• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDIDIKAN AKHLAK DAN PEMBENTUKAN AKHLAKUL

D. Fase Kanak-kanak (6–12 Tahun)

Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola tingkah laku tertentu.93

Pembagian perkembangan ke dalam masa-masa perkembangan itu hanyalah untuk memudahkan bagi kita dalam mempelajari dan memahami jiwa anak-anak pada setiap fase perkembangannya. Walau perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan, akan tetapi tetap merupakan suatu kesatuan yang hanya dapat dipahami dalam hubungan keseluruhannya.

91

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, cet. Ke-8, h.13

92

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, cet. Ke-8, h.13

93

Heny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta:UIN Press, 2007),h.73

Para ahli psikologi membagi-bagi masa perkembangan itu menurut pendapat yang berbeda-beda dengan menggunakan dasar-dasar pemikiran yang berlainan diantaranya:

a. Pembagian Aristoteles

Menurut Aristoteles, ada tiga masa perkembangan yaitu: 1. Periode anak kecil. Usia sampai 7 tahun

2. Periode anak sekolah, usia 17 sampai 14 tahun 3. periode pubertas (remaja), usia 14 sampai 21 tahun

Peralihan antara masa pertama dengan masa kedua ditandai dengan pergantian gigi. Peralihan antara masa kedua dengan masa ketiga ditandai dengan tumbuhnya bulu-bulu menjelang masa dewasa.

Pembagian masa perkembangan menurut Aristoteles ini didasarkan atas gejala pertumbuhan jasmani atau proses biologis tertentu yang lamanya masing-masing periode 7 tahun.

b. Pembagian Comenius

Pembagian masa-masa perkembangan menurut Comenius adalah sebagai berikut:

1. Masa sekolah ibu, sampai usia 6 tahun

2. Masa sekolah bahasa ibu, usia 6 sampai 12 tahun 3. Masa sekolah bahasa latin, usia 12 sampai 18 tahun 4. Masa sekolah tinggi, 18 sampai 24 tahun.

Masa-masa perkembangan yang diterapkan Comenius ini berdasarkan tingkat sekolah atau jenjang pendidikan yang diduduki anak sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah. Untuk masing-masing sekolah harus diberikan bahan pengajaran dan cara-cara mengajar yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak, periodisasi ini dapat dikatakan berdasar kepada didaktis.

c. Pembagian Kohnstamm

Kohnstamm membagi masa perkembangan seperti dibawah ini: 1. Masa vital, sampai usia 1,5 tahun

3. Masa anak sekolah, usia 7 sampai dengan 14 tahun 4. Masa remaja, usia 14 sampai 21 tahun

5. Masa dewasa, usia 21 tahun keatas

Pembagian masa perkembangan ini, dilihat dari sisi pendidikan dan tujuan luhur umat manusia.

d. Pembagian Harvey A. Tilker da Elizabeth B. Hurlock Pembagian masa perkembangan menurut mereka, yaitu:

1. Masa sebelum lahir, selama 9 bulan atau 280 hari 2. Masa bayi baru lahir, sampai usia 2 minggu 3. Masa bayi, dari 2 minggu sampai 2 tahun 4. Masa kanak-kanak awal, dari 2 sampai 6 tahun 5. Masa kanak-kanak akhir, usia 6 sampai 12 tahun 6. Masa puber, dari 12 sampai 15 tahun

7. Masa remaja, usia 15 sampai 21 tahun 8. Masa dewasa awal, dari 21 sampai 40 tahun 9. Masa dewasa madya, usia 40 sampai 60 tahun 10. Masa usia lanjut, dari 60 tahun keatas.94

Pembagian masa-masa perkembangan ini berdasar pasa didaktis sama dengan menurut Comenius. Periodisasi ini tampak sudah lengkap mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai meninggal dunia.

