasa pada saat memasuki masa pubertas akan mengalami perubahan fisik dan psikis yang dapat berkembang baik secara fisiologis maupun patologis. Pada saat hamil perubahan - perubahan ini juga dirasakan sebagai beban sesuai dengan pertumbuhan kehamilan dan puncaknya akan terjadi pada saat persalinan.2

Kehamilan sama halnya dengan menarche dan menopause adalah tahap utama perkembangan hidup seorang perempuan. Kehamilan dapat membawa kegembiraan dan sebaliknya merupakan peristiwa yang penuh dengan tekanan, tantangan, stress dan mungkin meningkat cukup besar, khususnya pada kehamilan yang pertama.

Sejak saat hamil, ibu sudah mengalami kegelisahan dan kecemasan.

Kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan psikologis yang terjadi selama kehamilan. Perubahan ini terjadi akibat perubahan hormon yang akan mempermudah janin untuk tumbuh dan berkembang sampai saat dilahirkan.

2

Perubahan psikologi selama kehamilan bervariasi menurut tahap kehamilan. Saat trimester pertama hal utama yang terjadi adalah usaha untuk menggabungkan janin, yang merupakan kesatuan dari dirinya dan pasangannya. Pada Trimester kedua, dengan mengenali gerakan janin ibu akan menyadari bahwa janin adalah individu yang berdiri sendiri, yang akan mempunyai kebutuhan sendiri yang sementara tinggal didalam tubuhnya. Pada trimester ketiga perempuan tersebut akan mendapati dirinya sebagai calon ibu dan mulai menyiapkan dirinya untuk hidup bersama bayinya dan membangun hubungan dengan bayinya.

3,4

2

(15)

Perubahan psikologi yang terjadi selama kehamilan dapat mengubah prilaku saat dan sesudah melahirkan. Sepanjang kehamilan terutama menjelang aterm, timbul kecemasan tentang perawatan anak dan perubahan gaya hidup.

Karena adanya perubahan fisik dan emosional yang komplek, maka diperlukan adaptasi dan penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi.

Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma- norma sosial kultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa.

Setiap ibu hamil dan melahirkan mempunyai resiko untuk mendapatkan hal yang mengancam jiwanya maupun janin yang dikandungnya, hanya saja mempunyai derajat resiko yang bervariasi.

7

Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna, tapi pada kenyataannya tidak selalu demikian. Ada beberapa keluhan yang dihadapi oleh seorang ibu yang akan bersalin seperti stress, tegang dan cemas.7

Beberapa penelitian menunjukkan adanya indikasi 19- 29% wanita hamil setidaknya memiliki salah satu gangguan psikiatrik. Beberapa penelitian yang telah lalu mengindikasikan bahwa wanita hamil memiliki prevalensi yang lebih tinggi gangguan psikiatrik dibanding apa yang diperkirakan dalam populasi umum. Sebagai contoh Borri dkk (2003), mendapatkan adanya prevalensi 26,5%

gangguan kecemasan pada trimester ke 3 di italia. Rerata ini diperkirakan terjadi pada 4,7% dari semua wanita dalam populasi Italia. Rerata prevalensi gangguan cemas diantara wanita hamil di nigeria yakni sebesar 39% diantara seluruh populasi umum. Gangguan cemas paling banyak terjadi pada trimester ketiga.

17

Ansietas atau cemas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari. Istilah ini menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut tidak tentram dan sebagainya, disertai berbagai kondisi atau situasi kehidupan, berbagai gangguan fisik maupun mental.

Kecemasan adalah respon emosional terhadap perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya, kondisi ini tidak memiliki objek yang sfesifik.9

(16)

Sebenarnya kecemasan merupakan gejala normal pada manusia dan disebut patologik bila gejalanya menetap dalam jangka waktu tertentu dan mengganggu ketentraman individu. Pada keadaan normal, anxietas muncul bila seseorang menghadapi bahaya dan biasanya bersifat ringan berlangsung dalam waktu singkat dan akan hilang bila situasi yang membahayakan itu berlalu.

Bagi seorang wanita yang belum pernah hamil sebelumnya mungkin kehamilan itu sangat menggelisahkan. Antara kenyataan dan khayalan atau bayangan negatif akan menyebabkan menjadi ketakutan. Kehidupan akan banyak berubah, dia akan merasa terikat dan terbatas oleh suatu tanggung jawab yang besar. Dia akan mengalami pengalaman psikologis yang penting, termasuk kegelisahan, rasa sakit dan sedikit resiko bagi kehidupannya.

Kehamilan merupakan ujian berat bagi seorang wanita dan menimbulkan ketakutan serta kecemasan bagi dirinya.

6

Prevalensi gangguan cemas pada kehamilan bervariasi menurut beberapa penelitian. Lee dkk (2007), mengatakan pada penelitiannya 54% wanita mengalami ansietas antenatal paling tidak selama satu trimester selama kehamilannya, dan meningkat terutama pada trimester pertama dan ketiga.

Anderson dkk (2006) dan Heron dkk (2004) mengatakan kecemasan diduga menurun insidensinya pada trimester kedua kehamilan pada penelitian ditemukan 6.6% sampai 15%.

6 ,8

18

O’hara dkk (2004) menyatakan bahwa ibu hamil dengan latar belakang kelainan psikologik akan memerlukan perhatian khusus untuk meringankan beban psikologik yang dideritanya. Dengan hal diatas maka wanita dewasa harus dipersiapkan psikisnya agar dapat menghadapi kehamilan, persalinan dan masa nifas dengan baik.

Kartono dan levinson (2004) mengungkapkan tingginya rasa cemas wanita hamil pada trimester ketiga perubahan psikologis yang terjadi antara lain rasa cemas mengenai kelahiran serta kondisi bayi yang akan dilahirkan.

