• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resilience Studies on Infrastructure and Utilities Sector in Banda Aceh Spatial Plan in order to face Tsunami Disaster

FASILITAS UMUM

Supermarket, dan SPBU. Total jumlah fasilitas umum yang berada dalam zona berisiko terkena Tsunami adalah sebanyak 21 buah dan 8 diantaranya berada di zona berisiko tinggi.

Tabel 6 Panjang Jaringan Jalan pada Daerah Beresiko Bencana di Kota Banda Aceh

No Kelas Jalan Risiko Tsunami

Total

Sumber: Hasil Analisis Tumpang Tindih Peta, 2015

FASILITAS UMUM

No Fasilitas Umum Resiko Tsunami

Total

Gambar 2 Sistem Jaringan Drainase (Web GIS Kota Banda Aceh)

Sedangkan infrastruktur yang bersifat jaringan seperti jaringan yaitu jaringan jalan, jaringan drainase dan jaringan air bersih ditunjukkan pada Tabel 6.

Jaringan jalan berdasarkan kelas jalan dibagi menjadi Jalan Arteri Primer, Jalan Arteri Sekunder, Jalan Kolektor Sekunder, dan Rencana Jalan Arteri Primer. Total panjang jalan yang berada dalam zona berisiko terkena Tsunami adalah sepanjang 85.55 KM dan 44,34 KM berada di zona berisiko tinggi.

Gambar 2 menunjukkan sistem jaringan drainase di Kota Banda Aceh yang berada pada zona yang berisiko terkena gelombang tsunami. Jika terjadi tsunami, jaringan drainase yang ada akan terganggu fungsinya dalam mengalirkan air ke laut.

Gambar 3 Kawasan Peruntukan Pelabuhan dalam Pola Ruang (Web GIS Kota Banda Aceh)

Gambar 4 Kawasan Pusat Kota Lama (Pasar Aceh, Peunayong dan sekitarnya) (Web GIS Kota Banda Aceh)

Dalam Rencana Pola Ruang Kota Banda Aceh, ditetapkan kawasan pelabuhan dengan jenis pelabuhan umum untuk penumpang di Ulee Lheue yang melayani pelayaran penumpang regional, nasional, dan internasional. Selain itu ada pengembangan pelabuhan dan tempat pelelangan ikan (TPI) nelayan tradisional yang diarahkan pada kawasan Ulee Lheue, Lampulo dan Alue Naga. Seperti yang terlihat pada Gambar 3, Pelabuhan yang direncanakan berada dalam zona yang memiliki risiko tinggi terhadap bencana tsunami.

Dalam Dokumen Tata Ruang mengenai penetapan kawasan strategis, ditetapkan Pasar Aceh, Peunayong dan sekitarnya sebagai Kawasan Pusat Kota Lama dimana memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa serta beberapa bangunan memiliki ciri tersendiri sehingga mempunyai nilai sejarah atau berfungsi sebagai kawasan heritage Kota Banda Aceh. Pada Gambar 4 Dapat terlihat bahwa mayoritas dari kawasan strategis pusat kota lama memiliki risiko tinggi dan sedang terhdap bencana Tsunami.

4. Analisis

Berdasarkan penjabaran data diatas maka diketahui bahwa prasarana, sarana dan utilitas Kota Banda Aceh masih berisiko terkena bencana tsunami dan mengalami kerusakan. Banyak dari gedung yang berfungsi untuk mendukung keberjalan fungsi dari Kota Banda Aceh sebagai ibukota akan ikut terganggu akibat kerusakan yang ditimbulkan dari bencana tsunami. Untuk itu diperlukan penanganan dalam meminilaisir kerusakan akibat terjadinya bencana. Salah satu hal yang dirasa sudah dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi tingkat kerusakan adalah dengan mengatur pemanfaatan lahan.