Yang menjadi pokok pembahasan pada masalah ini adalah masa kanak-kanak akhir yaitu antara umur 6-12 tahun. Menurut penulis, pendapat yang sesuai dengan umur yang terdapat pada karya ilmiah ini adalah pembagian masa yang dikemukakan oleh Harvey A. Tilker dan Elizabeth B. Hurlock.

1. Fase Kanak-kanak I (Early Childhood)

Awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun.Dalam setiap tahap perkembangan ada ciri-ciri khusus begitu juga pada saat

94

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan perkembangan, (Jakarta: CV.Pedoman Ilmu Jaya,1993), cet.I, h.149

masa kanak-kanak awal ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Orang tua menyebut masa kanak-kanak awal dengan usia problematis/usia sulit karena memelihara atau mendidik mereka sulit, atau bisa juga disebut dengan usia main karena sebagian besar hidup anak waktunya dihabiskan untuk bermain. Para pendidik menyebut masa ini sebagai masa anak usia prasekolah, sebagai anak yang belum matang untuk sekolah, merupakan masa persiapan untuk masuk sekolah dasar. Lain halnya dengan para psikolog, mereka menyebut masa ini dengan sebutan usia pra kelompok, usia penjelajah, usia bertanya.

Masa ini dikatakan usia prasekolah karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas satu SD. Sebutan sebagai usia penjelajah dan bertanya karena pada masa ini anak-anak gemar menjelajahi lingkungan karena dorongan ingin tahu mengenai apa yang ada disekitarnya baik perasaan maupun mekanisme kehidupan yang ada dilingkungannya. Dan salah satu cara yang umum dalam menjelajahi lingkungan tersebut adalah dengan sering bertanya. Orang tua jangan bosan menjawab petanyaan-pertanyaan mereka dan ada baiknya mereka diajak jalan-jalan untuk menyalurkan hasrat ingin tahu mengenai lingkungan alam sekitarnya. 95

Adapun ciri-ciri perkembangan pada fase ini, antara lain:

a. Perkembangan Fisik

Pada fase kanak-kanak awal, tubuh secara progresif berubah antara masa bayi dan dewasa. Tinggi badan dan berat badan bertambah. Terutama pada dua tahun pertama. Setelah itu pertumbuhan agak melambat sampai terdapat pelonjakan pertumbuhan yang cepat pada awal pubertas, bentuk tubuh dan proporsi tubuh juga turut berubah.96

Pertumbuhan otak pada masa kanak-kanak awal pada usia lima tahun sudah mencapai 75% dari ukuran orang dewasa, dan 90% pada usia enam tahun. Pada usia ini juga terjadi pertumbuhan "myelinization" (lapisan urat syaraf dalam otak yang terdiri dari bahan penyekat berwarna putih, taitu myelin) secara

95

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan …, h.152-153

96

Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.99

sempurna. Lapisan urat syaraf ini membantu transmisi impul-impul syaraf secara cepat, yang memungkinkan pengontrolan terhadap kegiatan-kegiatan motorik lebih seksama dan efisien.97

Awal masa kanak-kanak merupakan saat yang tepat untuk belajar mencapai berbagai keterampilan. Karena anak senang mengulang-ulang. Hal mana penting artinya dalam belajar keterampilan. Selain itu anak pada masa ini juga berani dan senang mencoba hal-hal baru dan pada masa ini mereka belum memiliki banyak keterampilan sehingga tidak ada gangguan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan baru.98

Anak dalam usia dini seperti ini khususnya diawal-awal kehidupannya adalah seorang anak yang tidak berdaya dan lemah yang harus mendapat perawatan dan pengawasan yang sangat baik. Ia harus mendapatkan asuhan, kasih sayang serta nutrisi yang sangat baik agar tumbuh menjadi anak yang sehat.