4

(17)

1.2 Perumusan masalah

Kehamilan dan persalinan mempunyai resiko keselamatan sehingga akan mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil selama masa kehamilan dan menjelang persalinan. Maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor karakteristik ibu hamil aterm mempengaruhi tingkat kecemasan.

1.3 Hipotesis Penelitian

Faktor karakterisitik kecemasan ibu hamil yang meliputi umur, paritas, tingkat pendidikan, dukungan, pekerjaan, tingkat penghasilan, pekerjaan suami, dan status perkawinan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecemasan ibu hamil yang direncanakan partus spontan pervaginam dan seksiosesaria.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis pengaruh faktor karakteristik ibu hamil aterm terhadap tingkat kecemasan yang direncanakan partus spontan pervaginam dan seksiosesaria.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor umur ibu hamil aterm terhadap tingkat kecemasan yang direncanakan partus spontan pervaginam dan seksio sesaria.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor paritas ibu hamil aterm terhadap tingkat kecemasan yang direncanakan partus spontan pervaginam dan seksio sesaria.

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan ibu hamil aterm terhadap tingkat kecemasan yang direncanakan partus spontan

pervaginam dan seksio sesaria.

(18)

4. Untuk mengetahui pengaruh dukungan terhadap ibu hamil aterm terhadap tingkat kecemasan yang direncanakan partus spontan pervaginam dan seksio sesaria.

5. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap ibu hamil aterm terhadap tingkat kecemasan kecemasan yang direncanakan partus spontan pervaginam dan seksio sesaria.

6. Untuk mengetahui pengaruh tingkat penghasilan terhadap ibu hamil aterm terhadap tingkat kecemasan yang direncanakan partus spontan pervaginam dan seksio sesaria.

7. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan suami terhadap ibu hamil aterm terhadap tingkat kecemasan yang direncanakan partus spontan pervaginam dan seksio sesaria.

8. Untuk mengetahui pengaruh status perkawinan terhadap ibu hamil aterm terhadap tingkat kecemasan yang direncanakan partus spontan pervaginam dan seksio sesaria.

9. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan ibu hamil aterm yang direncanakan partus spontan pervaginam dan seksio sesaria menggunakan skala Hamilton (HAM-A)

1.5 Manfaat Penelitian

- Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memprediksi kecemasan ibu hamil berdasarkan pengaruh faktor karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, paritas, dukungan, rencana persalinan, pekerjaan, tingkat penghasilan, pekerjaan suami, dan status perkawinan

- Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk memberikan konseling dalam asuhan antenatal agar dapat menanggulangi kecemasan dan meningkatkan edukasi pada setiap ibu hamil.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecemasan

Kecemasan adalah merupakan keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah dan terdapat aktifitas sistem syaraf otonom terhadap respon ancaman yang tidak jelas sebabnya.

Kecemasan atau dalam bahasa Inggrisnya “anxiety “ berasal dari bahasa latin “ angustus” yang berarti kaku, dan, “ango, anci” yang berarti mencekik.

Kecemasan (anxietas) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktivitas sistem saraf otonom. Kecemasan adalah gejala tidak sfesifik yang sering ditemukan dan merupakan emosi yang normal. Kecemasan adalah respon emosional terhadap perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, kondisi ini tidak memiliki objek yang sfesifik.

5,7,8,9

Saat dilanda stress, tubuh telah dirancang untuk merespon dengan memproduksi adrenalin. Hormon ini merangsang beberapa fungsi tubuh sambil melembabkan beberapa bagian lainnya. Reaksi normal yang terjadi secara otomatis ini dikenal sebagai respon “fight or flight” (bertarung atau pergi), dan biasanya dipicu oleh saat – saat dimana merasa terancam. Setelah ancaman itu lewat, level adrenalin akan menurun dan kita kembali ke rutinitas normal tanpa terus menerus mengkhawatirkan ancaman tadi, atau perasaan yang muncul karenanya.

7.8

Tetapi orang – orang yang menderita karena stress dan masalah kecemasan merasakan efek respon “fight or flight” dalam cara yang bertahan lebih lama dan lebih merusak. Saat ancaman yang mereka alami menghilang, perasaan-perasaan yang muncul karena adrenalin mereka yang meningkat akan tetap bertahan, lama setelah level adrenalin kembali menurun.

8,9

Kecemasan itu bisa ringan, bisa berat, bisa bersifat sekali-kali, bisa pula terus-menerus disebut kekhawatiran. Jadi sebenarnya kekhawatiran itu adalah ketakutan terhadap sesuatu yang lain. Namun bila sekali - kali dan berat disebut

(20)

panik. Rasa panik memberikan bukti yang lebih kecil bahwa ketakutan neurotik itu sebenarnya tidak disebabkan oleh rangsang yang jelas, tetapi sering kali terjadi tanpa ada alasan sama sekali, dan ini hanya berlangsung beberapa menit bahkan lebih singkat dan kemudian hilang. penelitian menunjukkan bahwa peningkatan resiko gangguan cemas pada saat hamil tidak berhubungan dengan gangguan mental yang banyak terjadi.

Adewuya dkk (2007) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa adanya peningkatan prevalensi yang tinggi dari berbagai gangguan cemas dan fobia sosial pada wanita hamil dibandingkan dengan subjek kontrol. Oguz (2007) dalam penelitian juga mendapatkan hal yang serupa dengan penelitian yang dilakukan adewuya, yakni didapatkan rata-rata gangguan panik dan gangguan obsessif kompulsif 3 kali lebih tinggi dijumpai pada wanita hamil dibandingkan dengan subjek kontrol yang tidak hamil.

17

Ada beberapa teori yang telah dikembangkan untuk menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan Stuart dan Sudeen (1998), diantaranya :

16

1. Faktor predisposisi a.Teori psikoanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi cemas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

b.Teori interpersonal

Cemas timbul dari perasaan takut terhadap tidak ada penerimaan dan penolakan interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang manimbulkan kelemahan sfesifik. Orang dengan harga diri yang rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.

