• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORI 2.1 Nifas atau Puerperium

2.1.2 Kebutuhan Dasar Ibu Selama Masa Nifas .1 Nutrisidan Cairan

Sesaat setelah melahirkan, setelah beberapa jam tanpa makanan dan

cairan, ibu akan menunjukkan hasrat untuk makan. Kecuali ia telah mendapat

anestesi umum atau sedang mual. Biasanya tidak ada kontraindikasi untuk

memberikan asupan.Ibu pada umumnya menikmati diet normal (Reeder &

Martin, 1997).Masalah diet pada masa nifas perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu

dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu,

bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan

(Saleha, 2009).

Dua faktor yang di pikiran ketika mempertimbangkan diet ibu adalah

menyediakan nutrisi umum bagi ibu dan menyediakan cukup untuk menyuplai

kalori tambahan dan nutrisi yang dibutuhkan selama laktasi. Jika kebutuhan

nutrisi ini disediakan, penyembuhan ibu akan lebih cepat, kekuatannya akan

pulih lebih cepat, dan kualitas serta kuantitas ASI akan lebih baik. Ibu juga

akan lebih resisten terhadap infeksi (Reeder & Martin, 1997). 2.1.2.2 Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini memiliki nilai pendukung kesehatan bagi ibu yang baru

melahirkan.Dengan peningkatan latihan, sikulasi distimulasi sehingga

pencernaan meningkat, oleh sebab itu menurunkan komplikasi kandung kemih

untuk kateterisasi.Distensi abdomen dan konstipasi semakin jarang muncul

(Reeder & Martin, 1997).

Jika ibu yang telah dianestesi yang terhantar sampai pada duramater,

ibu harus berada dalam posisi terlentang selama delapan jam pertama. Banyak

dokter merasa bahwa mempertahankan posisi ibu datar di tempat tidur selama

jam tersebut membantu mencegah timbulnya nyeri kepala postspinal, karena

nyeri kepala ini disebabkan dan dipicu ketika posisi kepala ditinggikan. Nyeri

kepala postspinal diduga disebabkan kebocoran cairan spinal melalui lubang

tusukan di duramater dan akibat penurunan volume dan tekanan cairan

serebrospinal.Untuk itu, mempertahankan posisi pasien terlentang setelah

lubang tusukan ditutup dan menyuplai ibu untuk memakai cairan (untuk

mempercepat pergantian cairan) dapat membantu mengatasi kondisi ini.

Mayoritas ibu-ibu sehat didorong untuk bangkit dari tempat tidur dalam empat

hingga delapan jam (Reeder & Martin, 1997).

Saat pertama ibu bangkit dari tempat tidur, dia akan merasa pusing

sebentar sebelum benar-benar bangkit. Kemudian biasanya dia dapat berjalan

beberapa langkah dari tempat tidur dan duduk di tempat duduk untuk

sesaat.Setelah berhasil melakukannya, ibu dapat meningkatkan aktivitas secara

bertahap. Ibu yang baru melahirkan membutuhkan seseorang untuk

membantunya bangkit dari tempat tidur dan menemaninya ketika ia hendak ke

kesakitan. Penting sekali bagi perawat untuk menjelaskan tujuan ambulasi dini

pada ibu dan menolong mereka untuk belajar bagaimana mendapatkan

kombinasi yang efektif dari duduk, berjalan dan berbaring di tempat tidur

(Reeder & Martin, 1997). 2.1.3 Sectio Caeserea

Sectio caesarea, atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut (laparotomy) dan dinding uterus (histerectomi). Defenisi

ini tidak termasuk melahirkan janin melalui rongga perut (Pritchard, MacDonald

& Gant, 1991).

2.1.3.1 Indikasi

Indikasi-indikasi sectio caesarea secara rinci terdapat di dalam bagian dimana dibicarakan komplikasi-komplikasi pada ibu atau janin yang

memerlukan tindakan seksio sesarea. Secara umum, sectio caesarea

dilaksanakan dalam keadaan dimana penundaan kelahiran akan memperburuk

keadaan janin, ibu atau keduanya, sedangkan kelahiran pervaginam tidak

mungkin dilakukan dengan aman (Pritchard, MacDonald & Gant, 1991).

