BAB II PENDIDIKAN AKHLAK DAN PEMBENTUKAN AKHLAKUL
A. Pendidikan Akhlak
4. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak
JAKARTA SELATAN".
Ada beberapa hal yang mendorong penulis memilih judul tersebut, antara lain:
1. Sepanjang pengetahuan penulis bahwa di MI Darussalam pondok labu Jakarta selatan tentang pendidikan akhlak dalam pembentukan perilaku siswa belum pernah diadakan penelitian oleh pihak manapun.
2. Pendidikan akhlak dalam pembentukan perilaku siswa adalah suatu keharusan atau tanggung jawab pihak guru dalam menjadikan anak-anak didiknya berkepribadian baik yang mencerminkan perilaku yang baik pula.
3. Penulis memilih Madrasah Ibtidaiyah karena penulis beranggapan bahwa madrasah adalah salah satu lembaga yang bercirikan Islam yang sudah pasti pendidikan akhlak sangat ditanamkan dan diperhatikan disana. Tetapi yang penulis perhatikan justru mengapa akhlak yang kurang baik yang terlihat di sana mulai dari ucapan-ucapan dan tingkah laku mereka yang kurang baik. Apakah dikarenakan pelaksanaan pendidikan akhlak di MI Darussalam yang kurang terencana dengan baik ataukah karena kesalahan orang tua yang kurang memperhatikan akhlak anak-anak mereka baik didalam maupun diluar rumah
ataukah karena ketidakberhasilan guru di sekolah dalam mendidik dan menanamkan akhlak kepada siswanya atau permasalahan itu timbul karena pribadi mereka sendiri?
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di latar belakang masalah, permasalahan yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pendidikan akhlak MI Darussalam kurang terencana dengan baik sehingga belum bisa membentuk akhlakul karimah pada siswa
2. Rendahnya Akhlakul Karimah siswa MI Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan
3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan akhlakul karimah pada Siswa
4. Kurangnya kerjasama dan komunikasi antara guru dan orang tua siswa 5. Kedisiplinan guru MI Darussalam Pondok Labu masih kurang
6. Hambatan dalam membentuk akhlakul karimah siswa
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasinya agar tidak terjadi distorsi pemahaman yaitu tentang "Pelaksanaan Pendidikan Akhlak di MI Darussalam yang dapat mempengaruhi pembentukan Akhlakul Karimah siswa".
Adapun pelaksanaan pendidikan akhlak yang dimaksud adalah langkah-langkah yang dilakukan atau dilaksanakan oleh guru agama dalam menanamkan akhlakul karimah kepada siswa mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan pembentukan akhlakul karimah siswa dalam penelitian ini adalah tingkah laku atau perbuatan siswa MI Darussalam Pondok Labu Jakarta selatan yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan dengan berlandaskan kepada norma-norma tertentu yang terdapat dalam ajaran Islam yang meliputi akhlak kepada Allah SWT, akhlak kepada guru, lingkungan sekolah dan masyarakat.
Adapun siswa MI yang penulis teliti adalah siswa yang berada di kelas 3 (tiga) sampai kelas 6 (enam) dengan alasan siswa yang berada di kelas ini adalah siswa yang berada di kelas tinggi, dimana mereka sudah dapat berpikir tentang sesuatu yang abstrak dan sudah dapat memusatkan perhatiannya kepada sesuatu lebih lama. Bahkan mereka sudah dapat memperhatikan pelajaran yang tidak begitu menarik perhatian mereka. Sedangkan siswa yang masih berada di kelas rendah menurut penulis mereka masih memerlukan perhatian khusus dan tuntunan dalam menjawab soal-soal karena menurut survey di lapangan sebagian besar siswa yang berada di kelas 1 dan 2 masih belum lancar membaca dan menulis. Selain itu juga mereka belum bisa memusatkan perhatiannya kepada sesuatu yang tidak memikat hati mereka karena mereka hanya menerima sesuatu hal yang masuk dalam akal pikiran mereka.
Adapun perumusan masalahnya, penulis rumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan akhlak di MI Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan sehingga dapat membentuk akhlakul karimah siswa?