a. RencanaPola Ruang Tahun 2000-2010 b. Rencana Pola Ruang Tahun 2009-2029

Gambar 5 Perbandingan Pola Ruang Kota Banda Aceh Tahun 2000 dengan 2009

Gambar 5 merupakan perbandingan antara pola ruang dari Kota Banda Aceh pada tahun 2000 - 2010 dan tahun 2009 - 2029. Perbandingan pada gambar tersebut menunjukan perubahan yang cukup signifikan dalam rencana pola pemanfaatan ruang di Kota Banda Aceh, terlihat pada kawasan pesisir, pada pola ruang tahun 2009 - 2029 hampir seluruh pesisir direncanakan untuk dijadikan kawasan hutan bakau. Hutan bakau atau mangrove merupakan ekosistem utaman dalam mendukung kehidupan di wilayah pesisir dimana memiliki fungsi ekologis sebagai penahan abrasi pantai dan juga gelombang tsunami. Penetapan kawasan bakau sebagai sabuk hijau (green belt) bagi area pesisir dapat meningkatkan kualitas fisik, ekonomi, sosial budaya, dan juga lingkungan bagi masyarakat di kawasan pesisir. Penanaman bakau di kota Penanaman bakau di hampir sepanjang pesisir Kota Banda Aceh sudah cukup baik dalam mengurangi tingkat kerentanan seluruh prasarana, sarana dan utilitas yang terpapar risiko bencana tsunami namun diperlukan perhatian khusus di beberapa kawasan seperti:

1. Kawasan Pariwisata dan Pelabuhan di pesisir utara Kota Banda Aceh dan juga rencana jaringan jalan arteri primer. Selain itu pada kawasan tersebut terdapat juga Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

2. Kawasan Perikanan di pesisir utara Kota Banda Aceh dan juga fasilitas umum IPLT dan juga TPA

3. Kawasan Permukiman yang berada di belakang hutan bakau khususnya yang terbangun di samping sungai.

Selain itu perlunya penegasan dalam dokumen Rencana Tata Ruang khususnya pada bagian tabel indikasi program mengenai pengembangan kawasan hutan bakau agar perwujudan pola ruang yang salah satu fungsinya sudah memasukan faktor penilaian bencana dapat terwujud.

Gambar 6 Zona Berisiko terhadap Bencana Tsunami

5. Kesimpulan

1. Masih banyaknya prasarana, sarana dan utilitas di Kota Banda Aceh yang masih terancam oleh risiko tsunami.

2. Bentuk perwujudan dari upaya Pemerintah Kota Banda Aceh untuk meminimalisir kerusakan gelombang tsunami dapat terlihat pada perombakan tata ruang, salah satunya dalam bentuk rencana pemanfaatan ruang yang dapat dilihat pada Peta Rencana Pola Ruang Kota Banda Aceh.

3. Resilinensi terhadap bencana tsunami di Kota Banda Aceh dapat terbentuk dengan perwujudan kawasan hutan bakau yang memiliki fungsi proteksi terhadap gelombang tsunami sehingga prasarana sarana dan utilitas terlindungi dengan adanya guna lahan tersebut.

4. Masih terdapat beberapa lokasi yang butuh perhatian khusus yaitu kawasan pelabuhan (meuraxa), pariwisata (meuraxa), perikanan (kutaradja), dan juga bebapa lokasi perumahan (meuraxa dan syiahkuala) di pesisir Kota Banda Aceh.

5. Tabel Indikasi Program dalam Rencana Tata Ruang Kota Banda Aceh masih belum menjelaskan secara detail mengenai upaya dalam mengurangi risiko bencana tsunami khususnya dalam penjabaran mengenai pengembangan kawasan hutan bakau.

6. Saran

1. Perwujudan hutan bakau seperti yang tergambarkan pada peta pola ruang sebaiknya dipercepat dalam pelaksanaannaanya dan menjadi prioritas dalam penanganan risiko gelombag tsunami

2. Pada beberapa lokasi yang masih terpapar risiko gelombang tsunami sebaiknya diberikan perhatian khusus dalam pengembangannya, disebabkan beberapa tempat merupakan objek vital dalam mendukung fungsi Banda Aceh sebagai ibukota provinsi.