• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Penyajian Data

2. Peran Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan

a. Penyediaan Sarana dan Prasarana Obyek Wisata di Kabupaten Ponorogo Penyediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu usaha dalam pengembangan kepariwisataan yang ada di kabupaten Ponorogo. Fasilitas penunjang wisata merupakan penunjang wisata yang mempunyai prospek untuk dikembangkan serta dibutuhkan untuk mendukung jenis kegiatan wisatanya. Penyediaan sarana dan prasarana wisata yang ada di kabupaten Ponorogo antara lain :

1. Penginapan/Hotel

Hotel merupakan sarana penginapan bagi para wisatawan yang sangat diperlukan keberadaannya untuk menunjang kegiatan kepariwisataan. Adapun jumlah sarana hotel yang ada di Kabupaten Ponorogo sebanyak 15 hotel. Daftar sarana hotel di kabupaten Ponorogo disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3

Data Hotel di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009

Harga No. Nama & Alamat

Hotel

Jumlah Kamar

Kelas Bintang

/ Melati Minimal Maksimal

Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 1. Ponorogo Permai Jln. Jend. Sudirman 117 50 Blm ada klasifika si hotel 52.500 255.000 Fan, AC, dan Bath Up 2. Kencana Dewi

Jln. Diponegoro 40 41 Blm ada klasifika si hotel 45.000 165.000 Fan, AC, dan Bath Up 3. Dirgahayu Jln. Soekarno Hatta 315 19 Blm ada klasifika si hotel 45.000 150.000 Fan, AC, dan Bath Up 4. Saa Nuansa Hotel dan

Saa Nuansa Graha. Jln. Sultan Agung 4 24 Blm ada klasifika si hotel 35.000 200.000 Fan, AC, dan Bath Up 5. La Tiban Jln.KH.A.Dahlan 62 12 Blm ada klasifika si hotel 70.000 225.000 Fan, AC

Harga No. Nama & Alamat

Hotel

Jumlah Kamar

Kelas Bintang

/ Melati Minimal Maksimal

Keterangan

1 2 3 4 5 6 7

6. Gajahmada

Jln. Gajahmada 56 44 Blm ada klasifika si hotel 55.000 300.000 Fan, AC, dan Bath Up 7. Wilis Ds.Gondowido, Ngebel 5 Blm ada klasifika si hotel 50.000 - Fan 8. Aman Jln. Soekarno Hatta 115 10 Blm ada klasifika si hotel 25.000 40.000 Fan 9. Indonesia Jln. Soekarno Hatta 206 14 Blm ada klasifika si hotel 25.000 35.000 Fan 10. Sentrum Jln. Soekarno Hatta 12 18 Blm ada klasifika si hotel 20.000 30.000 Fan 11. Pantes Jln. Diponegoro 85 20 Blm ada klasifika si hotel 30.500 45.000 Fan 12. Larasati Jln. Basuki Rahmad 14 15 Blm ada klasifika si hotel 15.000 25.000 Fan 13. Gembira

Jln. Gajahmada 4 18 Blm ada klasifika si hotel 15.000 25.000 Fan 14. Pesanggrahan Ds. Gondowido, Ngebel 7 Blm ada klasifika si hotel 40.000 60.000 Fan

15. Hotel Tlogo Rejo Ds. Gondowido, Ngebel 15 Blm ada klasifika si hotel 50.000 70.000 Fan

Catatan : Harga sewaktu - waktu berubah

Sumber Data : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo

2. Rumah Makan atau Restoran

Jumlah rumah makan atau restoran yang ada di kabupaten Ponorogo yang sudah memiliki ijin restoran berjumlah 49 unit rumah makan, restoran ataupun cafe yang menyajikan berbagai jenis masakan baik khas Ponorogo maupun masakan khas

daerah lain dan negara lain. Rumah makan, restoran ataupun cafe yang ada di kabupaten Ponorogo tersebar luas di beberapa tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan wisatawan. Daftar tentang jumlah rumah makan, restoran, dan cafe di kabupaten Ponorogo disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4

Data Rumah Makan, Restoran dan Cafe di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009

