• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Penyajian Data

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Pariwisata

Upaya pengembangan obyek wisata di Kabupaten Ponorogo tidak lepas dari kendala maupun hambatan. Dari penelitian penulis maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata. Faktor ini meliputi faktor pendukung dan penghambat.

a. Faktor Pendukung

1. Obyek Wisata Yang Terkenal dan Berkarakter

Reog Ponorogo yang sudah terkenal ikut mempengaruhi minat wisatawan untuk datang ke Ponorogo menikmati pertunjukan Reog. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Ibu Wiwik, Kepala Seksi Promosi dan Informasi Wisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo, dikatakan bahwa :

“...Kesenian Reog Ponorogo yang mempunyai ciri khas sudah dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi kebanggaan nasional. Kesenian Reog ini sebagai khasanah budaya daerah masyarakat Ponorogo dalam menunjang kebudayaan nasional yang harus dipelihara, dilestarikan dan dimajukan karena kesenian Reog merupakan aset nasional dan sudah menjadi agenda nasional dengan diadakannya Festival Reog tingkat nasional dan Festival Reog Mini yang pesertanya tidak hanya dari Kabupaten Ponorogo sendiri tetapi dari seluruh daerah di Indonesia. Dengan demikian dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke Kabupaten Ponorogo untuk menikmati pertunjukan Kesenian Reog Ponorogo. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor pendukung dalam pengembangan wisata budaya di Kabupaten Ponorogo. Karena dengan tingginya minat wisatawan untuk menyaksikan Kesenian Reog Ponorogo,

maka mampu memacu dan mendorong kreatifitas seniman dalam kiprahnya secara positif dalam berkesenian yang lebih terarah dan berkualitas....”. (Wawancara dengan Ibu Wiwik, Kepala Seksi Promosi

dan Informasi Wisata, Rabu 22 Juli 2009, pukul 08.00 wib).

Senada dengan pernyataan Bapak Suhardiman Darmawanto SH., Kepala Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo, juga menyatakan bahwa :

“...Obyek wisata alam Telaga Ngebel yang terletak di Kecamatan Ngebel merupakan daerah yang cukup sejuk. Daerahnya berdekatan dengan pegunungan dan mempunyai pemandangan dan panorama yang cukup menarik. Telaga Ngebel merupakan obyek wisata yang mempunyai pemandangan yang masih alami. Hal ini semakin menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya. Sedangkan wisata budaya yang menjadi kebanggaan Kabupaten Ponorogo yaitu kesenian Reognya sudah sangat terkenal di seantero negeri bahkan juga dikenal di dunia. Hal ini lebih mempermudah kita untuk mempromosikannya baik di dalam maupun ke luar negeri....”. (Wawancara dengan Bpk. Suhardiman

Darmawanto SH., Kepala Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata, Rabu 22 Juli 2009, pukul 08.30 wib).

2. Peran Pemerintah, Pengusaha, dan Masyarakat Lokal.

Adanya peran, bimbingan dan keterlibatan langsung dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga yang bekerjasama dengan pengusaha dan masyarakat lokal dalam mengembangkan pariwisata yang ada di Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu faktor pendukung dalam pengembangan pariwisata. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Bambang Kepala Seksi Rumah Makan, Minuman, Hotel/Penginapan, dan Bar Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo, yang menyatakan bahwa :

”...Peran dari pemerintah, pengusaha, dan masyarakat sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo. Karena dengan kerja sama yang baik dari mereka dapat menopang dunia kepariwisataan. Usaha yang kami lakukan antara lain berperan langsung dalam pelaksanaan event-event yang menjadi program kerja kami, mempromosikan pariwisata kami pada event-event tertentu, memfasilitasi para pengusaha rumah makan, hotel, dan makanan khas untuk mengembangkan usaha kepariwisataan dengan mengajak studi banding langsung ke luar kota, membantu dalam usaha promosi makanan

khas, dan lain sebagainya. Sedangkan peran dari masyarakat lokal adalah dengan ikut berperan dalam menciptakan Sapta Pesona Pariwisata (K7), meliputi keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan, dan kenangan...”. (Wawancara dengan Bpk. Bambang,

Kepala Seksi Rumah Makan, Minuman, Hotel/Penginapan, dan Bar, Rabu 22 Juli 2009, pukul 08.00 wib).

3. Undang-undang No.9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Bapak Suhardiman Darmawanto SH., Kepala Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo, beliau mengatakan bahwa :

“...Dengan diberlakukannya Undang-undang No.9 Tahun 1990 dapat mendorong Pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk menggali dan mengembangkan potensi daerah di sektor pariwisata. Pengembangan wisata Telaga Ngebel, Kesenian Reog dan Wisata kuliner menjadi alternatif yang mengarah pada pengembangan obyek dan daya tarik wisata sebagai kota tujuan wisata di Jawa Timur....”. (Wawancara dengan

Bpk. Suhardiman Darmawanto SH., Kepala Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata, Rabu 22 Juli 2009, pukul 08.30 wib).

b. Faktor Penghambat

1. Kualitas Sumber Daya Manusia

Salah satu faktor penghambat dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo adalah rendahnya Sumber Daya Manusia. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Bapak Suhardiman Darmawanto SH., Kepala Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo, beliau mengatakan bahwa :

“...Keberhasilan pengembangan kepariwisataan tentu tidak lepas dari aparat pengelola. Aparat pengelola yang memiliki kualitas yang baik tentu akan menunjang pengembangan. Sedangkan aparat pengelola obyek wisata yang ada di Dinas kami datang dari berbagai disiplin ilmu sehingga menyulitkan dalam penyatuan konsep dan pandangan. Oleh karena itu perlu ditingkatkan frekuensi pembinaan supaya dimasa mendatang dapat melaksanakan tugas secara lebih profesional...”. (Wawancara dengan

Bpk. Suhardiman Darmawanto SH., Kepala Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata, Rabu 22 Juli 2009, pukul 08.30 wib).