(21)

c. Teori prilaku

Cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menganggu seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar prilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari dari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya diharapkan pada kekuatan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.

2. Faktor Presipitasi

Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat di elakkan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal.

2.1.1 Tingkat Kecemasan

Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang sfesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Cemas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Cemas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.

Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat cemas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan .

Ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu: ringan, sedang, berat dan panik berdasarkan stuart dan sudeen (1998) :

a.Kecemasan ringan

8,9,10,11,

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada

dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

(22)

Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

b. Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.

Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, mudah lupa, marah dan menangis.

c. Kecemasan berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,

(23)

diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

2.1.2 Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif dimana menggunakan koping. Koping yaitu mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya non sfesifik yaitu stress. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut.22 menurut Stuart dan Sundeen (2000) mekanisme koping dapat digolongkan menjadi 2 (dua ) yaitu : Respon adaptif seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif) dalam mengatasi kecemasan berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan koping yang bersifat merusak (destruktif) dan disfungional seperti individu menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, dan tidak mau mengurus diri.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

11

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas

2.2 Hubungan kecemasan dalam Kehamilan

11

Ibu hamil dan bersalin harus senantiasa menjaga kesehatan agar tercapainya kualitas hidup yang baik. Peran mereka sangat besar sebagai ibu yang memiliki pengaruh terhadap tumbuh kembang anak dan peran mereka mencapai keluarga yang sehat. Keberadaan janin dalam kandungan ibu merupakan bagian dari perubahan selama kehamilan.

Pada proses adaptasi fisiologis kehamilan, perubahan kadar hormonal berpengaruh terhadap perubahan sistem organ tubuh ibu hamil.

10

Seorang ibu yang mengalami kehamilan pada saat yang sudah diperkirakan akan mengalami proses persalinan, keadaan ini menggembirakan sekaligus mencemaskan bagi seorang ibu. Proses

(24)

persalinan merupakan keadaan yang melelahkan secara fisik dan psikis.

12

Saat ini pengetahuan tentang pengalaman emosi pada wanita hamil masih sangat terbatas. Oleh karena sulitnya untuk membuat inferensi terkait stress selama hamil dari studi retrospektif oleh karena pengumpulan data memungkinkan terjadinya bias apakah yang ditimbulkan akibat proses bersalin, komplikasi gestasional, dan juga komplikasi neonatal. Pendekatan transaksional terhadap stress yang diperkenalkan oleh Lazarus dan Folkman (1984) menunjukkan bahwa stress terjadi oleh karena adanya transaksi manusia dengan lingkungannya. Penerimaan seseorang terhadap stress bergantung pada permintaan lingkungan dan sejumlah sumber yang harus beradaptasi dengan permintaan tersebut.

10,23

2.3 Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil

Respon emosi terhadap stress tipikalnya diukur dengan menggunakan skala pengukuran kecemasan. Dalam sebuah penelitian, ketika mengukur keadaan stress pada masing-masing trimester didapatkan bahwa gangguan cemas akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan usia kehamilan.

Penelitian lainnya yang menganalisa kecemasan pada trimester akhir kehamilan menunjukkan bahwa wanita yang sangat muda, tanpa pasangan dan merokok lebih rentan terhadap stress, selain tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah, kurangnya dukungan sosial, riwayat penyakit medik tertentu.

Teixeira dkk (2009), berdasarkan penelitiannya menyatakan tingginya tingkat kecemasan pada trimester pertama (36,18%) dan menurun pada trimester kedua (34,59%) yang kemudian meningkat kembali pada trimester ketiga (36,33%). Pada primipara didapati peningkatan ansietas terutama pada trimester pertama dibandingkan pada trimester ketiga, hal ini disebabkan kurangnya mengerti dan adaptasi saat hamil dikarenakan akan menjadi orangtua untuk pertama kalinya. Sementara pada multipara didapati peningkatan ansietas pada trimester ketiga yang kemungkinan disebabkan persalinan yang telah dialami. Berdasarkan penelitian Glazier dan Ohara dkk (2004), disebabkan

5,8,12,13

(25)

kurangnya peran promosi sosial saat antenatal dan dukungan selama kehamilan.

Suryaningsih (2007), ibu yang sedang hamil dituntut tidak hanya harus siap secara fisik, namun juga secara mental. Hal inilah yang kurang diperhatikan ibu hamil yang umumnya lebih siap dalam menghadapi perubahan fisik tetapi tidak secara mental. Si ibu menjadi lebih emosional dan sensitif. Apabila pengaruh emosi ibu tidak didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis ataupun tempat tinggal yang kondusif, maka hal ini akan mengganggu masa kehamilan.Untuk mencegah hal tersebut terjadi, dukungan social untuk ibu hamil sangatlah penting. Dukungan sosial ini banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitar, dalam hal ini adalah pasangan atau suami. Sudah selayaknya pasangan memberikan semangat dan perhatian kepada istri. Sehingga istri bisa kuat secara mental untuk menghadapi segala hal domasa kehamilannya.

14

25

Berdasarkan penelitian Triana (2008) menunjukkan bahwa dari subjek penelitian (ibu hamil) yang mendapat dukungan sosial yang tinggi kecemasan dalam menghadapi persalinan rendah.

Khalil dkk (2003), menilai kecemasan pada masing-masing trimester ditemukan bahwa tidak menikah meningkatkan stressor psikososial yang tinggi dan pendapatan yang rendah berhubungan dengan kecemasan dalam kehamilan.

