TINJAUAN TEORI 2.1 Nifas atau Puerperium
2.1.4 Fisiologi Penyembuhan luka
2.1.4.1 Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
Beberapa faktor umum penyembuhan luka adalah gaya hidup dan
mobilisasi.Nutrisi adalah aspek yang paling penting dalam pencegahan dan
pengobatan pada luka.Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian
nutrisi pada tubuh.Pasien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak,
vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe dan Zn.Pasien dengan status nutrisi
kurang memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah
pembedahan.Asupan nutrisi yang mempengaruhi penyembuhan lukaUntuk
penyembuhan luka yang optimal diperlukan asupan protein, vitamin A dan C,
tembaga, zinkum, dan zat besi yang adekuat, yang dikelompokkan sebagai
berikut, Protein: terjadi peningkatan kebutuhan protein saat terjadinya luka,Peningkatan kebutuhan tersebut diperlukan untuk proses inflamasi, imun
dan perkembangan jaringan granulasi. Protein yang utama disintesis selama
fase penyembuhan luka adalah kolagen.Kekuatan kolagen menentukan
kekuatan kulit luka seusai sembuh.Protein mensuplai asam amino yang
dibutuhkan untuk perbaikan jaringan dan regenerasi, tubuh harus mempunyai
suplai protein sebanyak 100 gram per hari agar dapat menetralisir
penyembuhan luka dengan baik.Kekurangan protein dapat mempengaruhi
penyembuhan luka, kekurangan intake protein prabedah, secara signifikan
menunda penyembuhan luka pasca bedah. Kadar serum albumin rendah akan
menurunkan difusi oksigen dan membatasi kemampuan neutrofik untuk
Faktor lainnya adalah vitamin. Vitamin A diperlukan untuk sintesis
epitelisasi, vitamin C diperlukan untuk sintesis kolagen dan integrase kapiler,
vitamin-vitamin lainnya yang berperan adalah vitamin B dan K. Vitamin B:
vitamin B kompleks merupakan kofaktor sejumlah fungsi metabolic termasuk
penyembuhan luka.Vitamin K: vitamin K juga berperan dalam penyembuhan
luka. Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah
residu protein berupa asam glutamate (glu) menjadi gamma-karboksiglutamat
(gla).Gla disebut juga gla-protein.Gla protein dapat mengikat ion kalsium,
yang mana kinerja ini merupakan langkah yang esensial untuk pembekuan
darah.Ion kalsium berguna untuk mengaktifkan faktor
pembekuan.Kekurangan vitamin K menyebabkan faktor pembekuan tidak
aktif (darah tidak dapat menggumpal), sehingga menyebabkan perdarahan
pada luka (operasi) (Maryunani, 2014).
Mineral juga merupakan salah satu faktor dalam penyembuhan
luka.Mineral yang diketahui bermanfaat untuk penyembuhan luka ialah besi
dan seng yang diuraikan sebagai berikut.Zinkum/Zinc/Seng/Zn: seng juga
berperan dalam penyembuhan luka, dimana zinkum diperlukan untuk sintesis
epitelisasi, sintesis kolagen dan intgrasi kapiler.Zat Besi/Fe: zat besi
diperlukan untuk menghantarkan oksigen keseluruh tubuh, juga diperlukan
untuk pembentukan kolagen yang efektif. Defisiensi zat besi dapat
melambatkan kecepatan epitelisasi dan menurunkan kekuatan luka dan
kolagen.Besi berfungsi sebagai kofaktor pada sintesis kolagen, sehingga
Mobilisasi sangat penting dilakukan oleh ibu nifas post sectio.Tujuan mobilisasi dini post Sectio Caesaria, yaitu membantu proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan, untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas
luka sayatan setelah operasi Sectio Caesaria, mengurangi resiko terjadinya konstipasi, mengurangi terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot -
otot di seluruh tubuh, mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi darah,
pernafasan, peristaltik maupun berkemih (Carpenito, 2000). Faktor-faktor
yang mempengaruhi mobilisasi, menurut Potter dan Perry (2006), ada 3 faktor
yang mempengaruhi mobilisasi antara lain,Faktor Fisiologis: frekuensi
penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit, status
kardiopulmonar, status musculoskeletal, pada tidur, nyeri, frekuensi aktivitas
dan kelainan hasil laboratorium.Faktor Emosional:faktor emosional yang
mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati (mood), depresi, cemas,
motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. Faktor Perkembangan:
faktor perkembangan yang mempengaruhi mobilisasi adalah usia, jenis
kelamin, kehamilan, perubahan massa otot karena perubahan perkembangan,
perubahan sistem skeletal.Rentang gerak dalam mobilisasiterdapat tiga
rentang gerak yaitu,rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan
otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.Rentang gerak
aktif,hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
memperkuat otot – otot dan sendi dengan melakukan aktivitas yang diperlukan
(Carpenito, 2000).
Menurut Kasdu (2003), mobilisasi dini dilakukan secara bertahap.
Tahap-tahap mobilisasi dini pada post Sectio Caesaria yaitu, tahap 1: setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca Sectio Caesaria harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,
menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat
tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. Tahap 2:
setelah 6-10 jam, ibu diharuskan dapat miring kiri dan kanan mencegah
trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum dibantu, mengangkat
tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, dan menggeser badan. Tahap 3:
setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar duduk. Dapat
mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan,
latihan pernafasan serta makan dan minum tanpa dibantu. Tahap 4: setelah ibu
dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan. Dapat berjalan kekamar mandi,
melakukan aktivitas ringan, dan kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Indikator pemulihan post sectio caesaria dengan mobilisasi. Pada hari ketiga sampai kelima setelah operasi ibu diperbolehkan pulang ke rumah
apabila tidak terjadi komplikasi.Perkembangan kesembuhan ibu Pasca Sectio Caesaria dapat dilihat dari hari kehari.Hari kedua setelah operasi ibu berusaha buang air kecil sendiri tanpa bantuan kateter, dan melakukannya di kamar
mandi dengan dibantu suami atau keluarga. Hari ketiga umumnya ibu baru
sembelit. Pada hari keempat lokia pada ibu pasca sectio caesarea normalnya 2 kali ganti doek/ hari, perubahan ini menunjukkan bahwa rahim berkontraksi
yaitu mengalami proses untuk kembali ke kondisi dan ukuran yang normal.
Pada hari kelima fundus uteri berada pada pertengahan pusat simfisis dan hari
ketujuh setelah operasi luka bekas sayatan mengering (Kasdu, 2003).
Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi seperti, peningkatan suhu
tubuh, Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah
tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari gejala
infeksi adalah peningkatan suhu tubuh. Perdarahan yang abnormal,dengan
mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka
resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi
membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.Involusi uterus yang
tidak baik, tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat
pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya
kontraksi uterus (Fauzi, 2007).
2.2 Kebiasaan Melakukan Pantangan