Hal di atas juga senada dengan pendapat dari pengelola usaha jenang dodol Teguh Raharjo, dikatakan bahwa :

”...Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan dari pekerja khususnya pekerja bagian produksi sangat berpengaruh pada kebersihan dapur dan proses produksi jenang dodol. Kalau untuk pekerja bagian produksi, kami hanya mengambil tenaganya saja tapi pengetahuan mereka tentang kebersihan masih minim dan kurang paham, jadi kami harus terus mengontrol proses produksinya agar tetap higienis. Tapi karena pekerja kami sebagian besar dari tetangga sendiri maka kami tidak bisa menekan mereka karena kami juga mempunyai misi memberdayakan masyarakat..”.

(Wawancara dengan Bapak Rudi, Pengelola Usaha Jenang Dodol Teguh Raharjo, Selasa 11 Agustus 2009, pukul 11.40 wib).

Pernyataan lain tetapi masih senada juga diungkapkan oleh Bapak Sarengat, warga setempat sekitar kawasan obyek wisata Telaga Ngebel yang mengatakan bahwa :

”...Yang menghambat pembangunan di Telaga Ngebel karena kemampuan masyarakat dan rendahnya Sumber Daya Manusia karena masyrakat sini kebanyakan hanya tamatan SD. Selain itu sikap masyarakat yang suka mempermainkan harga-harga barang atau makanan kepada pengunjung obyek wisata dengan harga yang lebih tinggi dengan harga biasanya di pasaran akan menjadi penghambat karena ini akan menjadi kesan buruk bagi wisatawan. Karena sikap masyarakat di sekitar lokasi obyek wisata akan menentukan image wisatawan yang datang berkunjung....”. (Wawancara dengan Bpk. Sarengat, warga setempat

sekitar kawasan obyek wisata Telaga Ngebel, Senin 27 Juli 2009, pukul 11.15 wib).

2. Keterbatasan Dana

Apapun jenis pengembangan yang dilakukan, pastilah memerlukan dana. Dana untuk pengembangan obyek wisata di Kabupaten Ponorogo masih mengalami kendala. Hal ini sepert hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bapak Suhardiman Darmawanto SH., Kepala Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo, beliau mengatakan bahwa :

“...Faktor lain yang menghambat pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo adalah kurangnya anggaran yang diterima dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo. Sulitnya pengalokasian dana bagi pengembangan pariwisata karena berbenturan dengan pengembangan beberapa sektor

lainnya. Namun alangkah baiknya apabila Pemerintah Kabupaten Ponorogo mengupayakan secara maksimal dana bagi pengembangan pariwisata sebab sektor ini memberikan prospek yang baik bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Ponorogo. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan PAD Kabupaten Ponorogo dari sektor pariwisata yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun....”.

(Wawancara dengan Bpk. Suhardiman Darmawanto SH., Kepala Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata, Rabu 22 Juli 2009, pukul 09.00 wib).

3. Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu usaha dalam pengembangan kepariwisataan yang ada di Kabupaten Ponorogo. Tetapi penyediaan sarana dan prasarana yang ada di tempat-tempat pariwisata di Kabupaten Ponorogo dirasa masih sangat terbatas dan perlu untuk ditingkatkan. Hal ini menjadi salah satu penghambat dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo. Senada dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala Bidang Jasa dan Sarana Wisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo, dikatakan bahwa :

”Sarana dan prasarana yang ada di obyek wisata alam Telaga Ngebel masih kurang mendukung, dan infrastruktur jalannya juga belum bagus. Bus besar belum bisa masuk, sebenarnya banyak investor yang tertarik tetapi pada akhirnya tidak mau masuk, karena lahannya milik perhutani jadi sulit berkembang, kalau milik masyarakat bisa diganti rugi. Selain itu infrastruktur jalan yang kurang memadai juga menjadi pertimbangan bagi investor, karena menghalangi wisatawan yang datang berkunjung dalam skala besar karena bus besar tidak bisa masuk”. (Wawancara dengan

Bapak Hadi Soenarto, Kepala Bidang Jasa dan Sarana Wisata, Rabu 22 Juli 2009, pukul 07.30 wib).

Dengan minimnya sarana dan prasarana yang ada di Telaga Ngebel berakibat tidak adanya investor yang mau untuk menanamkan modalnya dalam mengelola obyek dan mengembangkan obyek wisata Telaga Ngebel. Hal ini menjadi penghambat dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo. 4. Masalah Pemasaran

Sedangkan hambatan dalam mengembangkan usaha jenang dodol Teguh Raharjo antara lain terkait dengan masalah pemasarannya. Seperti hasil

wawancara yang dilakukan peneliti dengan pengelola usaha jenang dodol Teguh Raharjo, dikatakan bahwa :

”Jenang sini 95 % hanya dipasarkan dirumah, yang 5 % dititipkan ke toko-toko di di sekitar Ponorogo dan Madiun. Sebenarnya permintaan banyak misalnya dari mall di Madiun, tapi mintanya cuma sedikit jadi tidak kami kirim karena tidak seimbang dengan biaya transportasinya untuk mengirim ke Madiun. Selain itu masalah produksi karena keawetannya yang tidak tahan lama maka berpengaruh pada promosi dan pemasarannya”. (Wawancara dengan Bapak Rudi, Pengelola Usaha

Jenang Dodol Teguh Raharjo, Selasa 11 Agustus 2009, pukul 11.40 wib).

Dokumen terkait