No. Nama Rumah Makan Alamat

1. Singgalang Jln. Gatot Subroto 31 2. Sami Lumayan Jln. Diponegoro 24

3. RM. Ramayana I Jln. KH. Ahmad Dahlan 108 4. Depot Maksih Jln. Jaksa Agung 36

5. Depot Madiun Jln. Jend. Sudirman 137 6. Depot Ingkung Jln. Diponegoro 121 7. RM. Familly Jln. Jend. Ahmad Yani 37

8. RM. Amad Jln. Thamrin 61

9. Café “GG” Jln. Batoro Katong 57

10. RM. Diponegoro Jln. Diponegoro 36 11. Café “Antero” Jln. Ir. Juanda 12. Café “Arjuno” Jln. Ki Ageng Kutu 13. Café “Barong” Jln. Basuki Rahmad 48

14. RM. Marwa Jln. Thamrin 28

15. Catering Lisa Jln. Basuki Rahmad 08 16. RM. Bu Roesmin Jln. Diponegoro 61

17. Café “Fans” Jln. Jend. Ahmad Yani 203 18. Café “Biglen” Jln. Baru Jeruksing

19. Café “Sifa” Jln. Baru Jeruksing 20. Café “Bintang” Jln. Raya Pacitan 21. Café “Juwita” Jln. Trunojoyo

22. RM. HBI II Jln. Raya Siman-Bajang 23. Café HBI I Jln. Raya Siman-Bajang 24. RM. Tirto Wening Jln. Soekarno Hatta 25. Depot Nasi Pecel Jln. Soekarno Hatta

26. RM. Padang Jln. Diponegoro 09

27. RM. Mitra Ds. Prayungan, Kec. Sawoo 28. RM. Nikki Mura Jl. J. A. Suprapto No. 106 29. Café “Warrock” Jln. Batoro Katong 88 30. Café “Diamore” Jln. Soekarno Hatta

31. Café “Raja” Jln. Bhayangkara-Ds. Carat, Kec. Kauman

No. Nama Rumah Makan Alamat 32. Cafe ”Terong” Jln. Batoro Katong No. 131 33. Cafe ”Amazon” Jln. Halim Perdana Kusuma-Kel.

Tonatan, Kec. Ponorogo

34. Catering Mega Rasa Jln. Halim Perdana Kusuma VI No.01 RT.02/RW .02-Kel. Patihan Kidul, Kec. Siman

35. Cafe ”Cherio” Jln. Urip Sumoharjo 52-Kel. Mangkujayan, Kec. Ponorogo 36. RM & Cafe ”Putri Finata” Jln. Raya Ngebel, Kec. Ngebel 37. Cafe ”Maharani” Jln. Diponegoro-Ds. Karangan, Kec.

Bungkal

38. RM. Marwa Jln. Soekarno Hatta 15-Kel. Mangkujayan, Kec. Ponorogo

39. Cafe ”Bagong” Jln. Yos Sudarso 66-Kel. Brotonegaran, Kec. Ponorogo

40. Cafe ”Fresh” Jln. Letjen Suprapto- Ds. Ronowijayan, Kec. Siman

41. RM. Aji Nikmat Jln. Soekarno Hatta 222-Kel. Banyudono, Kec. Ponorogo

42. Cafe ”Amanda” Jln. Sekar Putih Timur-Kel.Tonatan, Kec. Ponorogo

43. RM. Tirtosari Jln. Arif Rahmad Hakim-Kel. Kertosari, Kec. Babadan

44. Cafe ”Padis” Jln. Baru Jeruksing-Kel. Tonatan, Kec. Ponorogo

45. Cafe ”Republik” Jln. DI. Panjaitan 100-Kel. Purbosuman, Kec. Ponorogo

46. Cafe ”Chesta” Jln. Intan Gandini-Ds. Singosari, Kec. Babadan

47. RM. Surabaya Ds. Plalangan, Kec. Jenangan

48. Cafe ”Ondrowino” Jln. Ir. Juanda (Jeruksing)-Kel. Tonatan, Kec. Ponorogo

49. Cafe ”Satria” Jln. DI. Panjaitan 107-Kel. Purbosuman, Kec. Ponorogo

Sumber Data : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo

3. Sistem Transportasi a. Aksebilitas

Aksebilitas di Kabupaten Ponorogo cukup strategis yang terletak di jalur lintas antar Kabupaten. Jalur-jalur transportasi regional tersebut antara lain:

 Surabaya - Madiun - Ponorogo  Ponorogo - Trenggalek

 Ponorogo - Pacitan  Ponorogo - Wonogiri  Ponorogo - Magetan

Pada kondisi jalur lintas regional ini merupakan perkerasan aspal dan sistem hot mix.

b. Jaringan Jalan

Jaringan jalan di Kabupaten Ponorogo secara umum telah tersebar merata, dalam arti mencapai pusat-pusat kota Kecamatan. Pola transportasi yang terbentuk adalah pola jaringan jalan memusat. Dengan pola kondisi jaringan jalan demikian, diharapkan setiap bagian wilayah/kecamatan memiliki kesempatan untuk berkembang relatif sama, kecuali beberapa kecamatan yang berada di bagian pinggir akan cenderung lebih sulit dalam mengembangkan potensinya. Berdasarkan fungsi jalannya, jalan yang menghubungkan antar Kabupaten Ponorogo adalah jalan kolektor primer.

4. Fasilitas Transportasi

Fasilitas transportasi berupa angkutan umum, seperti bus, mini bus, dan angkutan pedesaan. Sedangkan fasilitas transportasi yang ada menuju kawasan wisata sekitar Telaga Ngebel adalah angkutan pedesaan (angdes). Selain itu dibutuhkan pengembangan terhadap sub-sub terminal di kecamatan-kecamatan yang mempunyai aksebilitas tinggi terhadap mobilitas manusia terhadap mobilitas manusia serta sirkulasi angkutan barang dan jasa.

5. Utilitas Kawasan a. Telekomunikasi

Jaringan telekomunikasi di kecamatan Ngebel dan Sooko sudah tersedia melalui pesawat telepon otomat. Pada kawasan wisata sekitar pegunungan Wilis juga sudah dilengkapi dengan jaringan telekomunikasi. b. Energi Listrik

Listrik di kawasan wisata sekitar pegunungan Wilis sudah tersedia. Hal ini dikarenakan pelayanan listrik di kabupaten Ponorogo sudah hampir merata, terutama di kota-kota kecamatan bahkan sebagian pusat-pusat desa. Pusat pembangkit tenaga listrik terdapat di Kecamatan Ngebel dan Sooko dengan kapasitas sekitar 2,75 MVA.

c. Air Bersih

Air bersih di kabupaten Ponorogo dipenuhi dari perpipaan air bersih yang dikelola oleh PDAM, HIPPAM melalui jaringan air bersih pedesaan, sumur gali, sumur pompa tangan (SPT) dalam maupun dangkal, dan penampungan air hujan (PAH).

Pada kawasan wisata sekitar pegunungan Wilis terlayani oleh HIPPAM di kecamatan Ngebel dan Sooko, dimana pelayanan HIPPAM di kecamatan Ngebel mencapai 6,2 % dari penduduk kecamatan. Sedangkan pemanfaatan sarana sumur gali, sumur pompa tangan, dan penampungan air hujan di kecamatan Ngebel dan Sooko hanya mencapai 1 %.

d. Drainase

Drainase di sekitar kawasan wisata pegunungan Wilis sudah baik. Hal ini dikarenakan kondisi kemiringan lereng cukup untuk mengalirnya air dari daerah pegunungan ke dataran yang lebih rendah. Selain itu kawasan wisata sekitar pegunungan Wilis merupakan sumber air (telaga dan air terjun), sehingga tidak terlalu membutuhkan drainase sebagai tempat penampungan air yang tidak terpakai.

a.1. Penyediaan Sarana dan Prasarana di Obyek Wisata Alam (Telaga Ngebel) Secara umum, kecamatan Ngebel merupakan daerah pegunungan yang relatif kurang subur dengan dengan kemiringan lahan sekitar 15-40 %. Kawasan ini termasuk kawasan di Kabupaten Ponorogo yang memiliki ketinggian tempat di atas 500 m di atas permukaan laut.

Obyek wisata Telaga Ngebel adalah suatu obyek wisata yang menggabungkan antara kesejukan alam dengan keindahan panorama alam telaganya yang masih alami.

Obyek wisata telaga Ngebel terletak di Desa Ngebel, Gondowido, Wagirlor, dan Desa Sahang Kecamatan Ngebel kurang lebih 28 km di sebelah timur Kota Ponorogo tepatnya di kaki Gunung Wilis, masyarakat di daerah ini menyebutnya dengan Telaga Wlingi. Telaga Ngebel merupakan salah satu obyek wisata andalan kabupaten Ponorogo.

Kondisi jalan yang menuju ke obyek wisata Telaga Ngebel sudah diaspal dengan baik dan dapat dilalui kendaraan roda 2 dan roda 4. Hanya saja jalan yang menuju ke lokasi wisata agak menanjak dan banyak belokan karena obyek wisata ini terlketak di daerah pegunungan. Sebagai suatu obyek wisata, Telaga Ngebel masih memerlukan perbaikan-perbaikan dan pengembangan, khususnya sarana dan prasarana, pengelolaan, maupun promosi.

Sarana dan prasarana yang sudah disediakan di obyek wisata Telaga Ngebel antara lain adalah penginapan/hotel, rumah makan, lapangan tennis, arena bermain anak-anak, panggung hiburan, kebun binatang mini, MCK, dermaga wisata, dll. Berdasarkan data primer yang diperoleh peneliti selama mengadakan penelitian, diketahui bahwa sarana dan prasarana yang ada di Telaga Ngebel disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 5

Data Sarana dan Prasarana di Telaga Ngebel Tahun 2009

No. Keterangan Jumlah

1. Musholla/Masjid 2

2. Penginapan 7

3. Rumah Makan Nila Bakar dan Goreng 14

4. Perahu Boat/Bus Air 3

5. Loket Penarikan Karcis 1

6. Arena Bermain Anak-anak 1

7. Panggung Hiburan 1

8. Kebun Binatang Mini 1

9. Permainan Outbond 1 10. MCK/Toilet 6 11. Gazebo 2 12. Dermaga Wisata 1 13. Toko/Kios 6 14. Warung Buah 8

15. Warung lainnya (pecel dan kopi) 20

16. Pedagang Asongan 15

17. Lapangan Tennis 2

18. Pandu Wisata 49 orang

19. Keramba 7 kelompok

Sumber Data : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kasie Obyek dan Daya Tarik Wisata pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga menyatakan bahwa :

”...Penyediaan sarana dan prasarana di Telaga Ngebel masih sangat terbatas dan perlu dikembangkan. Jika kami mendapat dana dari Pemkab kami akan terus meningkatkan penyediaan sarana dan prasarananya. Tapi semua prasarana yang telah ada disana masih dalam keadaan baik. Sedangkan yang menjadi masalah disana adalah fasilitas parkir yang belum disediakan lahan khusus karena masalah parkir sudah ditangani oleh Dinas lain, dalam hal ini Dinas Perhubungan. Maka kami tidak mengelolanya, karena itu sudah bukan wewenang kami lagi. Jadi para pengunjung wisata Telaga Ngebel parkir di sembarang tempat, biasanya di tepi telaga...”

Kemudian beliau juga menambahkan :

”...Kalau penginapan yang ada di Ngebel jumlahnya ada 7, itu adalah milik pemerintah daerah dan swasta. Penginapan milik pemerintah daerah cuma 1, namanya Putri Songgolangit. Sedangkan yang 6 lainnya milik swasta, namanya Wilis Indah, Sriti Indah, Asri, Tlogorejo,dan yang 2 lainnya belum ada namanya. Sedangkan perahu wisata yang ada di Ngebel ada 3, yang 2 milik Pemda dan satunya milik Dinas Pertanian yang bekerja sama dengan masyarakat Ngebel...”. (Wawancara dengan Bpk. Suhardiman, Kasie Obyek

dan Daya Tarik Wisata, Rabu 22 Juli 2009, pukul 11.15 wib).

