• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORI 2.1 Nifas atau Puerperium

2.1.1 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi fundus

uteri berada kurang lebih di pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau

posterior saling menepel dengan ketebalan 4-5 cm. uterus pada masa nifas tampak

lebih pucat dibandingkan pada masa hamil berwarna ungu kemerahan.dua hari

kemudian, besar uterus kurang lebih masih sama dan kemudian mengerut,

sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak

dapat lagi diraba diatas simfisis. Berikut tabel perubahan uterus setelah

melahirkan (Pritchard, MacDonald & Gant, 1991).

Involusi TFU Berat

Uterus Diameter bekas melekat plasenta Keadaan Servik Setelah plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/lunak 1 minggu Pertengahan antara pusat dan simphisis 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui dua jari 2 cm

2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat

dimasuki satu jari

1 cm

6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit

Tabel 2.1 perubahan uterus setelah melahirkan

Menurut Kenneth (2009) dalam Ikhtiarinawati dan Dwi (2013), proses

penurunan TFU dikatakan cepat jika pada hari pertama nifas TFU >1 jari

dibawah pusat dan pada hari ke-3 berada >3 jari dibawah pusat. Dikatakan

normal jika pada hari pertama TFU 1 jari dibawah pusat, dan pada hari ke-3

TFU 3 jari dibawah pusat.Tapi dikatakan lambat jika pada hari ke-1 TFU

berada <1 jari dibawah pusat, dan pada hari ke-3 TFU setinggi <3 jari dibawah

pusat.

Laju penurunan ketinggian fundus adalah sedikit lebih besar dari satu

penting, dokter harus terus diinformasikan jika ditemukan perlambatan yang

jelas, khususnya jika hal itu disertai penurunan lokea atau retensi bekuan

darah.Pengukuran tinggi uterus sebaiknya dilakukan setelah kandung kemih

dikosongkan, karena kandung kemih yang penuh meningkatkan ketinggian

uterus (Reeder & Martin, 1997).

Hal ini adalah indikasi-indikasi menunjukkan involusi tidak

berlangsung dengan baik, seperti ukuran uterus tidak mengecil secara

progresif, kontraksi uterus tetap lemah (lunak), nyeri atau ketidaknyamanan

pelvis menetap, perdarahan berat yang menetap (Reeder & Martin, 1997).

Pada involusi plasenta, permulaan nifas bekas plasenta mengandung

banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus.Luka bekas

implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya

dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan

luka.Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar

pada dasar luka (Padila, 2014).

Lokea adalah cairan secret yang keluar pada postpartum.Ia

mengandung darah dari lokasi plasenta, partikel desidua nekrotik, dan mukus.

Lokea normalnya memiliki bau seperti daging mirip cairan menstruasi.Ia

dikenali dengan warna, jumlah, durasi, berperan dalam penyembuhan di lokasi

plasenta. Kuantitas lokea berkurang secara drastis dan menjadi sedang dan

kemudian berkurang. Lokea terberat selama satu hingga dua jam pertama

darah kecil. Cairan vagina pucat dan menjadi merah muda hingga kecoklatan

setelah 3 hari, dinamakan lokea serosa.Lokea serosa tidak mengandung

bekuan darah. Dalam 10 hari postpartum, discharge vagina menjadi kuning

hingga keputihan, dinamakan lokea alba. Lokea alba dapat berlangsung,

rata-rata, 3 minggu postpartum (Burroughs & Leifer, 2001). Kuantitas lokea

bervariasi pada individu, namun umumnya lebih besar pada multipara. Seperti

yang diperkirakan bahwa ketika ibu bangun dari tempat tidur untuk pertama

kali dapat ditemukan peningkatan yang jelas dalam jumlah discharge (Reeder

& Martin, 1997).Bau lochea normal adalah seperti bau darah menstruasi (amis) dan jumlah lochea normal 240 - 270 cc. hal penting yang perlu diingat

bahwa semua daerah yang keluar pervaginam tidak selalu merupakan lochea.

Hal lain yang merupakan sumber pendarahan pervaginam setelah melahirkan

adalah adanya laserasi serviks atau adanya robekan pada vagina (Bobak,

2005).

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,

biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis

yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir

berangsur-angsurmengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang

menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor.Untuk

memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan

(Padila, 2014).

Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada

menyebabkan pelepasan plasenta.Selain itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah

perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi

menstimulasi ekskresi oxytoxin dimana keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah plasenta lahir, sirkulasi HCG,

estrogen, progesterone dan hormone laktogen plasenta menurun cepat,

keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas (Padila, 2014).

Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi dan

glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang

produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan

pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar

prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 postpartum dan penurunan ini

mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada

ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesterone dalam

kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi

(Padila, 2014).

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu

ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik dan

bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yang baru saja melahirkan

bayinya. Pada hari ke-3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri.

Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau aerola mammae dipijat,

air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang

dikonsumsi ibu (Padila, 2014).

2.1.2 Kebutuhan Dasar Ibu Selama Masa Nifas

Dokumen terkait