26

5,9 Studi retrospektif sebelumnya menunjukkan wanita dengan hubungan pernikahan yang baik cenderung lebih rendah merasa khawatir terhadap luaran kehamilannya. Masalah dalam pernikahan berkaitan dengan tingkat stress yang tinggi dan depresi dalam kehamilan. Wanita dengan hubungan yang stabil dalam kehamilan mendapatkan dukungan yang pernuh dari pasangannya sehingga dapat mereduksi tingkat stress dalam kehamilan.

Wanita yang lebih muda dilaporkan lebih tinggi angka stressnya pada trimester ketiga kehamilan. Peranan umur dalam hal ini dijelaskan oleh penelitian Robinson (2004) yang menemukan bahwa wanita dengan umur yang lebih tua lebih tidak stress dan lebih bisa melakukan penerimaan terhadap kehamilannya dibandingkan dengan wanita muda yang berusia 20-an. Hal ini mungkin disebabkan wanita muda masih ingin melakukan penyesuaian terhadap

9,11

(26)

kehidupan pernikahan dan pekerjaan mereka dan menganggap bahwa kehamilan memiliki efek negatif terhadap kelangsungan karir mereka.19

2.4 Kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) sebagai alat ukur kecemasan

HAM-A adalah sebuah kuesioner survei kesehatan untuk menilai kecemasan hidup, yang terdiri dari 14 butir pertanyaan. Kuesioner ini merupakan alat ukur gejala kecemasan, yang kadang disebut juga Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Kuesioner ini menghasilkan 5 skala kecemasan, mulai dari 0 = tidak ada, secara klinis tidak bermakna, 4= sangat berat, yang kemudian dijumlahkan menjadi nilai skor kecemasan.

HAM-A dapat digunakan pada anak- anak dan dewasa untuk menilai gejala ansietas. Juga dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan gejala kecemasan pada anak-anak dan dewasa. Dapat juga digunakan sebagai ukuran ketika mengkaji dampak anti ansietas terhadap obat-obatan, terapi perawatan dan ukuran standar kecemasan yang digunakan dalam evaluasi obat- obat psikotropika. HAM-A dapat juga dipakai sebelum tindakan pemakaian obat dan tindak lanjut pengobatan., jadi dosis obat dapat diubah berdasarkan pada skor tes pasien.

HAM-A pertama kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1959.

Memberikan langkah keseluruhan kecemasan, kecemasan psikis (mental agitasi dan tekanan psikologis) dan kecemasan somatik (keluhan fisik yang berhubungan dengan kecemasan). Kuesioner Hamilton dikembangkan dan disesuaikan pada orang dewasa dan anak-anak. Meskipun paling sering digunakan untuk remaja, tetapi sekarang dapat juga digunakan untuk orang dewasa. Sekarang secara luas terdapat juga skala Hamilton depresi (HDS) untuk mengukur gejala depresi.

20

20

Skala Hamilton dikembangkan dengan memanfaatkan teknik statistik faktor analisis. Penggunaan metode ini mampu menghasilkan serangkaian gejala yang berhubungan dengan kecemasan dan yang lebih menentukan ialah gejala

(27)

yang berhubungan dengan kecemasan psikis yang terkait dengan kecemasan somatik.

HAM-A adalah sebuah kuesioner survei yang mengukur 14 kriteria kesehatan sebagai berikut : (1) Kecemasan, (2) Ketegangan, (3) Rasa Takut, (4) Insomnia, (5) kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengingat, (6) suasana hati Depresi, (7) Gejala - gejala Somatik Umum (Gejala – gejala Muscular), (8) Gejala-gejala somatic umum (Sensorik), (9) Gejala- gejala Kardiovascular, (10) Gejala - gejala pernafasan, (11) Gejala- gejala Gastrointestinal, (12) gejala-gejala Genitourinarius, (13) Gejala gejala otonom, (14) Perilaku wawancara.

Pengukuran ini menghasilkan nilai skor 0 = tidak ada, 1 = ringan, 2= sedang, 3=

berat, 4= berat sekali, sebagai cut off point nya yaitu : < 14 = tidak ansietas 14 - 20 = ansietas ringan, 21 – 27 = ansietas sedang, 28 - 41 = ansietas berat.

Tes ini telah dikritik dengan alasan tidak selalu membedakan antara orang dengan gejala kecemasan dan orang dengan gejala depresi (orang dengan depresi didapati juga skor HAM-A cukup tinggi ). Karena HAM-A diukur, dikelola dan dinilai oleh pewawancara, ada beberapa subyektivitas interpretasi dan penilaian. Bias pewawancara dapat mempengaruhi hasil. Oleh karena itu, beberapa orang lebih suka self- report di mana nilai didasarkan pada tanggapan orang yang diwawancara.

20,21

21

HAM-A telah dideskripsikan dan diatur secara semi-terstruktur dengan serangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan gejala kecemasan.

Pewawancara pada tingkat individu untuk skala lima poin untuk masing-masing 14 item. Tujuh dari item khusus mengatasi kecemasan psikis dan tujuh item tersisa untuk kecemasan somatik. contohnya, item ketiga khusus ketakutan yang berkaitan dengan kecemasan, item insomnia, item kelima kesulitan tidur.

21

Menurut Hamilton, gejala psikis yang ditimbulkan oleh wawancara HAM-A contohnya suasana cemas umum, ketakutan yang tinggi, perasaan ketegangan dan kesulitan berkonsentrasi. Contoh somatik gejala termasuk sakit otot, perasaan kelemahan, masalah kardiovaskular, dan kegelisahan.

