• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU FARMASI

3.2 Sejarah dan Moment Besar Perkembangan Farmasi

3.2.1 Zaman Pra-sejarah

3.2 Sejarah dan Moment Besar Perkembangan Farmasi

Sejarah moment besar dan perkembangan farmasi/ilmu farmasi dijelaskan secara ringkas berdasarkan sumber-sumber pustaka dari berbagai literatur sebagai berikut:

3.2.1 Zaman Pra-sejarah

Zaman pra-sejarah merupakan suatu zaman yang sangat awal, belasan maupun puluhan abad sebelum masehi. Alam lebih dahulu tercipta dari manusia, alam menyediakan berbagai sumber hayati, hewani serta mineral mineral serta zat kimiawi lainnya yang pada akhirnya akan dimanfaatkan oleh manusia. Pada masa zaman prasejarah (awal mula kehidupan) manusia dan penyakit adalah 2 hal yg berkait, dulu untuk mengobati penyakit mereka menggunakan insting dalam mengobati penyakit misal luka manusia membubuhkan daun-daun segar diatas luka, atau menutupinya dengan lumpur, mereka

melakukan pencarian obat secara acak, dan ini merupakan awal mula pengetahuan dan ilmu farmasi.

Selanjutnya penemuan arkeologi mengenai tulisan-tulisan mengenai farmasi yang terkenal adalah penemuan catatan-catatan/prasasti yang disebut 'Papyrus Ebers'. Prasasti ini merupakan suatu kertas yang berisi tulisan yang panjangnya 60 kaki (kurang lebih 20 meter) dan lebarnya 1 kaki (sekitar sepertiga meter) berisi lebih dari 800 formula atau resep, disamping itu disebutkan juga 700 obat-obatan yang berbeda antara lain obat yang berasal dari tumbuh tumbuhan seperti akasis, biji jarak (castrol), anisi, dan lain-lain, serta mineral seperti besi oksida, natrium bikarbonat, natrium klorida, dan sulfur. Dokumen ini ditemukan George Ebers, seorang ahli sejarah mesir berkebangsaan jerman dan sekarang dokumen ini disimpan di Universitas Leipzig, Jerman.

Pada zaman pra-sejarah, penyakit merupakan masalah yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Sakit/cacat adalah tantangan setiap peradaban. Strategi untuk memberi kepada hidup dan mati serta penderitaan, ribuan tahun yang lalu fungsi penyembuhan menempati posisi paling utama. Pada Masyarakat Paleolistic, pada saat itu penduduk sedikit, tempat tinggal terisolasi, mobilitas rendah. Hal ini dianggap dapat melindungi diri dari penyakit. Namun, pada kenyataannya kekurangan nutrisi, kehidupan berpindah-pindah dan gangguan dari hewan buras kemungkinan penyebab utama kematian. Pada Zaman Neolitic, transisi dari kebiasaan mengumpulkan makanan ditambah dengan memproduksi makanan, hal ini mengakibatkan jumlah penyakit bertambah, sebab manusia dan hewan peliharaan hidup berdekatan, kekurangan jenis makanan

serta suplai makanan yang tidak stabil, masalah kebersihan yang berkaitan dengan limbah dan pembuangan. Pada saat itu kecelakaan, luka perang, gigitan serangga, gangguan percernaan kurang berarti. Sistem pengobatan pada masa itu berdasarkan empiris, obat tradisional, pembalut luka, pembatasan makanan. Praktek ini berdasarkan pada uji coba teknik dan resep yang sangat bermanfaat disebarluaskan dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi sebagai bagian dari adat istiadat. Di lain pihak penyakit yang datang tiba-tiba dan serius dianggap sebagai kekuatan supranatural, sebagai hukuman, serta menimbulkan rasa takut dan kecemasan. Pengobatan untuk kekuatan supranatural, masyarakat memilih dukun/tabib untuk melindungi masyarakat dari gangguan mahkluk halus, menjelaskan penyebab dan mengidentifikasi unsur penyakit, menghilangkan atau menetralisir efek penderita.