2. Bagaimana Akhlakul Karimah siswa MI Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan?
3. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pembentukan akhlakul karimah pada Siswa?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan akhlak di MI. Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan yang dapat membentuk akhlak siswa. b. Mengetahui akhlakul karimah siswa MI Darussalam Pondok Labu
Jakarta Selatan
c. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlakul karimah pada siswa.
2. Kegunaan Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian keilmuan para akademisi pendidikan dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan guru PAI khususnya bidang studi Aqidah Akhlak dalam memilih metode pembelajaran yang efektif guna membentuk akhlak siswa.
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan motivasi oleh orang tua, guru dan masyarakat sebagai pendidik agar lebih berhati-hati untuk memilih bentuk pola asuh yang baik yang akan diberikan atau ditanamkan kepada anak didik mereka agar tidak salah dalam mendidik.
BAB II
PENDIDIKAN AKHLAK DAN
PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH
A. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak
Sebelum penulis mengemukakan pengertian pendidikan akhlak, ada baiknya diketahui terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan dan akhlak secara terpisah ditinjau dari segi etimologi dan terminologi.
Menurut etimologi kata "pendidikan" berasal dari kata "didik" yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an yang artinya "memelihara, merawat dan memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan (tentang sopan santun, akal budi, akhlak dan sebagainya).1 Dalam Bahasa Arab disebut "
ﺔ ْﺮ
" Yang berasal dari kata "ﻰ ر
" yang artinya "mengasuh, memimpin atau mendidik".2Kata
"ﻰ ر
" Yang berarti mendidik dapat ditemukan di dalam al-Quran surat al-Isra ayat 24:☺ ⌧
☺⌧
1
Daryanto, SS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apollo, 1998), h.156
2
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), Cet. Ke-8, h. 136
Artinya: "… ya Tuhanku sayangilah keduanya (ibu-bapakku) sebagaimana mereka telah mendidikku sejak kecil".3
Adapun pengertian pendidikan secara terminologi dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Menurut Ahmad D.Marimba yang dikutip oleh Hery Noer Aly, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang utama".4
b. Menurut Tim Dosen FIP IKIP Malang, Pendidikan merupakan aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya (panca indera dan keterampilan)".5
c. Menurut Prof. H.M Arifin M.Ed, Pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik yang bisa menghasilkan manusia yang berbudaya tinggi, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab.6
d. Menurut Zuhairini Pendidikan meliputi semua perbuatan/semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilan kepada generasi muda sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah/rohaniah.7
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah Bimbingan atau pimpinan secara sadar dari si pendidik kepada anak didik untuk mengembangkan potensi pribadinya agar dapat
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemah, (Jakarta: Yayasan penyelenggara/penafsir al-Quran, 1971), h. 428
4
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet.II, h. 2
5
Tim Dosen FIP IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Hidayakarya Agung, 1978), Cet. Ke-2, h. 5
6
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), Cet. Ke-4, h.7
7
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), cet.ke-5, h. 92
menumbuhkan personalitas dan rasa tanggung jawab yang baik sehingga dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani.
Sedangkan Prof.DR.H.Ramayulis dalam bukunya "Ilmu Pendidikan Islami" mengemukakan istilah lain dari pendidikan dengan kata tarbiah, ta’lim dan ta’dib:
a. Tarbiah yang berarti “pendidikan, pengasuhan dan sebagainya”. Selain itu kata-kata ini mencakup banyak arti seperti kekuasaan, perlengkapan dan pertanggung jawaban, perbaikan, penyempurnaan dan lain-lain.
b. Ta’lim berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan.
c. Ta’dib yang berarti pelatihan atau pembiasaan.8
Dari ketiga istilah tesebut yang paling popular digunakan adalah kata “tarbiah” karena mencakup keseluruhan kegiatan pendidikan seperti persiapan individu dalam kesempurnaan etika, berpikir secara sistematis, ketajaman intuisi, giat dalam kreasi dan memiliki keterampilan.