2.1.3.2 Perawatan Post Sectio Caesarea

Perawatan ibu sectio dalam pemberian obat yaitu pemberian

Analgesia. Untuk wanita dengan ukuran sedang, diberikan meperidine 75 mg

intramuskular tiap 3 jam apabila diperlukan untuk mengatasi rasa nyeri, atau

dengan mor[hine 10 mg. Jika ibu kurus cukup meperidine 50 mg atau jika

paling sedikit 4 jam yang meliputi tekanan darah, nadi, produksi urine, jumlah

perdarahan dan keadaan fundus uteri. Setiap kelainan harus dilaporkan.Setelah

itu, untuk 24 jam pertama, pemerikaan tersebut dilakukan tiap 4 jam termasuk

pula suhu badan (Pritchard, MacDonald & Gant, 1991).

Jika terdapat kekurangan cairan ekstraseluler (diuretika, pantang

garam, muntah, panas tinggi, partus lama tanpa pemberian cairan yang

adekuat), pada puerperium ditandai dengan ekskresi cairan, yang tertimbun

dan menjadi berlebihan selama kehamilan, sejak terjadinya kelahiran.Selain

itu, pada seksio sesarea tidak terjadi penimbunan cairan dalam dinding atau

lumen usus, kecuali jika dilakukan pemasangan kasa abdomen untuk

menyingkirkan usus dari lapangan operasi atau terjadi peritonitis. Karena itu,

pada wanita yang mengalami sectio caesarea jarang sekali terbentuk kompartemen cairan. Sebaliknya, wanita tersebut secara normal memulai

operasi dengan trimester tiga yang didapat selama kehamilan, yaitu edema

kehamilan fisiologis yang kemudian dimobilisasi dan diekskresi setelah

kelahiran.Karena itu, cairan intravena yang diperlukan untuk penggantian

cairan ekstraseluler selama dan setelah operasi tidak banyak. Umumnya, 3

lcairan termasuk larutan Ringer Laktat, cukup adekuat selama operasi dan 24

jam pertama setelah operasi. Tetapi jika urine dibawah 30 ml perjam,

penderita harus segera dievaluasi ulang.Penyebab oliguria dapat meliputi

mulai dari perdarahan yang tidak terduga sampai efek antidiuretik pemberian

operasi.Bila belum, maka cairan intravena harus dilanjutkan.Pada hari kedua

setelah operasi, sebagian besar wanita telah dapat menerima diet biasa

(Pritchard, MacDonald & Gant, 1991).

Perawatan kandung kemih dan usus. Kateter pada umumnya dapat

dilepas 12 jam setelah operasi. Kemampuan mengosongkan kandung kemih

harus dipantau seperti pada kelahiran pervaginam sebelum terjadi distensi

yang berlebihan.Bising usus biasanya belum terdengar pada hari pertama

setelah operasi, mulai terdengar pada hari kedua dan menjadi aktif pada hari

ketiga.Rasa mulas akibat gas usus karena aktifitas usus yang tidak

terkoordinasi dapat mengganggu pada hari kedua dan ketiga setelah operasi.

Pada umumnya, pemberian suppositoria per rektal akan diikuti degan defekasi,

bila belum berhasil dilakukan dengan pemberian enema (Pritchard,

MacDonald & Gant, 1991).

Pada sebagian besar kasus, pada hari pertama setelah operasi, ibu nifas

harus turun sebentar dari tempat tidur dengan dibantu, paling sedikit dua

kali.Mobilisasi dapat diatur sedemikian rupa sehingga analgesia yang baru

diberikan dapat mengurangi rasa sakit. Pada hari kedua setelah operasi, ibu

nifas dapat berjalan kekamar mandi dengan bantuan. Dengan mobilsasi dini,

thrombosis vena dan emboli paru jarang terjadi.Pada perawatan luka, harus

diperiksa setiap hari.Biasanya, jahitan kulit (atau klips kulit) dilepas pada hari

keempat setelah operasi.Pada hari ketiga, penderita dapat mandi tanpa

Dokumen terkait