Dari awal mula kehidupan manusia, farmasi telah muncul sebagai the proud profession yang berawal sebagai pengetahuan sederhana dan terpencil. Perkembangannya paralel dengan manusia. Manusia purba (di ilustrasikan pada

Gambar 1) belajar dari naluri, dari pengamatan burung dan

binatang lain, air dingin, daun, kotoran atau lumpur yang merupakan penggunaan utamanya untuk berfungsi sebagai obat menenangkan pertamanya. Melalui percobaan sederhana, mereka belajar untuk dapat mengobati sesama mereka, yang akhirnya pengetahuan itu diterapkan untuk kepentingan orang lain. Meskipun metode manusia gua ini yang masih sangat sederhana, banyak obat-obat saat ini muncul dari sumber yang sederhana dan dasar sebagai orang yang berada dalam jangkauan manusia purba.

Teori mengenai penyakit pada zaman pra-sejarah antara lain Disease Object Intrusion, Soul Loss, Spirit Intrusion, Breach

of Taboo, masing-masing mempunyai cara pengobatan

tersendiri. Praktek tersebut merupakan Phenomena sosial, rasa nyaman secara psikologis.

Gambar 2.1 The Pharmacy Before the Dawn of History 3.2.2 Zaman Kuno

a. Farmasi pada Zaman Mesir Kuno

Zaman Mesir Kuno telah melaksanakan praktek kefarmasian terpisah dengan kedokteran, pada masa itu tidak ada istilah farmasi atau dokter. Meskipun tanggal kedokteran Mesir memperkirakan sekitar 2900 SM, yang paling dikenal dan catatan farmasi yang paling penting adalah “Papyrus Eber” yang tercatat sekitar tahun 1500 SM, dengan koleksi 800 resep yang menyebutkan sekitar 700 jenis obat.

Gambar 2.2 Days of the Papyrus Ebers

Farmasi pada zaman Mesir Kuno dilakukan oleh dua atau lebih eselon atau orang yang berwenang yang terdiri dari pengumpul, peracik obat, dan “Chief of

Fabrication” (kepala produksi) atau head pharmacists.

Mereka diduga telah bekerja di “House of Life”. Dalam pengaturan seperti ini, “Papyrus Ebers” mungkin telah dibebankan kepada seorang juru tulis oleh seorang

pharmacists atau apoteker kepala sambil diarahkan

kegiatan peracikan di ruang obat.

b. Farmasi pada Zaman Babylonia Kuno

Babylonia (jewel of ancient Mesopotamia), sering disebut tempat lahirnya peradaban, memberikan catatan awal dikenal praktek seni apotek. Praktisi penyembuhan pada periode ini (sekitar 2600 SM) yaitu berupa imam, apoteker, dan dokter, yang semuanya dalam satu kesatuan pada individu tertentu. Catatan pengobatan pada clay tablets record untuk penanganan

pertama pada suatu gejala penyakit, resep dan arah untuk peracikan, dan doa kepada para dewa. Metode Babylonia kuno menemukan kesamaan metode di farmasi modern pada saat ini, medis, dan perawatan spiritual dari pasien/orang sakit.

Gambar 2.3 Ilustrasi Farmasi pada Zaman Babylonia Kuno

c. Farmasi pada Zaman Cina Kuno

Perkembangan Farmasi Cina menurut legenda, berasal dari Shen Nung (sekitar 2000 SM), kaisar yang mencari dan menyelidiki manfaat sebagai obat dari beberapa ratus herbal. Dia telah menguji khasiat dari sekian banyak herbal pada dirinya sendiri, dan orang pertama yang telah mencatat dalam “Pen T-Sao” atau disebut herbal asli sekitar 365 obat herbal. Kaisar tersebut juga masih disembah oleh para tabib (pengobat cina asli) sebagai dewa pelindung mereka. Kaisar dari

Shen Nung diperkirakan telah memeriksa banyak tumbuh-tumbuhan, kulit, dan akar yang diperoleh dari kebun, rawa, dan hutan yang masih diakui khususnya sebagai obat tradisional sampai saat ini. Diantara tanaman obat tersebut termasuk podophyllum, rhubarb, ginseng, starmoniun, kulit kayu manis, dan ma huang atau ephedra.

Gambar 2.4 Ilustrasi Farmasi pada Zaman Cina Kuno d. Zaman Yunani Kuno

- Hippocrates (450–370 SM) merupakan seorang

dokter yunani yang diberi penghargaan tinggi karena memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah, ia membuat sistematika dalam pengobatan, serta menyusun uraian tentang beratus-ratus jenis obat-obatan, ia juga dinobatkan sebagai bapak dari ilmu kedokteran. Konsep

penggunaan logika dan alasan untuk melakukan kajian medis menjadi awal dari obat observasional.

Dalam bidang kedokteran, Hippocrates

membuat gagasan mengenai empat cairan atau humor. Teori ini disebut teori humoral yang menyatakan bahwa, jika darah, empedu, empedu hitam, dan lendir yang seimbang, maka orang akan menjadi sehat. Jika darah merupakan humor

predominant, salah satu yang dikatakan memiliki

kepribadian yang optimis yang juga berarti berani dan penuh gairah. Jika terlalu banyak empedu, salah satunya akan menyebabkan cheloric yang berarti marah. Kepribadian melankolis/melancholic

personality yang berarti murung dan tertekan

karena dihasilkan akibat produksi empedu hitam secara berlebihan. Terlalu banyak lendir yang dihasilkan memiliki kepribadian apatis yang berarti lamban dan apatis. Meskipun sistem pengobatan seperti ini telah dijelaskan sejak lama terkait penjelasan mengenai kesehatan dan kepribadian, namun, istilah ini masih digunakan.

- Theophrastus (300 SM), diantara filsuf Yunani awal

terbesar dan ilmuan alam yang biasa disebut

“Father of Botany” atau Bapak Botani. Observasi

dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan kualitas medis dan kekhasan tumbuhan yang digunakan luar biasa akurat, bahkan dalam menjelaskan pengetahuan ini. Dia mengajarkan kepada murid-muridnya tentang potensi yang ada

disekitar mereka, belajar dari alam dengan mengamati apa yang ada disekitarnya. Seperti pada Gambar 2.5 terlihat di tangannya ia memegan sebuah cabang dari belladona, dibelakangnya adalah bunga delima, senna, dan gulungan naskah.

Gambar 2.5 Ilustrasi Father of Botany sedang mengajar murid-muridnya

- The Royal Toxicologist – Mithridates VI, juga

dikenal sebagai “Mithradates of Great” (Megas) dan Eupator Dionysius, menjadi raja Pontus dan sebagian Armenia di daerah Anatolia timur (sekarang Turki) sekitar tahun 120-63 SM. Mithridates dikenang sebagai musuh yang tangguh dan paling sukses dari Republik Romawi. Yang melibatkan tiga jendral terkemuka dari pasukan Romawi di akhir perang Mithridatic yaitu Lucius Cornelius Sulla, Lucius Licinius Lucullus dan Gnaeus

Pompey Magnus. Dia sering dianggap sebagai penguasa terbesar dari kerajaan Pontus. Selain itu, dia juga tidak hanya belajar tentang seni membuat racun (the art of poisoning), tetapi juga seni mencegah dan penawar racun (the art of

preventing and counteracting poisoning). Tanpa

ragu, ia menjadikan dirinya dan para tahanan sebagai “kelinci percobaan” untuk menguji racun dan uji antidotum. Dibelakangnnya adalah rhizoto-mists sebagai penawar segar, bunga aconite, jahe, dan gentian. Formula yang dikenal “Mithridatum” yang populer selama lebih seribu tahun. Pengetahuan ini yang akan mejadi cikal bakal ilmu farmakologi yang berfokus pada toksikologi.

Gambar 2.6 Ilustrasi Mithridates VI, Kings of Pontos

- Terra Sigillata – An Early “Trademarked” Drug,

merupakan orang pertama membuat merek dagang sebagai sumber sarana identifikasi suatu obat untuk memperoleh kepercayaan masyarakat. Terra Sigillata merupakan ahli terapi pertama yang membuat nama dagang yaitu tablet dari tanah liat yang berasal dari pulau Mediterania Lemnos sebelum 500 SM.

Suatu hari tanah liat digali dari lubang di sisi bukit Lemnian dengan seizin pejabat pemerintah dan tokoh agama. Tanah dicuci, dihaluskan, dicetak

dengan massa ketebalan tertentu sebagai

pembungkus, tanah liat dibentuk menjadi pastiles

dan kemudian dijemur. Tablet kemudian

didistribusikan secara luas dalam bentuk sediaan komersial.

Dokumen terkait