• Tidak ada hasil yang ditemukan

Periode Jaman Reformasi sampai Saat Ini

SEJARAH PERKEMBANGAN FARMASI DI INDONESIA

4.6 Periode Jaman Reformasi sampai Saat Ini

Setelah runtuhnya pemerintahan jaman orde baru digantikan oleh era Reformasi, kondisi dunia farmasi di Era Reformasi banyak mengalami perkembangan seiring dengan peningkatan dan perluasan bidang pekerjaan kefarmasian di luar negeri. Sejak di gaungkan istilah Pharmaceutical Care di luar negeri pada tahun 1980, namun baru mulai disuarakan pada awal tahun 2000 di Indonesia. Maka, pembenahan dimulai pada sistem pendidikan dimana kurikulum mulai di arahkan ke arah

patient-oriented dengan menambah mata kuliah

terapan/aplikasi terkait pelayanan kefarmasian.

Pengembangan kurikulum berbasis pharmacy practice juga semakin berkembang dengan adanya beberapa lembaga pendidikan yang membuka program studi farmasi klinik mulai dari level sarjana farmasi maupu sampai level pascasarjana. Selain itu, dengan dibentuknya asosiasi pendidikan tinggi farmasi indonesia disingkat APTFI yang mulai dibentuk pada tahun 2000 oleh wakil-wakil institusi pendidikan tinggi pada Kongres Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia atau disingkat ISFI (yang sekarang berubah menjadi ikatan apoteker indonesia atau disingkat IAI). Dengan harapan bahwa melalui asosiasi ini dapat terjalin komunikasi antara institusi pendidikan tinggi terutama dalam hal keseragaman standar minimal lulusan yang dihasilkan dan sekaligus sebagai wadah pembinaan bagi institusi yang masih tertinggal atau berkembang.

Pada bidang pemerintahan, sejak tahun 2005, sistem keuangan dan pasokan sistem publik untuk obat-obatan telah mengalami perubahan besar dimana faktor utamanya adalah desentralisasi sistem pemerintahan. Ini termasuk desentralisasi

pelayanan kesehatan masyarakat yang berada dibawah sistem pemerintahan tingkat pemerintah kabupaten sejak tahun 2001, pembentukan skema Askeskin/Jamkesmas untuk orang miskin, pemisahan Badan Pengawas Obat dan Makanan dari

kementerian kesehatan sebagai lembaga independen.

Menyebabkan kebutuhan tenaga farmasi semakin meningkat dari berbagai instansi (dinas kesehatan, puskesmas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah, dan instansi lain yang terkait).

Pada tahun 2013, sejak diberlakukan sistem Jaminan Kesehatan Nasional melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) masih menyisakan banyak masalah terkait peran dan fungsi apoteker secara professional. Pada sektor swasta, terutama apotek dan PBF juga mengalami banyak perubahan signifikan terkait peran apoteker dimana mulai diterapkan no

pharmacist no services.

Telah mulai diberlakukan sistem uji kompetensi apoteker sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah No. 51/2009 tentang pekerjaan kefarmasian yang bertujuan untuk menjamin kompetensi minimal apoteker siap bekerja, menyiapkan apoteker siap teregister, sebagai pegangan bagi apoteker, dan perlindungan hukum bagi masyarakat dan apoteker. Sertifikasi kompetensi profesi apoteker (disingkat SKPA) yang merupakan proses pemberian keterangan sebagai pengakuan oleh Ikatan Apoteker Indonesia sebagai organisasi profesi apoteker bahwa seorang apoteker dinilai telah memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan dan diterbitkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), berdasarkan Permenkes No. 889/2011 yang menyebutkan bahwa sertifikat kompetensi dikeluarkan oleh organisasi profesi. Sertifikat

kompetensi berlaku selama 5 tahun, setelah itu dapat diperpanjang apabila apoteker masih ingin melakukan praktek sebagai apoteker. Selain itu, sertifikat kompetensi akan digunakan sebagai syarat untuk menerbitkan surat tanda registrasi apoteker (STRA) yang dikeluarkan oleh Komite Farmasi Nasional (KFN) yang juga baru dibentuk oleh pemerintah dibawah kementerian kesehatan pada era reformasi ini.

Setelah memperoleh sertifikat kompetensi dan surat tanda registrasi apoteker (STRA), seorang apoteker sudah dinyatakan layak dan legal secara hukum untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia. Selain itu, juga bertujuan untuk keseragaman kompetensi dasar yang wajib dimiliki oleh lulusan apoteker dari berbagai perguruan tinggi sebelum melakukan pekerjaan kefarmasian dan juga yang terpenting adalah sebagai alat proteksi bagi serbuan tenaga-tenaga kefarmasian dari luar negeri untuk masuk bekerja di Indonesia.