21

Hasil ada 14 item, nilai dibagi atas skala dari nol sampai empat, nol berarti bahwa tidak ada kecemasan, satu menunjukkan kecemasan ringan, dua

(28)

menunjukkan kecemasan yang moderat, tiga menunjukkan kecemasan yang berat, dan empat menunjukkan kecemasan yang sangat berat. Kecemasan total skor berkisar dari 0 sampai 56. Tujuh psikis kecemasan item menghasilkan skor kecemasan psikis yang berkisar dari 0-28. Tujuh item lagi menghasilkan skor kecemasan somatik yang juga berkisar dari 0-28. Salah satu alasan bahwa HAM- A telah digunakan secara luas dan keandalan penelitian dengan mengukur gejala kecemasan dengan cara yang konsisten. Penelitian telah menunjukkan bahwa individu dengan gangguan kecemasan didapati skor yang cukup tinggi pada HAM-A. Sebagai contoh, orang-orang dengan kecemasan umum, kekacauan dan gangguan panik cenderung memiliki skor total kecemasan di atas 20 pada HAM-A. Di sisi lain, orang-orang yang didiagnosis tidak ada gangguan didapati dengan skor sangat rendah pada HAM-A. Beberapa peneliti telah menyebutkan bahwa kecemasan dan depresi sangat erat kaitannya karena dapat memilik skor yang tinggi pada kedua jenis gejala tersebut.20,21

(29)

2.4.1 Kuesioner skala hamilton

DEPARTEMEN PSIKIATRI

POLIKLINIK EMPATI

Hamilton Rating Scale for anxiety (HAM-A)

Prinsip penggunaan instrument : sama dengan HAM-D21,24

Panduan untuk pemberian skor butir-butir pernyataan

0 = Tidak ada atau dapat diabaikan : Secara klinis tidak bermakna

1 = Ringan : Kadang-kadang terjadi,waktunya singkat dan fungsi tidak terganggu,atau bila ada, gangguan sangat ringan.

2 = Sedang : lebih sering muncul atau mungkin mencari pengobatan ( misalnya menggunakan obat untuk menghilangkan gejala ) atau penderita sedang atau hendaya sedang.

3 = Berat : terjadi terus menerus atau ada hendaya fungsi yang jelas, atau pemderitaannya berat atau mencari pengobatan atau direkomendasikan untuk menggunakan pengobatan untuk menghilangkan penyakit.

4 = Sangat berat : ketidakberdayaaan akibat symptom atau tidak berfungsi atau keadaan sangat buruk.

1. KECEMASAN

Butir ini mencakup kondisi emosional tentang ketidakpastian akan masa depan mulai dari rasa cemas, rasa tidak aman, mudah tersinggung, perasaan tidak enak hingga rasa takut yang luar biasa .

0 = Pasien tidak merasa adanya rasa tidak aman atau mudah tersinggung dibandingkan biasanya.

(30)

1 = diragukan apakah pasien merasa lebih tidak aman atau mudah tersinggung dibandingkan biasanya.

2 = Pasien mengungkapkan secara lebih jelas berada dalam keadaan cemas, khawatir atau mudah tersinggung, dia mungkin sulit mengendalikannya. Hal ini

tidak berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari pasien, karena kekhawatiran tersebut masih tentang hal-hal kecil.

3 = Rasa cemas atau tidak aman tersebut terkadang sulit dikendalikan karena ada kekhawatiran akan terjadinya kecelakaan serius atau bencana dimasa mendatang. Contoh : kecemasan dapat dialami sebagai rasa panik yaitu rasa takut luar biasa.terkadang mengganggu kehidupan sehari – hari pasien.

4 = Perasaan ketakutan sering kali muncul sehingga sangat nyata menggangu kehidupan sehari – hari pasien.

2. KETEGANGAN

Butir ini mencakup ketidak mampuan untuk bersantai , mengatasi kegelisahan, ketegangan jasmani, gemetar dan lelah yang berkepanjangan.

0 = Pasien tidak merasa adanya adanya ketegangan dibandingkan biasanya.

1 = Pasien tampak agak lebih gelisah dan tegang dibandingkan biasamya.

2 = Pasien menampakkan secara jelas tidak dapat bersantai, penuh dengan ketidak puasan dalam dirinya, yang sulit dikendalikannya, namun masih belum

berpengaruh terhadap kehidupan pasien sehari – hari.

3 = Ketidak puasan dan kegelisahan dalam diri pasien begitu kuat atau begitu sering sehingga kadang – kadang mengganggu kehidupan dan pekerjaaan sehari – hari pasien.

4 = Ketegangan dan ketidak puasan yang setiap saaat mengganggu kehidupan dan pekerjaaan sehari – hari pasien .

3. RASA TAKUT

Rasa takut muncul bilamana pasien berada dalam situasi tertentu. Situasi tersebut dapat berupa ruang terbuka atau tertutup atau gelap, berada dalam antrian, naik bis atau kereta api, takut terhadap binatang atau benda tertentu, atau orang asing. Pasien baru lega bila ia dapat menghindari situasi tersebut. Hal ini penting diperhatikan dalam penilaiaan ini, apakah selama episode ini terdaapat kecemasan fobik yang lebih berat dibandingkan biasanya.

0 = Tidak ada.

1 = Diragukan adanya kecemasan fobik.

2 = Pasien mengalami kecemsan fobik namun mampu melawannya.

3 = Sulit bagi pasien untuk melawan atau mengatasi kecemasan fobiknya, yang hingga batas tertentu telah mengganggu kehidupan dan pekerjaaan sehari – hari pasien.

4 = kecemasan fobik jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien

4. INSOMNIA

Butir ini hanya mencakup pengalaman subjektif pasien mengenai lama tidur ( jumlah jam tidur tiap periode 24 jam ) dan kedalaman tidur ( tidur yang tidak dalam dan beberapa kali

(31)

terbangun, dibandingkan dengan tidur yang dalam dan konstan ). Penilaian dilakukan berdasarkan kualitas tidur selama 3 malam sebelumnya.

Catatan : Pemberian obat penenang atau obat tidur harus diabaikan.

0 = Lama tidur dan kedalaman tidur biasa.

1 = Lama tidur sedikit berkurang atau meragukan ( misalnya karena sulit tidur ), tapi tidak ada perubahan dalam kedalaman tidur.