Telah disinggung sebelumnya bahwa fase ini juga disebut fase main karena banyak waktunya dihabiskan untuk bermain. Dengan bermain-main anak bisa mengembangkan bakatnya dan melatih kemampuan motorik mereka untuk menguasai berbagai keterampilan fisik dan permainan yang sedang mereka mainkan dan juga akan memperoleh pengalaman-pengalaman yang baru. Anak-anak juga akan belajar berinteraksi sosial ketika melakukan permainan dengan teman-temannya.99

Selama usia pra sekolah bahasa dan pembendaharaan kata anak meningkat dan menjadi lebih mirip dengan orang dewasa. Anak sudah mulai memproduksi ujaran yang lebih panjang dan mulai menambahkan bunyi gramatikal pada kalimat mereka, meskipun terkadang mereka menggunakan aturan gramatikal pada tempat yang tidak seharusnya.mereka sering melakukan obrolan tanpa arti, tidak terkendali, tidak terseleksi dan tanpa memperdulikan apakah ada yang memperhatikan.100

97

H. Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung, PT.Remaja Rosda Karya, 2004), cet.5, h.163

98

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan …, h.153

99

Ibrahim Amini, Agar Tak…, h. 244

100

Insting seksual (gharizah jinsiyah) bukan hal buruk bagi anak usia ini, tapi memerlukan arahan dan pengawasan serta penjelasan yang baik mengenai seks kepada mereka yang dilakukan oleh guru dan orang tua sehingga terhindar dari perbuatan asusila.

Minat mereka terhadap seks dapat dibuktikan dengan sikap mereka yang suka membicarakannya dengan teman bermain kalau tidak ada orang dewasa, terkadang mereka suka melihat kemaluan temannya dan suka menyentuhnya. Bahkan mereka dapat menirukan perilaku seks orang dewasa karena melihat gambar atau melihat orang tuanya.101

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif merupakan perubahan kemampuan berpikir atau intelektual.

Perkembangan kognitif pada anak-anak terjadi melalui urutan yang berbeda. Tahapan ini membantu menerangkan cara anak berpikir, menyimpan informasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Menurut Jean Piaget, usia pra sekolah termasuk dalam tahapan pra operasional, dimana anak dapat membuat penyesuaian perseptual dan motorik terhadap objek dan kejadian yang dipresentasikan dalam bentuk symbol (bayangan mental, kata-kata, isyarat) dalam meningkatkan bentuk organisasi dan logika. Anak pada tahap pra operasional seringkali egosentris. Artinya memandang segala sesuatunya hanya dari sudut pandangan sendiri saja. Menurut Piaget egosentrisme ini dapat diatasi bila anak berinteraksi dengan orang dewasa dan terutama dengan teman sebayanya. Interaksi dengan sebayanya menyebabkan anak belajar mengenal perspektif orang lain yang berbeda dengan dirinya, sebab biasanya anak-anak tidak mau saling mengalah dengan teman sebayanya. Interaksi dengan orang dewasa yang biasanya mau mengalah. Meskipun anak egosentris tidak akan menghilangkan egosentrisme si anak. Adapun ciri berpikir

101

anak usia ini telihat dalam penalaran moralnya. Anak hanya sekedar menuruti aturan-aturan yang dibuat orang dewasa (moral heteronomy).102

c. Perkembangan Moral

Moralitas secara umum dapat dikatakan sebagai kapasitas untuk membedakan yang benar dan yang salah, bertindak atas perbedaan tersebut dan mendapatkan penghargaan diri ketika melakukan yang benar dan merasa bersalah atau malu ketika melanggar standar tersebut. 103

Pada umumnya orang tua mengharapkan anak-anaknya tumbuh menjadi seseorang yang memiliki moralitas yang kuat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang tua juga menghendaki anaknya memiliki altruisme, tidak mementingkan diri sendiri dan memerhatikan kesejahteraan orang lain yang diekspresikan melalui perilaku prososial, seperti saling membagi, saling bekerjasama dan saling membantu.