Pengertian akhlak secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa Arab dengan kosakata "al-Khuluq" yang berarti kejadian, budi pekerti dan tabiat dasar yang ada pada manusia.9 Dalam kamus modern Bahasa Indonesia kata akhlak
diartikan sebagai "budi pekerti, tingkah laku, dan perangai".10 Sedangkan pengertian akhlak menurut Jamil Shaliba yang dikutip oleh Dr.H.Moh. Ardani dalam bukunya yang berjudul “Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat”, akhlak berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama.11
8
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Cet.ke-7, h.14-15
9
H.A.Rahman Ritonga, Akhlak merakit hubungan dengan sesama manusia, (Bukit Tinggi: Amelia Surabaya, 2005), Cet I, h. 7
10
M.Dahlan Al-Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Arkola, 1994), h.12
11
H. Moh.Ardani, Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat, (Jakarta: CV.Karya Mulia, 2001), Edisi Pertama, h.25.
Adapun pengertian akhlak secara terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat yang dikutip oleh Rahmat Djatnika dalam bukunya "System Ethika Islam" adalah sebagai berikut:
a. Menurut Ibn Maskawaih akhlak itu adalah keadaan gerak jiwa seseorang yang mendorong kearah melakukan perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu.
b. Al-Ghazali dalam bukunya Ihya 'Ulumuddin mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tetap pada jiwa seseorang yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah dengan tidak membutuhkan pikiran atau pertimbangan. c. Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlaq mengatakan bahwa akhlak ialah
membiasakan kehendak.12
Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong melakukan perbuatan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu.
Jadi pada hakekatnya akhlak atau khuluq itu adalah kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa manusia dan menjadi kepribadian, sehingga dari situlah timbul berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas tentang pengertian akhlak, maka Abudin Nata menyimpulkan ciri-ciri perbuatan akhlak, sebagai berikut: a. Perbuatan akhlak itu telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang atau telah
mendarah daging sehingga telah menjadi kepribadiannya.
b. Perbuatan akhlak itu mudah dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
c. Perbuatan akhlak itu timbul atas kemauan dan pilihan sendiri, bukan karena ada paksaan dari luar.
d. Perbuatan akhlak itu dilakukan dengan sebenarnya bukan berpura-pura atau bersandiwara.
e. Perbuatan akhlak itu diperbuat atas dasar niat semata-mata karena Allah.13
12
Rahmat Djatnika, System Ethika Islam, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1992), h. 26-27
13
Menurut Prof. Dr. H.A Rahman Ritonga di samping istilah akhlak, ada beberapa istilah yang sering disamaartikan dengan akhlak oleh banyak orang yaitu moral, etika dan susila.
a. Moral dari bahasa latin (mores) ialah perilaku yang sudah menjadi kebiasaan seseorang dan baik buruknya perilaku itu diukur dengan norma yang berlaku (hukum dan adat).
b. Etika dari bahasa Yunani (ethos) ialah perilaku yang sudah menjadi kebiasaan seseorang. Untuk mengukur baik atau buruk kebiasaan itu adalah dengan menggunakan standar logika umum yang sehat.
c. Susila dari bahas sansekerta (su=baik dan sila=prinsip) yaitu perlaku yang sudah menjadi kebiasaan seseorang. Baik dan buruknya perilaku diukur dengan perasan. Susila disebut juga sebagai sopan santun.14
Setelah mengetahui pengertian dari pendidikan dan akhlak maka penulis menyimpulkan bahwa pendidikan akhlak ialah usaha sadar manusia berupa bimbingan atau bantuan yang diberikan oleh si pendidik kepada anak didiknya yang berkaitan dengan masalah budi pekerti yang tertanam dalam jiwa mereka sehingga jasmani dan rohani mereka dapat berkembang menjadi kepribadian utama yang sesuai dengan ajaran Islam.
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak
Setiap aktifitas yang dilaksanakan manusia haruslah mempunyai dasar dan tujuan agar semua aktifitasnya itu dapat tercapai dengan baik
Dasar merupakan suatu fundamen untuk berdirinya suatu tujuan, demikian pula halnya dengan pelaksanaan pendidikan harus memiliki dasar-dasar yang kuat dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan.