Sedangkan dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan petani nila yang juga merupakan warga setempat sekitar obyek wisata Telaga Ngebel, dikatakan bahwa :

”...Di kawasan telaga ngebel sini ada petani nila mbak, smuanya ada 7 kelompok yang terdiri dari 134 orang. Jumlah petak keramba ada 866 buah, ukurannya kurang lebih 5 x 3,5 meter. Hasil dari keramba nila disini kebanyakan sudah habis dijual ke para pemilik warung makan nila bakar yang ada di sekitar telaga sini. Kadang para pemilik warung juga mempunyai keramba sendiri mbak. Sejak banyaknya warung makan disini, pengunjungnya juga tambah banyak. Ya...mereka kadang Cuma sekedar cari makan siang nila bakar kan juga ada nasi tiwul sambil nikmati udara Ngebel yang masih sejuk trus pulang. Tapi kalau bawa anak kecil kadang naik bus air juga mbak. Disini ada 3 perahu, yang 2 milik pemerintah dan yang satu kalau nggak salah punya Dinas Pertanian tapi kerjasama sama penduduk sini...”.

(Wawancara dengan Bpk. Kanon, petani keramba di Telaga Ngebel, Senin 27 Juli 2009, pukul 10.45 wib).

a.2. Penyediaan Sarana dan Prasarana Obyek Wisata Budaya (Kesenian Reog Ponorogo)

Kesenian Reog Ponorogo sebagai kesenian tradisional, penuh dengan nilai-nilai historis dan legendaris yang tumbuh dan berkembang sejak dahulu hingga sekarang bukan saja menjadi kebanggaan dearah melainkan menjadi kebanggaan nasional. Penyajian dan penampilan kesenian Reog Ponorogo dengan figure yang penuh batiniah dilapisi dengan magis yang merupakan perpaduan antara lahiriah dan batiniah secara serasi, seimbang dan tetap hidup berkembang dikalangan masyarakat Ponorogo.

Asal-usul Reog Ponorogo yang semula disebut ”Barongan” sebagai satire (sindiran) dari Demang Ki Ageng Kutu Suryongalam terhadap Raja Majapahit Prabu Brawijaya V (Bhree Kertabumi). Terwujudnya barongan merupakan sindiran bagi raja yang sedang berkuasa yang belum melaksanakan tugas-tugas kerajaan secara tertib, adil, dan memadai, sebab kekuasaan raja dikuasai atau dipengaruhi bahkan dikendalikan oleh permaisurinya. Budaya rikuh pakewuh sangat kuat dibenak masyarakat untuk mengingatkan atasannya. Oleh karena itu metode sindiran (satire) merupakan salah satu cara untuk mengingatkan atasannya secara halus.

Pola pendekatan dengan bahasa seni adalah merupakan media efektif dan efisien yang hasilnya akan berdampak positif penuh pengertian dan mendalam.

Ki Ageng Suryongalam menyadari bahwa sebagai bawahan tidak dapat berbuat banyak. Maka alternatif lain yang ditempuh terpaksa memperkuat dirinya dengan pasukan perang yang terlatih berikut para waroknya dengan berbagai ilmu kanuragan.

Berawal dari cerita inilah asal-usul Reog Ponorogo dalam wujud seperangkat merak dan jatilan sebagai manifestasi sindiran kepada Raja Majapahit yang dalam menjalankan roda pemerintahan dipengaruhi oleh permaisurinya. Raja dikiaskan sebagai harimau yang ditunggangi oleh merak sebagai lambang permaisurinya.

Pada masa kekuasaan Batoro Katong oleh Ki Ageng Mirah (pendamping setia Batoro Katong) dipandang perlu tetap melestarikan barongan tersebut sebagai alat pemersatu dan pengumpul masa yang efektif sekaligus sebagai media informasi dan komunikasi langsung dengan masyarakat.

Dengan daya cipta dan rekayasa yang tepat Ki Ageng Mirah membuat cerita legendaris, yaitu terciptanya Kerajaan Bantarangin dengan rajanya Klana Sewandana yang sedang kasmaran (Klana Wuyung). Hasil daya cipta Ki Ageng Mirah ini berkembang di masyarakat Ponorogo bahkan diyakini bahwa cerita itu adalah benar-benar terjadi.