Indikator awal dari dari altruisme, seperti membagi mainan atau menenangkan orang lain yang merasa tidak nyaman telah muncul pada masa bayi dan kanak-kanak terutama bagi mereka yang memiliki orang tua yang menekankan pentingnya memperhatikan orang lain sebagai bagian dari strategi pengaturan disiplin.menurut penelitian anak prasekolah lebih menunjukkan sifat yang berpusat pada diri sendiri.104

Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang disengaja dibuat untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup yang memiliki motivasi untuk menghindarinya.

Mengenai perilaku agresivitas, anak yang berusia dua tahun menunjukkan sikap tersebut dengan memukul dan menendang. Namun, ketika berusia 3-5 tahun agresi itu berkurang dan diganti dengan bersifat verbal. Anak prasekolah 4-7 tahun memfokuskan agresivitasnya pada benda terutama mainan

102

Kusdwiratri Setiono. Psikologi Perkembangan,( Bandung, Widya Padjadjaran, 2009), cet. Ke-2, h.23-24

103

Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan …, h.261

104

atau kepemilikan lainnya, namun agresi instrumental ini kemudian berubah dengan agresi yang bersifat permusuhan.105

Dalam penalaran moral, Kohlberg berpendapat bahwa pada masa kanak-kanak awal termasuk ke dalam tahap pra konvensional dimana perkembangan emosi anak terjadi karena adanya peraturan dan peraturan masih bersifat eksternal dan belum teinternalisasi. Anak mematuhi peraturan yang diberikan tokoh otoritas untuk menghindari hukuman dan mendapat kesenangan pribadi. Penalaran moral ini terbagi menjadi 2 tahap, yaitu:

1. Hukuman dan kepatuhan; penilaian tentang baik dan buruk tergantung pada konsekuensi fisik. Anak mematuhi tokoh otoritas untuk menghindari hukuman, dan tidak menganggap sesuatu merupakan kesalahan jika tidak diketahui dan tidak dihukum

2. Pertukaran instrumental; seseorang mematuhi aturan untuk mendapat penghargaan atau memenuhi tujuan pribadi. Telah terdapat kemampuan untuk melihat sesuatu dari perspektif lain, tetapi masih dilandasi keinginan untuk mendapat keuntungan.106

d. Perkembangan Emosi

Anak pada usia ini cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah dan rasa iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka sering memperebutkan prhatian orang tua dan guru.

Kapasitas anak untuk mengatur perilaku emosinya meningkat. Orang tua membantu anak pada usia ini untuk menghadapi emosi negatif dengan mengajarkan dan mencontohkan dengan menggunakan penalaran dan penjelasan verbal. Ketika anak mengalami kesulitan untuk mempelajari keterampilan, mereka sering menunjukkan perilaku yang berlebihan atau sebaliknya menarik diri ketika berhadapan dengan situasi yang membuat rasa cemas dan takut. Usia 4 tahun anak mulai menguasai kemampuan untuk mengekspresi emosinya disesuaikan dengan aturan sosial yang ada.107

e. Perkembangan keagamaan.

105

Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan …, h.264-268

106

Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan …, h.271-273

107

Anak pada usia pra sekolah adalah usia penjelajah dan usia bertanya karena pada masa ini mereka senang menjelajahi lingkungan karena ada dorongan rasa ingin tahu mengenai apa yang disekitarnya baik perasaan atau mekanisme kehidupan yang ada di lingkungannya. Dan salah satu caranya adalah dengan bertanya, oleh karena itu orang tua jangan pernah merasa bosan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka mengenai alam sekitarnya. Begitu juga mengenai agama, bukti mereka merasa tertarik dengan agama mereka sering bertanya mengenai Tuhan, kelahiran atau kematian dan sebagainya. selain itu juga minat dalam ibadah agama, anak-anak senang diajak ke masjid tau bersenang-senang bersama kawan-kawannya di masjid, terutama pada anak yang sudah besar sebelum sekolah.108

f. Perkembangan sosial

Pada usia prasekolah, perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah:

1. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik dilingkungan kelaurga maupun dalam lingkungan bermain

2. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan 3. Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain

4. Sudah mulai dapat bermain bersama anak-anak lain atau teman sebaya.109

2. Fase Kanak-kanak II (Later Childhood)

Fase kanak-kanak II atau fase kanak-kanak akhir (later childhood) yang dimaksud berlangsung dari usia enam sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya, masa akhir kanak-kanak ditandai

108

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan …, h.153

109

oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak.110

Anak pada masa ini sudah mulai banyak bergaul dengan masyarakat diluar rumah. Dengan demikian pergaulan dengan orang tuanya semakin berkurang dibandingkan dengan ketika ia masih kanak-kanak awal. Oleh karena itu cara mendidiknya harus dibedakan dengan masa umur yanag lain. Sebab disamping anak tersebut sudah mulai berpikir kritis, ia juga sudah banyak membaca, mendengarkan dan melihat kejadian-kejadian di luar rumah tangganya yang dapat merangsang pola pikirnya meskipun masih sederhana.

Para pendidik menyebut masa ini dengan usia sekolah dasar dengan harapan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk keberhasilan penyesuaian hidup dimasa nanti.111

Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain:

a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat maka banyak prestasi yang diperoleh) b) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain

c) Amat reralistik, ingin mengetahui dan ingin belajar

d) Anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

e) Anak-anak pada usia 6-12 tahun membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya f) Usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk bermain

bersama.112

Pada usia 6 atau 7 tahun anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar dan perkembangan jasmani dan rohaninya mulai sempurna. Anak keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki lingkungan sekolah yang pengaruhnya sangat besar terhadap perkembangan anak. Mereka lebih banyak mengenal teman dalam lingkungan sosialnya yang lebih luas, sehingga peranan sosialnya semakin berkembang. Ia ingin mengetahui segala sesuatu yang ada di sekitarnya sehingga

110

Elizabeth B.Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 146

111

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan …, h.155

112

akan bertambah pengalamannya. Semua pengalaman baru akan mempengaruhi dan membantu proses perkembangan mereka, diantaranya:

a. Perkembangan Fisik

Akhir masa kanak-kanak meupakan periode pertumbuhan yang lambat dan relative seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas kira-kira dua tahun sebelum anak secara seksual menjadi matang pada saat dimana pertumbuhan bekembang pesat.

Pertumbuhan fisik mengikuti pola yang diramalkan meskipun sejumlah perbedaan dapat terjadi. Bentuk tubuh mempengaruhi tinggi dan berat dalam akhir masa kanak-kanak. Anak yang memiliki bentuk tubuh ektomorfik, yang tubuhnya panjang dan langsing, dapat diharapkan tidak seberat anak mesomorfik yang mempunyai tubuh lebih besar. Anak yang berbadan mesomorfik tumbuh lebih cepat daripada anak yang ektomorfik atau endomorfik dan lebih cepat menjadi pubertas.

Kesehatan dan gizi yang baik merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Semakin baik kesehatan gizi, anak cenderung semakin besar dari usia ke usia dibandingkan dengan anak yang kesehatan gizinya kurang, anak yang diberi imunisasi terhadap penyakit selama awal masa kanak-kanak tumbuh lebih besar daripada anak yang mengalami gangguan emosional lebih banyak mempengaruhi pertumbuhan fisik. Anak yang tenang tumbuh lebih cepat daripada anak yang mengalami gangguan emosional, meskipun gangguan emosional lebih banyak mempengaruhi berat daripada tinggi.