Di dalam Islam yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah al-Quran dan Hadis. Dengan kata lain dasar-dasar yang lain selalu dikembalikan kepada dua sumber ini. Al-Quran dan Hadis dijadikan sebagai dasar alat ukur tingkah laku seseorang dalam hal kebaikan dan keburukan. Apa yang baik menurut al-Quran dan Hadis, maka baik pula perbuatan itu. Dan sebaliknya apa yang menurut
14
al-Quran dan Hadis itu jelek, maka jelek pulalah perbuatan itu dan harus ditinggalkan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
ْ ْﻜ ْنا ﺎ اﺪ ا اْﻮ ﻀ ْ ْﺮْ ا ْ ﻜْ ْآﺮ
ﺔ و ﷲا بﺎ آ ﺎ ﻬ
ْﻮ ر
)
آﺎﺤ ا اور
(
Artinya: "Aku tinggalkan untuk kamu sekalian dua hal (perkara), tidak akan sesat kamu sekalian dalam berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah Rasul-Nya"15.
Sejarah Islam telah menunjukkan bahwa Rasulullah saw diutus kepada seluruh manusia adalah untuk mengajar dan membimbing mereka dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama dan dunia serta menunjukkan merekake jalan yang lurus yakni jalan yang diridhoi Allah SWT. Al-Quran adalah kitabullah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw yang berisikan pedoman dan petunjuk bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Petunjuk Al-Quran sebagaimana dikemukakan Mahmud Syaltut, dapat dikelompokkan menjadi 3 pokok yang disebutnya sebagai maksud-maksud Al-Quran yaitu:
1. Petunjuk tentang akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia. 2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan
norma-norma keagamaan dan susila yang diikuti oleh manusia dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif.
3. Petunjuk mengenai syari'at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.16
Dengan demikian tepat sekali kalau Al-Quran dijadikan sebagai dasar pertama dari pendidikan akhlak.
Salah satu ayat-ayat al-Quran yang mengandung nilai-nilai akhlak adalah:
15
Romdoni Muslim, 300 Hadits Akhlak, (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), h.vii
16
⌧
⌧ ☺
⌧
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran".17(QS.An-Nahl: 90)
Ayat diatas menunjukkan perintah kepada manusia untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan dan melarang manusia untuk melakukan hal-hal yang bersifat keji, kemungkaran juga permusuhan. Ayat ini juga mengandung suatu pengertian agar manusia hendaknya berpegang teguh kepada pada ayat ini serta diharapkan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya Dasar kedua yang dijadikan dasar pendidikan akhlak adalah hadis atau sunnah Rasulullah saw. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah dalam proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam, karena Allah menjadikan beliau sebagai teladan bagi umatnya. Rasulullah SAW mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada isteri dan para sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti apa yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW. Kemudian mereka mengajarkan pula kepada orang lain perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasul dan inilah yang disebut
Hadis atau Sunnah.18
Rasulullah SAW adalah pembawa amanat dari Allah SWT untuk menunjukkan umat manusia ke jalan yang lurus, sekaligus merupakan pribadi yang utuh yaitu pribadi yang dapat dijadikan contoh teladan dan anutan bagi setiap muslim. Oleh karena itu mengikuti jejak Rasulullah SAW sangatlah besar pengaruhnya dalam pembentukan pribadi dan watak sebagai seorang muslim yang sejati sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-Taghaabun ayat 12:
17
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, h.415
18
☺
☺
"Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya, jika kamu berpaling Sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang".19 (QS. At-Taghaabun: 12)
Telah sama-sama diketahui bahwa seluruh aktifitas manusia mempunyai tujuan. Masing-masing tujuan sesuai dengan kecenderungan hati nuraninya. Allah menciptakan manusia mempunyai tujuan yaitu agar manusia beribadah atau mengabdi kepada-Nya, dalam firman-Nya:
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku".20 (QS. Adz-Dzaariyaat: 56)
Tujuan pendidikan ditentukan oleh pendidik sebagai orang yang mengarahkan proses pendidikan, karena tujuan pendidikan berkaitan erat dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh pendidik di dalam hidupnya. Tujuan pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan tujuan hidup pendidik karena pendidikan akan berjalan sesuai tujuan apabila pendidik sendiri sadar akan tujuan hidupnya agar perilaku mendidiknya menjadi jelas. Tujuan pendidikan adalah orientasi yang dipilih pendidik dalam membimbing peserta didiknya. Pemilihan merupakan proses penilaian, karenanya manakala pendidik telah menentukan pilihannya, sesungguhnya ia telah mengutamakan sebagian nilai atas sebagian yang lain.21
Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai setelah kegiatan selesai. Pendidikan merupakan kegiatan yang berproses secara sistematis dan berencana dan sudah tentu mempunyai tujuan. Tujuan pendidikan diperlukan untuk
19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…,h. 942
20
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…,h. 862
21
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999), cet.II, h. 54
membentuk kepribadian seseorang. Begitu pula dengan pendidikan akhlak mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pendidikan akhlak tidak terlepas dari dasar yang menjadi pedoman pendidikan akhlak tersebut yaitu Al-Quran dan Sunnah Nabi. Dalam dasar itu terdapat kemana tujuan yang akan dicapai yakni terbentuknya suatu pribadi atau masyarakat yang berakhlak Islam yaitu akhlak yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi.
Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam menurut Athiyah Al-Abrasy adalah untuk mencapai suatu akhlak yang sempurna.22 Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan melalui kegiatan pendidikan. Berdasarkan tujuan ini, maka setiap keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak diatas segala-galanya.
Akhlak bertujuan menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna dan membedakan dari makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan manusia orang yang berkelakuan baik, bertindak baik terhadap sesama manusia, terhadap Allah dan makhluk lainnya.
Menurut Dr.H. Abudin Nata, ciri-ciri dari tujuan pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a. Mengarahkan manusia agar rmenjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik-baiknya.
b. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahan di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, sehingga tugas tersebut terasa lebih ringan.
c. Mengarahkan manusia untuk berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya
22
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2005), cet I, h101
d. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.23
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk pribadi muslim yang berakhlakul karimah baik jasmani maupun rohani yang ditujukan dengan niat beribadah kepada Allah yang berdasarkan al-Quran dan Hadis sehingga mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Metode Pendidikan Akhlak
Menurut etimologi, metode adalah "cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan, khususnya dalam hal ilmu pengetahuan".24 Dengan demikian untuk melaksanakan sesuatu diperlukan cara-cara yang tepat dan teratur.
Tidak ada satupun metode yang sempurna tanpa adanya selingan dari metode lain yang melengkapinya. Karena itu seorang guru dituntut untuk dapat memilih metode yang tepat atau sesuai dengan karakteristik anak didik.
Adapun metode yang dipakai dalam pendidikan akhlak selain metode ceramah, cerita dan tanya jawab dapat dipergunakan beberapa metode dibawah ini:
a. Metode Keteladanan
Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu, tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.25
Banyak ahli pendidikan berpendapat bahwa pendidikan akhlak dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil guna. Hal itu karena dalam
23
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, … h106
24
Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apollo, 1998), h. 406
25
belajar, orang pada umumnya lebih mudah menangkap yang konkrit daripada yang abstrak.26
Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.27
Metode keteladanan merupakan keharusan bagi seorang guru, yakni memberikan contoh yang baik bagi para siswa dalam berbagai hal, baik sikap perilaku keseharian yang meliputi perkatan dan tingkah laku seorang guru dalam pribadinya, maupun etika guru dalam bersosialisasi dengan para siswa, sehingga guru dapat dijadikan suri tauladan bagi anak didiknya dan patut ditiru.
b. Metode Pembiasaan
Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan.28Aktivitas yang terus dikerjakan manusia dengan telaten dan penuh kesabaran akan menjadi kebiasaan dirinya yang tidak bisa dipisahkan lagi. Orang yang tebiasa dengan perbuatan-perbuatan tertentu tidak akan merasa terbebani lagi. Awalnya memang sulit untuk membiasakan perbuatan-perbuatan baik, tetapi lama kelamaan kalua dilakoni dengan penuh ketekunan dan kesabaran ia akan dengan senang hati dan penuh kecintaan melakukan hal demikian.29
Salah satu usaha untuk membentuk suatu kepribadian manusia adalah dengan melakukan pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara