• Tidak ada hasil yang ditemukan

6) The Liang Gie

2.7 Farmasi sebagai Profesi

Farmasi sebagai ilmu juga meliputi pelayanan obat secara professional. Istilah professional saat ini semakin dikaburkan karena banyak digunakan secara salah kaprah. Semua pekerjaan (job, vacation, occupation) dan keahliah (skill) dikategorikan sebagai profesi, demikian pula istilah professional sering digunakan sebagai lawan kata amatir.

Apa yang dimaksud dengan profesi?

Profesi adalah sekolompok disiplin dari individu yang mematuhi standar etika dan menjunjung diri dan diterima oleh masyarakat. Individu dalam kelompok memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus yang diakui secara luas dari hasil pembelajaran melalui penelitian, pendidikan, dan pelatihan pada tingkat tinggi. Ada tiga karakteristik umum yang umumnya dimiliki dan diakui sebagai profesi:

1. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan khusus yang disediakan oleh lembaga/institusi perguruan tinggi profesional selama jangka waktu membekali mahasiswa secara profesional dengan pengetahuan dan keterampilan khusus untuk praktek profesinya. Selain itu, mahasiswa profesional belajar sejarah, sikap, dan etika profesi. Para lulusan nantinya juga harus menerima tugas dan tanggung jawab menjadi seorang profesional. Sebelum diizinkan melakukan praktek dalam profesinya, lulusan farmasi harus tunduk peraturan negara dan dinyatakan lulus ujian kompetensi. Hal ini untuk menyakinkan masyarakat bahwa pemohon memenuhi persyaratan minimum untuk melakukan praktek profesi.

2. Ukuran Keberhasilan (Measure of Success)

Keberhasilan dalam profesi didasarkan pada layanan yang dibutuhkan oleh masyarakat, yang profesional biasanya menerima bayaran. Namun, hadiah utama bagi seseorang profesional sejati adalah dalam memberikan pelayanan kepada klien, yang terpenting dan perlu diingat bahwa dalam pelayanan kesehatan, klien adalah pasien (dimana pasien dalam kondisi tertentu kadang tidak berfikir logis lagi, yang terpenting bisa sembuh). Fokus praktek apoteker dalam hal melakukan pekerjaan kefarmasian harus berorientasi pada pasien dan kebutuhan pasien. Konseling pasien tanpa kompensasi keuangan telah menjadi bagian dari praktik farmasi sejak awal.

3. Assosiasi

Sebagai profesi, setiap anggota bekerja sama dengan anggota lain dan anggota profesi lainnya. Salah satu mekanisme untuk hubungan dekat adalah membentuk assosiasi mulai pada tingkat berdasarkan wilayah misalnya tingkat cabang (kabupaten), tingkat daerah (Provinsi), tingkat nasional (Pusat), tingkat regional Asia, tingkat Benua, dan tingkat Dunia. Anggota

jaringan dengan satu sama lain, bekerja

mengembangkan atau meningkatkan standar profesi, dan menghadiri sesi pendidikan atau pertemuan ilmiah berkala untuk meningkatkan keterampilan atau mempelajari metode baru.

Apoteker memiliki banyak tingkatan organisasi profesional seperti yang disebutkan diatas (untuk lebih

jelasnya akan dibahas pada bagian bab 10 ) sebagai wadah untuk dapat saling berbagi informasi dengan satu sama lain tanpa ragu-ragu yang merupakan salah satu kekuatan dari profesi farmasi terutama sebagai apoteker.

Menurut Hughes, E.C.: “Profession pofess to know better

than other the nature of certain matters, and to know better than their clients what ails them or their affairs”. Definisi ini

menggambarkan suatu hubungan pelayanan antar-manusia, sehingga tidak semua pekerjaan atau keahlian dapat dikategorikan sebagai profesi. Menurut Schein, F.H. “The

profession are a set of occupation that have developed a very special set or norms deriving from their special role in society”.

Definisi ini menggambarkan bahwa suatu pekerjaan atau keahlian dapat dikatakan sebagai profesi jika pekerjaan tersebut membutuhkan keahlian khusus atau norma-norma dari peran khusus dalam masyarakat yang tidak dimiliki oleh orang lain. Kelompok profesi dapat dibedakan dari yang bukan profesional menurut kriteria berikut:

1. Memilih pengetahuan khusus, yang berhubungan dengan kepentingan sosial. Pengetahuan khusus ini dipelajari dalam waktu yang cukup lama untuk kepentingan masyarakat umum.

2. Sikap dan perilaku professional. Seorang professional memiliki seperangkat sikap yang mempengaruhi

perilakunya. Komponen dasar sikap ini ialah

mendahulukan kepentingan orang lain (altruisme) di atas kepentingan diri sendiri. Menurut Marshall,

seorang professional bukan bekerja untuk dibayar, tetapi ia dibayar supaya ia dapat bekerja.

3. Sanksi sosial. Pengakuan atas suatu profesi tergantung

pada masyarakat untuk menerimanya. Bentuk

penerimaan masyarakat ini ialah dengan pemberian hak atau lisensi oleh Negara untuk melaksanakan praktek

suatu profesi. Lisensi ini dimaksudkan untuk

menghindarkan masyarakat dari oknum yang tidak berkompetensi untuk melakukan praktek professional. Apabila kriteria di atas diperinci lebih lanjut maka diperoleh sikap dan sifat sebagai berikut:

1. Profesi itu sendiri yang menentukan standar pendidikan dan pelatihannya.

2. Mahasiswa yang mengikuti pendidikan profesi tertentu harus memperoleh pengalaman sosialisasi menuju kedewasaan yang lebih intensif dibanding mahasiswa pada bidang pekerjaan lain.

3. Praktek profesional secara legal (menurut hukum) diakui dengan pemberian lisensi.

4. Pemberian lisensi dan dewan penilai dikendalikan oleh anggota profesi.

5. Umumnya peraturan yang berkaitan dengan profesi dibentuk dan dirumuskan oleh profesi itu sendiri. 6. Okupasi ini akan berkembang dari segi pendapatannya,

kekuasaan, dan tingkat prestise, sehingga dapat menetapkan persyaratan yang lebih tinggi bagi calon mahasiswanya.

7. Praktisi profesi secara relatif tidak dievaluasi dan dikontrol oleh orang awam.

8. Norma-norma praktek yang dikeluarkan profesi itu lebih mengikat dibanding kontrol legal.

9. Anggota profesi sangat erat terikat dan terafiliasi dengan profesinya dibanding dengan anggota okupasi lain.

10. Profesi ini biasanya merupakan terminal, dalam arti tidak ada yang akan beralih ke profesi lain.

Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup

pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan, aksi

farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat dan sediaan obat. Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai.

Sebagian besar kompetensi farmasi ini diterjemahkan menjadi produk yang dikelola dan didistribusikan secara professional bagi yang membutuhkannya. Pengetahuan farmasi disampaikan secara selektif kepada tenaga professional dalam bidang kesehatan dan kepada orang awam dan masyarakat umum agar pengetahuan mengenai obat dan produk obat dapat memberikan sumbangan nyata bagi kesehatan perorangan dan kesejahteraan umum masyarakat.

Dokumen terkait