Anak cerdas cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada anak yang tinggi rata-rata. Akan tetapi, kalau anak yang sangat cerdas dibandingkan saudara-saudaranya yang tidak terlampau cerdas, perbedaan ini tidak ada. Laylock dan Caylor menjelaskan "anak yang berbakat mungkin berasal dari keluarga yang semua anaknya tumbuh lebih besar" karena adanya gizi dan perawatan kesehatan yang baik

Perbedaan seks dalam pertumbuhan fisik yang pada tahun-tahun sebelumnya hampir tidak tampak dan menonjol dalam akhir masa kanak-kanak. Karena pesatnya pertumbuhan pubertas anak laki-laki baru dinilai kira-kira

setahun lebih lambat daripada anak perempuan, anak laki-laki cenderung lebih pendek dan lebih ringan daripada anak perempuan seusianya, sampai ia juga secara seksual menjadi matang. Pertumbuhan gizi anak perempuan juga lebih cepat sedikit daripada anak laki-laki, sedangkan kepala dan wajah anak laki-laki tumbuh lebih besar daripada anak perempuan.

b. Perkembangan Kognitif

Intelegensi atau kecerdasan merupakan kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki manusia. Intelegensi ini diperoleh manusia sejak lahir, dan sejak itu pula potensi intelegensi ini mulai berfungsi mempengaruhi tempo dan kualitas perkembangan individu, dan manakala sudah berkembang maka fungsinya semakin berarti lagi bagi manusia yaitu akan mempengaruhi kualitas penyesuaian dirinya dengan lingkungannya.

Dalam keadaan pertumbuhan yang biasa, pikiran berkembang secara berangsur-angsur, sampai anak mencapai umur delapan sampai dengan dua belas tahun ingatannya menjadi kuat sekali. Biasanya mereka suka menghapal banyak. Anak mengalami masa belajar. Pada masa ini anak menambah pengetahuannya, menambah kemampuannya mencapai kebiasaan yang baik.

Anak tidak lagi bersifat egosentris artinya anak tidak lagi memandang dirinya sebagai pusat perhatian lingkungannya. Anak mulai memperhatikan keadaaan sekelilingnya dengan obyektif. Karena timbul keinginannya untuk mengetahui kenyataan, keinginan itu akan mendorongnya untuk menyelidiki segala sesuatu yang ada di sekelilingnya.

Pada masa anak sekolah, mereka sangat suka mengumpulkan benda-benda sepeti perangko, gambar-gambar, bungkus rokok, bungkus korek api dan sebagainya. Perkembangan fantastis sudah tidak disukai lagi karena kemampuan berpikirnya bertambah kritis. Mereka hanya mau menerima yang masuk akal. Sekarang anak-anak lebih suka membaca cerita yang sungguh-sungguh terjadi, paling tidak cerita yang mendekati kenyataan. Perasaan, khayalan dan sugesti masih mempengaruhi cara berpikirnya itulah salah satu alasannya mengapa kesaksian yang diberikan anak-anak belum dipercaya sepenuhnya.

Pada akhir masa kanak-kanak ini, sebagian besar anak-anak kode moralnya dipengaruhi oleh standar moral kelompoknya. Sehingga sering terjadi pelanggaran di rumah, di sekolah dan di lingkungan tetangganya. Tetapi meskipun demikian, pada masa ini terdapat peningkatan yang pesat dalam pengertian dan ketepatan konsep selama periode masa ini. Ini disebabkan oleh meningkatnya intelegensi dan meningkatnya kesempatan belajar.113

anak usia sekolah dasar dalam penalaran moral prososialnya lebih menunjukkan sifat keinginanya membantu orang lain dibandingkan dengan anak prasekolah.114

d. Perkembangan Emosi

Anak yang berada di akhir masa kanak-kanak menunjukkan keterampilan regulasi diri dengan variasi yang lebih luas. Kecanggihan dalam memahami dan menunjukkan tampilan emosi yang sesuai dengan aturan sosial meningkat pada tahap ini. Anak mulai mengetahui kapan harus mengontrol ekspresi emosi mereka, dan mereka lebih sensitive terhadap isyarat lingkungan sosial yang mengatur keputusan dalam mengontrol emosi negative.

e. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisis dan moral (agama). Perkembangan sosial pad anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga

Dokumen terkait