2 = Kedalaman tidur agak berkurang, tidur menjadi lebih dangkal. Tidur secara keseluruhan agak terganggu.

3 = Lama tidur dan juga kedalaman tidur berubah secara mencolok. Periode tidur terputus hanya beberapa jam per periode 24 jam.

4 = Sulit untuk menentukan lama tidur disini karena kedalaman tidur sangat kurang sehinggga pasien mengatakannya sebagai terkantuk – kantuk atau tertidur sebentar, namun tidak sampai benar – benar tidur.

5. KESULITAN DALAM BERKONSENTRASI DAN MENGINGAT

Butir ini mencakup kesulitan dalam berkonsentrasi, mengambil keputusan tentang hal sehari – hari, serta mengingat.

0 = Pasien tidak mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan/atau mengingat.

1 = Diragukan apakah pasien mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan/atau mengingat.

2 = Meskipun dengan upaya keras, sulit bagi pasien untuk berkonsentrasi pada pekerjaaan rutin sehari – hari.

3 = Kesulitan yang lebih nyata dalam berkonsentrsi, mengingat atau mengambil keputusan.

Misalnya: kesulitan untuk membaca artikel dalam surat kabar atau menonton program televisi dari awal hinggga selesai. Skor 3 bila buruknya konsentrasi atau sulitnya mengingat belum secara jelas mempengaruhi wawancara.

4 = Bila pasien selama wawancara menunjukkan kesulitan dalam berkonsentrasi dan/atau mengingat dan /atau bila keputusan – keputusan dicapai dengan penundaan yang cukup lama.

6. SUASANA HATI DEPRESI

Butir ini mencakup komunikasi verbal dan non verbal tentang kesedihan, depresi, patah semangat, keadaan tak berdaya dan keadaan tanpa harapan.

0 = Suasana hati normal.

1 = Diragukan apakah pasien lebih merasa tidak ada harapan atau patah semangat dibandingkan biasanya, Sebagai contoh, pasien secara samar menunjukkan lebih depresi dibandingkan biasanya.

2 = Pasien menunjukkan dengan lebih jelas pengalaman yang tidak menyenangkan, meskipun ketakberdayaaan atau putus harapan masih tidak tampak.

3 = Pasien secara non verbal menunjukkan tanda – tanda yang jelas tentang depresi dan atau putus harapan.

4 = Ucapan – ucapan pasien tentang patah semangat dan ketidakberdayaaan atau isyarat – isyarat non verbal mendominasi wawancara dan tidak bias dialihkan.

7. GEJALA –GEJALA SOMATIK UMUM ( GEJALA-GEJALA MUSKULAR)

(32)

Butir ini mencakup kelemahan, kelakuan , kesakitan atau rasa nyeri yang nyata , yang terlokalisir atau merata pada otot. Misalnya sakit rahang atau sakit leher.

0 = Pasien tidak merasa adanya rasa nyeri atau kaku pada ototnya dibandingkan biasanya.

1 = Pasien menunjukkan agak nyeri atau kaku pada otot nya dibandingkan biasanya.

2 = Gejala – gejala tersebut sudah mencapai karakter nyeri .

3 = Nyeri otot mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari hari pasien, hingga batas tertentu.

4 = Nyeri otot terasa hampir setiap saat dan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien

8. GEJALA – GEJALA SOMATIK UMUM ( SENSORIK )

Butir ini melingkupi keletihan dan kelemahan yang bersatu menjadi gangguan fungsi indera. Termasuk : tinnitus, pandangan kabur, kulit panas dingin yang memerah dan sensasi kesemutan.

0 = Tidak ada

1 = Diragukan adanya sensasi menekan atau kesemutan ( misalnya ditelinga, mata atau kulit ).

2 = Sensasi – sensasi menekan ditelinga yang menyebabkaan berdengung di telinga, di mata yang menyebabakan gangguan visual dan kulit yang menyebabkan ksemutan atau gatal ( parastesia ).

3 = Gejala – gejala sensorik umum yang mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien hingga derajat tertentu.

4 = Hampir setiap saat terdapat gejala sensorik umum dan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan pasien.

9.GEJALA – GEJALA KARDIOVASKULAR

Butir ini mencakup takikardi, palpitasi, rasa tertekan di dada, nyeri dada, nadi berdenyut keras dan merasa seperti akan pingsan.

0 = Tidak ada

1 = Diragukan adanya.

2 = Terdapat gejala kardiovaskular namun pasien masih dapat mengendalikan gejala – gejala tersebut.

3 = Pasien terkadang merasa sulit mengendalikan gejala kardiovaskular dan hinggga batas tertentu dapat mengggangu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien.

4 = Hampir setiap saaat terdapat gejala – gejala kardiovaskular dan dengan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien

10.GEJALA – GEJALA PERNAFASAN

Butir ini mencakup perasaan sesak atau kontraksi di tenggorokan atau dada , kesulitan bernafas yang membaur menjadi sensasi tersedak dan nafas mendesah.

0 = Tidak ada

1 = Diragukan adanya.

2 = Terdapat gejala – gejala pernafasan, tetapi pasien masih dapat mengendalikan gejala – gejala tersebut.

3 = Pasien terkadang mengalami kesulitan mengendalikan gejala – gejala pernafsan sehingga mengganggu kehidupan dan pekerjaaan sehari – hari pasien,

(33)

4 = Hampir setiap saat terdapat gejala – gejala pernafasan dan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien.

11. GEJALA – GEJALA GASTROINTESTINAL

Butir ini mencakup kesulitan dalam menelan, perut terasa begah, disepsia ( perut terasa panas atau lambung serasa terbakar, nyeri perut jika makan, terasa kenyang, mual muntah), perut bergemuruh dan diare.

0 = Tidak ada.