Keberhasilan Batoro Katong dalam mengamankan wilayah Kerajaan Majapahit khususnya di wilayah Kadipaten Ponorogo dan berhasil pula menyiarkan agama Islam secara damai, maka dalam dhadhak merak ditambah satu tetenger

(Jawa) dengan seuntai merjan (tasbih) diujung paruh burung merak, sedangkan lambang ular yang sudah ada tetap utuh terpelihara. Perkembangan reog yang semakin digemari oleh masyarakat bagian wilayah Kerajaan Majapahit khususnya di Ponorogo tumbuh dan berkembang dimana-mana lengkap dengan warok dan gemblaknya.

Surutnya Reog Ponorogo dalam pentas seni terasa pada saat penjajahan Belanda dan kedudukan Jepang. Hal ini dipahami karena dengan seringnya berkumpul akan mengundang kecurigaan pemerintah penjajah dan akhirnya dilarang sama sekali mereka yang tidak mematuhi peraturan yang telah ditetapkan.

Kemunculannya kembali setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945. Namun sangat disayangkan karena dijadikan alat bagi organisasi politik pada masa itu. Akhirnya muncullah beberapa perkumpulan Reog Ponorogo seperti BREN (Barisan Reog Nasional), CAKRA (Cabang Kesenian Reog Agama), BRP (Barisan Reog Ponorogo), KRIS (Kesenian Reog Islam) dan sebagainya.

Upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo mendapatkan respon positif dari masyarakat, yang dalam realisasinya di setiap desa memiliki satu unit Reog dan dibangunkan salah satu sarana kegiatan berupa ”Padepokan Reog Ponorogo”. Di samping terwujudnya monumental Reog Ponorogo secara lengkap di setiap perbatasan kota sebagai gapura akbar bahkan sampai di tingkat desa dan kelurahan. Daftar rekapitulasi jumlah unit Reog tiap kecamatan di kabupaten Ponorogo disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 6

Rekapitulasi Jumlah Unit Reog Tiap Kecamatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008

No. Kecamatan Jumlah

1. Babadan 8 2. Badegan 3 3. Balong 6 4. Bungkal 15 5. Jambon 8 6. Jenangan 1 7. Jetis 7 8. Kauman 7 9. Mlarak 6 10. Ngebel 7 11. Ngrayun 4 12. Ponorogo 13 13. Pudak 4 14. Pulung 15 15. Sambit 13 16. Sampung 14 17. Sawoo 3 18. Siman 5 19. Slahung 10 20. Sooko 6 21. Sukorejo 9 Jumlah/Total 2008 164

Sumber Data : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo

Dari hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga, mengungkapkan bahwa :

”...Sarana dan prasarana Reog yang sudah kami sediakan antara lain seperangkat gamelan Reog, 2 unit dhadhak merak, seperangkat pakaian penari Reog yaitu Klono Sewandono 1 stel, jathil 10 stel, warok 10 stel, pembarong atau dhadhak merak 2 stel, bujang ganong 2 stel, dan pengrawit 12 stel. Semuanya dalam keadaan baik...”. (Wawancara dengan Bpk. Djudiono,

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh peneliti selama mengadakan penelitian diketahui bahwa peralatan Reog Ponorogo berjumlah 17, juga mengingatkan kita wajib menyembah kepada Allah dalam sehari 17 rakaat. Peralatan tersebut adalah :

1. Barongan : 1 buah

2. Topeng Klono Sewandono : 1 buah 3. Topeng Bujang Ganong : 1 buah 4. Topeng Patrajana : 2 buah 5. Eblek (jaranan) lazimnya : 2 buah

6. Kendang : 1 buah

7. Ketipung : 1 buah

8. Terompet : 1 buah

9. Kempul : 1 buah

10. Kethuk kenong : 2 buah

11. Angklung : 4 buah

Unsur-unsur pelaku yang mendukung setiap pementasan Reog Ponorogo adalah sebagai berikut :

1. Peran Warok Tua : 2 orang 2. Peran Warok Muda : 10 orang

3. Peran Jathilan : 2 orang

4. Peran Pujangga Anom : 1 orang 5. Peran Klono Sewandono : 1 orang 6. Peran Pembarong : 1 orang 7. Peran Patra Jaya dan Patra Tholo : 2 orang

a.3. Penyediaan Sarana dan Prasarana Wisata Kuliner (Sate Ayam Ponorogo dan Jenang)

Dalam perjalanan wisata, wisatawan tidak akan terlepas dengan makanan dan minuman. Begitu juga di Kabupaten Ponorogo juga memiliki makanan khas yang menjadi ciri khas daerah. Salah satunya adalah Sate Ayam Ponorogo yang sudah sangat terkenal. Selain sate ayam juga ada pecel Ponorogo, jenang dodol, dawet jabung, dan lain sebagainya.

Di dalam penyediaan sarana dan prasarana untuk wisata kuliner, Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo belum menyediakan sarana khusus. Tetapi makanan khas Ponorogo ini banyak dijumpai keberadaan di komplek sate ayam yang berada di Gang Sate Jalan Lawu Gang 1 Ponorogo, selain itu juga banyak yang berjualan di pinggir jalan bahkan ada juga yang berjualan keliling. Gang Sate Ponorogo merupakan komplek penjual sate ayam. Salah satu sate ayam yang sangat terkenal adalah sate ayam H. Tukri Sobikun. Usaha sate ayamnya juga dilengkapi dengan membuka rumah makan yang lengkap dengan musholla dan tempat parkir yang luas.

Selain sate ayam, makanan khas lainnya yang terkenal adalah jenang. Salah satu jenang yang terkenal adalah jenang Teguh Raharjo yang berada di Jalan Wibisono Kepatihan Kota Ponorogo. Jenang ini diberi nama sama dengan pemilik usahanya yaitu Teguh Raharjo. Sarana yang tersedia di tempat usahanya adalah sebuah toko dan prasarana lainnya meliputi alat-alat produksi dan mobil untuk belanja bahan dan pengiriman barang hasil produksi.

b. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata

Pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya merupakan upaya-upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata seperti misalnya kekayaan alam yang indah, keragaman tradisi dan seni budaya serta peninggalan dan purbakala. Apabila hal tersebut dipadukan dengan usaha jasa seperti biro perjalanan penyedia akomodasi dan transportasi yang memadai, akan memberikan hasil yang

optimal dan selanjutnya dapat memberikan sumbangan yang besar bagi penerimaan regional.

Ada 3 obyek dan daya tarik wisata yang dapat dibangun dan dikembangkan di Kabupaten Ponorogo yaitu obyek dan daya tarik wisata alam, sejarah, serta budaya. Wisata alam akan dikembangkan pada wilayah Kabupaten Ponorogo bagian timur, yang memiliki Kecamatan Jenangan, Ngebel, Sooko, dan Kecamatan Sawoo dengan obyek wisata goa, air terjun dan panorama pegunungan. Untuk Kabupaten Ponorogo bagian barat meliputi Kecamatan Sampung, Badegan, dan Kecamatan Jambon. Pada wilayah ini terdapat potensi yang akan dibangun dan dikembangkan yaitu air terjun, goa, dan hutan wisata. Sedangkan bagian selatan pada Kecamatan Bungkal dan Slahung, berupa panorama gunung dan mata air. Kabupaten Ponorogo bagian tengah didominasi oleh obyek dan daya tarik wisata sejarah serta budaya.

Dengan dibangun dan dikembangkannya obyek-obyek wisata, diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan regional antar kawasan wisata, dengan mengembangkan paket-paket wisata serta meningkatkan intervensi promosi keseluruhan kawasan wisata regional Jawa Timur, Nasional maupun mancanegara.

Konsentrasi pengembangan kepariwisataan Kabupaten Ponorogo ditumpukan pada obyek wisata alam dan sejarah serta budaya. Perkembangan dimasa mendatang diperkirakan akan mengikuti pola yang akan direncanakan.

b.1. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (Telaga Ngebel)

Telaga Ngebel tepatnya terletak di empat desa, yaitu Desa Ngebel, Wagirlor, Sahang, dan Gondowido. Obyek wisata Telaga Ngebel merupakan salah satu obyek

Dokumen terkait