Pada institusi pendidikan farmasi, hingga tahun 2016 terdapat sejumlah 28 perguruan tinggi yang berhak menyelenggarakan pendidikan apoteker. Pada tiap semester, tiap institusi menerima sebanyak 100 orang mahasiswa calon apoteker maka jumlah total apoteker baru setiap tahun adalah 5800. Dari total 127 prodi farmasi, terdapat total 46 program studi farmasi yang telah berakreditasi A dan B.

DIKTI mempersyaratkan akreditasi minimal B pada program S1 untuk penyelenggara pendidikan apoteker. Dengan demikian pada akhir tahun 2017 jika ijin penyelenggaraan selesai akan ada tambahan 17 institusi baru penghasil apoteker. Maka sejumlah 9200 apoteker baru akan lahir tiap tahun mulai tahun 2018. Sehingga rasio 1:2000 akan dipenuhi oleh 46

institusi pada 6-8 tahun ke depan termasuk dengan asumsi 10% apoteker memasuki masa pensiun. Dengan demikian jumlah apoteker setelah tahun 2025 mulai mengalami kejenuhan. Sehingga jumlah progdi S1 farmasi saat ini akan menjadi masalah pada dekade mendatang dan berpotensi melahirkan pengangguran.

Dengan demikian kebutuhan apoteker sudah tidak mendesak dari aspek kuantitas. Namun jaminan kualitas pendidikan farmasi dan pemenuhan tuntutan kompetensi terkini adalah isu besar saat ini. UU tenaga kesehatan, peraturan standar pelayanan farmasi, peraturan pekerjaan kefarmasian mengindikasikan apoteker adalah mitra tenaga medis.

Apoteker di klinik memiliki tuntutan kompetensi pemilihan obat terbaik untuk pasien termasuk dimungkinkan interaksi dengan pasien bersama klinisi. Adapun masalah-masalah pada sebaran bisa ditanggulangi jika pemerintah betul-betul memberlakukan masa bakti apoteker (PTT apoteker) di seluruh Indonesia. Sedangkan kebutuhan apoteker di sektor produksi juga tidak terlalu besar. Di Indonesia terdapat 241 industri farmasi, 465 industri obat tradisional (termasuk usaha mikro dan makro), dan 605 industri kosmetik (berdasarkan data dari Binfar Kemenkes, 2016) sehingga jumlah total apoteker yang bekerja di level produksi maksimal 4640 orang saja.

Kondisi kefarmasian dan pekerjaan kefarmasian di Indonesia akan dibahas lebih rinci pada bab selanjutnya terkait dengan pekerjaan kefarmasian..

4.7 Referensi

1 Kimin A., 2016. Sejarah Moh. Kamal – Apoteker Pejuang Kemerdekaan. Medisina. Edisi XXIV. Periode Januari – April 2016. Halaman 18-19.

2 Fathelrahman AI, Ibrahim MIM, & Wertheimer AI. 2016.

Pharmacy Practice in Developing Country. Achievements and Challenges. Penerbit: Academic Press Elsevier.

Amsterdam. Boston. Heilelberg. London. New York. Oxford. Paris. San Diego. San Francisco. Singapore. Sydney. Tokyo.

3 Rumate FA. 2004. Kajian Pustaka Farmasi. Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar

4 Homan PG, Hudson B, & Rowe RC. 2007. Popular

Medicines: An Illustrated History. Pharmaceutical Press.

London

5 Anonim. 2000. Sejarah Penemuan Vaksin. PT Bio Farma. Diakses pada tanggal 24 Desember 2016 di website: http://www.bumn.go.id/biofarma/berita/3146/Sejarah. Penemuan.Vaksin.CQ.Researcher

6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.

7 Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Keputusan Kongres Nasional XIII, N0.XIII/Kongres XIII/ISFI/1989 tentang Standar Profesi Apoteker dalam Pengabdian Profesi di Apotek.

8 Patra K. 1988. 60 Tahun Dr. Midian Sirait, Pilar-Pilar Penopang Pembangunan di Bidang Obat. Penerbit PT. Priastu. Jakarta.

9 Pane AH. 2000. Format Industri Farmasi Indonesia. Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia. Jakarta 10 Sirait M. 1995. Pengantar Buku Gema Peraturan

Pemerintah Tahun 1980 tetang Apotek. Direktorat

Jenderal POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

11 Razak DA. 2010. Perkembangan Farmasi di Eropa dan

Barat. Pusat Racun Negara. USM. Malaysia.

12 Razak, DA. 2009. Perkembangan Sejarah Awal Farmasi

Pengaruh Arab dan Islam. Pusat Racun Negara. USM.

BAB 5

Dokumen terkait