1 = Diragukan adanya gejala atau sensasi gastrointestinal.

2 = Ada satu atau lebih gejala gastrointestinal yang disebut di atas, tapi pasien masih dapat mengendalikan gejala – gejala tersebut.

3 = Pasien terkadang mengalami kesulitan untuk mengendalikan gejala – gejala gastrointestinal sehinggga mengganggu kehidupan dan pekerjaaan sehari – hari pasien. Misalnya , kecenderungan untuk kehilangan kendali saat buang air besar.

4 = Hampir setiap saat terdapat gejala – gejala gastrointestinal dan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien. Misalnya , kehilangan kontrol saat buang air besar.

12. GEJALA – GEJALA GENITO – URINARIUS

Butir ini mencakup gejala – gejala non-organik (psikis) misalnya, sering buang air kecil atau mengedan saaat buang air kecil, haid tidak teratur, anorgasmus, disparunia, ejakulasi dini, tidak bisa ereksi.

0 = Tidak ada

1 = Diragukan adanya gejala.

2 = Terdapat satu atau lebih gejala – gejala genito-urinarius yang disebutkan diatas, tapi tidak mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari.

3 = Pasien terkadang mengalami satu atau lebih gejala genitor-urinarius yang disebutkan diatas yang dapat mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien hingga derajat tertentu. Misalnya : cenderung kehilangan kendali saat buang air kecil.

4 = Hampir setiap saat terdapat gejala – gejala genitor-urinarius dan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari – hari pasien. Misalnya, kehilangan kendali saat buang air kecil

13. GEJALA – GEJALA OTONOM

Butir ini mencakup mulut kering, muka merah atau pucat, berkeringat dan pusing.

0 = Tidak ada

1 = Diragukan adanya gejala.

2 = Ada satu atau lebih gejala-gejala otonom yang disebutkan diatas tapi tidak mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari hari pasien.

3 = Pasien terkadang mengalami satu atau lebih gejala otonom seperti yang disebutkan di atas yang hingga derajat tertentu mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari-hari pasien.

4 = Terdapat gejala-gejala otonom hampir setiap saat dan jelas mengganggu kehidupan dan pekerjaan sehari-hari pasien.

(34)

14. PERILAKU WAWANCARA

Butir ini mencakup penilaian terhadap perilaku pasien saat diwawancarai. Apakah pasien terlihat tegang, gelisah, gugup, resah, gemetar, pucat, bernafas cepat atau berkeringat ? Berdasarkan pengamatan tersebut , dibuat estimasi umum.

0 = Pasien tidak tampak cemas

1 = Diragukan adanya perasaan cemas . 2 = Pasien tampak cemas.

3 = Paien jelas tampak cemas.

4 = Pasien dipenuhi kecemasan. Misalnya , terlihat bergoyang dan gemetar.

Total nilai HAM-A :

Pemeriksa :

Tanggal :

(35)

:

(36)

2.5 Kerangka Teori

Perubahan Fisik

Kecemasan

Proses Kehamilan

Proses Persalinan

Karakteristik ibu : - Umur

- Paritas - Pendidikan

- Dukungan Keluarga - Pekerjaan

- Tingkat penghasilan - Pekerjaan suami - Status perkawinan - Rencana persalinan

(37)

2.6 Kerangka Konsep

Independen Dependen

Tingkat kecemasan

Karakteristik ibu : - Umur

- Paritas - Pendidikan

- Dukungan Keluarga - Pekerjaan

- Tingkat penghasilan - Pekerjaan suami - Status perkawinan - Rencana persalinan

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan survei analitik menggunakan rancangan potong lintang. Penelitian ini berusaha memaparkan variable penelitian dan menguji hubungan antar variable independen dan dependen untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengaruh faktor karakteristik ibu hamil aterm terhadap tingkat kecemasan yang diukur dengan kuesioner HAM-A.

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Kebidanan dan Kandungan RSUP Haji Adam malik Medan, dan RS jejaring di Medan. Penelitian dimulai pada bulan Juni tahun 2013

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pasien poliklinik rawat jalan di bagian Obstetri dan ginekologi RSUP Haji Adam malik, dan RS jejaring. Dengan cara pengambilan sample melalui consecutive sampling dengan penetapan kriteria inklusi dan ekslusi sampai jumlah sample minimal terpenuhi.

3.4 kriteria inklusi dan ekslusi

3.4.1 Kriteria inklusi

- ibu hamil dengan usia kehamilan 37 - 40 minggu - tingkat kesadaran compos mentis

(39)

- bersedia ikut serta dalam penelitian 3.4.2 Kriteria Ekslusi

- Gangguan psikiatri.

- Ada riwayat penyakit yang menyertai ibu ( DM, hipertensi, jantung, ginjal dan lain-lain)

3.5 Besar Sample

Besar sampel diambil dengan menggunakan rumus sampel analitik komparatif variabel numerik tidak berpasangan :

2

n1= n2 =

Zα = Nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada nilai α yang

ditentukan (α = 0,025)  Zα = 1,96

Zβ = Nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada nilai β yang

ditentukan (β = 0,025)  Zβ = 1,96

Sd = Simpangan baku skor kecemasan ibu hamil trimester ketiga  36,33

(Teixeiria dkk,2009)

d = Selisih rerata skor kecemasan ibu hamil yang dianggap bermakna 20

14

(Zα + Zβ) . Sd

d

(40)

N =

2

(1,96 + 1,96). 36,33 20

` N = 50,69 = 51  sampel minimal

dalam penelitian akan menggunakan jumlah sampel sebanyak 51 orang perkelompok atau tiap kelompok.

3.6 Cara penelitian

3.6.1 Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner terhadap sampel secara consecutive sampling, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampai jumlah sample terpenuhi. kemudian dilakukan informed consent.

Penelitian ini menggunakan 2 set instrumen. Dimana instrumen diisi oleh subyek dan peneliti, yaitu : (1) Kuesioner faktor karakteristik ibu dan (2) Kuesioner skala kecemasan (HAM-A )

3.6.2 Pengolahan Data

Data diolah dengan analisis statistik secara komputerisasi. Analisis data meliputi statistik deskriptif dan statistik analitik. Statistik deskriptif digunakan untuk menampilkan data karakteristik serta tingkat kecemasan ibu hamil. Dalam hal ini data ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, mean, standar deviasi (SD), dan interval (CI 95%). Statistik inferensial yang digunakan adalah analisis bivariat dengan analitik komparatif menggunakan uji Chi Square untuk variabel kategori dan uji t-test independent untuk variabel numerik. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(41)

Variabel Independen Variabel Dependen

o Umur

o Tingkat pendidikan o Paritas

o Dukungan

o Rencana persalinan o Pekerjaan

o Tingkat penghasilan o Pekerjaan suami o Status perkawinan

3.7. Batasan Operasional

- ibu hamil dengan usia kehamilan 37 - 40 minggu yang memeriksakan kehamilannya di poliklinik yang direncanakan partus spontan dan seksio sesaria.

- Karakteristik yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil yang meliputi : o Umur : umur ibu yang dinilai berdasarkan tahun

o Tingkat pendidikan : lama mendapat pendidikan formal dalam tahun o Paritas : jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu baik yang hidup

maupun yang mati.

o Dukungan : yang diberikan kepada seseorang yang dibutuhkan oleh ibu yang akan bersalin.

o Rencana persalinan : persalinan secara partus spontan pervaginam atau seksio sesaria

o Pekerjaan ibu : ibu yang memiliki aktifitas dan menghasilkan uang

o Tingkat penghasilan : jumlah penghasilan perbulan berdasarkan UMR (upah minimum regional)

o Pekerjaan suami : suami yang memilki aktifitas dan menghasilkan uang.

o Status perkawinan : berdasarkan pernikahan yang ditetapkan oleh Undang-undang pernikahan.

o Tingkat kesadaran compos mentis adalah tingkat kesadaran yang menggambarkan keadaan ibu hamil baik dan kontak yang adekuat.

o Tingkat kecemasan

(42)

o Kuesioner HAM-A ( Hamilton Anxiety Rating Scale) adalah sebuah kuesioner survei yang mengukur 14 kriteria kesehatan, meliputi : (1) Kecemasan, (2) Ketegangan, (3) Rasa Takut, (4) Insomnia, (5) kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengingat, (6) suasana hati Depresi, (7) Gejala - gejala Somatik Umum (Gejala – gejala Muscular), (8) Gejala- gejala somatik umum (Sensorik), (9) Gejala- gejala Kardiovascular, (10) Gejala- gejala pernafasan, (11) Gejala- gejala Gastrointestinal, (12) gejala-gejala Genitourinarius, (13) Gejala gejala otonom, (14) prilaku wawancara.

o Skor kecemasan adalah skor sebagai cut off point nya yaitu : < 14 = tidak ada cemas, 14 - 20 = ansietas ringan, 21 – 27 = ansietas sedang, 28 - 41 = ansietas berat,

(43)

3.8 Alur penelitian

Ibu hamil aterm

Subyek Penelitian yang direncanakan partus spontan pervaginam dan seksio

sesaria

Karakteristik ibu : - Umur

- Tingkat pendidikan - Paritas

- Dukungan - Pekerjaan

- Tingkat penghasilan - Pekerjaan suami - Status perkawinan - Rencana persalinan

Dilakukan pengukuran Skor kecemasan dengan kuesioner

HAM-A

Analisa data

(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik ibu hamil yang direncanakan Partus spontan pervaginam

Dari hasil penelitian, gambaran karakteristik responden ibu hamil yang direncanakan partus spontan pervaginam, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

4.1 Tabel distribusi data karakteristik ibu hamil yang direncanakan Partus spontan pervaginam

KARAKTERISTIK

IBU N% Mean SD

UMUR

- < 20 Tahun 3 (5,5%) 18,67 ,577

- 20-35 Tahun 40 (72,7%) 27,75 4,343

- > 35 Tahun 12 (21,8%) 38,17 1,467

Total 55 (100%)

TINGKAT PENDIDIKAN

- SD 3 (5,5%)

- SLTP 19 (34,5%)

- SLTA 24 (43,6%)

- PT 9 (16,4%)

Total 55 (100%)

PARITAS

Grande 2 (3,6%)

Multi 27 (49,1%)

Primi 26 (47,3%)

Total 55 (100%)

DUKUNGAN

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik dapat menentukan dan menerapkan bagian-bagian dalam teks pandangan, maksud, pendapat yang menjadi ide utama rincian langkah- langkah, rincian peristiwa, rincian

Adapun hasil skor kemahiran menyimak wawancara menggunakan media audiovisual siswa kelas VII sekolah menengah pertama negeri 12 tanjungpinang tahun pelajaran

Sedangkan metode yang digunakan untuk melihat pemaknaan dari penonton mengenai transgender adalah Reception Analysis yang dibagi menjadi tiga bentuk yaitu

Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai2. Bercerita pendek yang berisi

Tanda-tanda pelecehan fisik oleh orang tua atau pengasuh (childhelp.org, 2018): 1) Tidak dapat atau tidak akan menjelaskan cedera seorang anak, atau menjelaskannya dengan cara

Oksida-oksida ini sebenarnya mempunyai resistansi yang sangat tinggi, tetapi dapat diubah menjadi bahan semikonduktor dengan menambahkan beberapa unsur lain yang mempunyai

Nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat satu orang pemohon SKCK dalam sistem, baik permohon dalam antrian maupun dalam pelayanan atau sedang

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang tentang Teknik