• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Fenomena Permukiman Pesisir Pantai

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Fenomena Permukiman Pesisir Pantai

Fenomena permukiman di pesisir pantai bukanlah hal yang baru.

Fenomena ini terbentuk secara alamiah bersamaan dengan potensi sumber daya alam yang ada pada kawasan itu yaitu laut. Laut menyimpan begitu banyak sumber daya yang menyebabkan kawasan pesisir menjadi andalan sumber pendapatan bagi masyarakat. Sejalan dengan peningkatan nilai ekonomi pada daerah pesisir dan pemanfaatan sumber daya laut secara terus menerus, maka muncullah sejumlah permukiman penduduk di sekitar kawasan tersebut yang biasa disebut permukiman nelayan. Umumnya permukiman ini merupakan permukiman informal (swadaya) oleh penduduk setempat dengan segala keterbatasannya. Di sisi lain, pemanfaatan sumber daya yang ada di laut juga cenderung tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang mewadahi. Hal tersebut seringkali berpotensi menimbulkan masalah yang berpengaruh negatif terhadap kualitas fisik maupun lingkungan sehingga dapat menimbulkan permukiman kumuh. Fenomena ini juga terjadi di permukiman nelayan Kedung Cowek.

Gambar 1.1 Kekumuhan Permukiman Nelayan Kedung Cowek Sumber : Dokumentasi Pribadi

2 1.2 Isu dan Konteks Desain

1.2.1 Permukiman Nelayan Kumuh

Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai suatu lingkungan permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas baiksecara fisik, sosial ekonomi maupun sosial budaya. Subarsono AG (2005) memaparkan bahwa permukiman kumuh mengacu pada aspek lingkungan hunian atau komunitas kelompok sosial.

Kehidupan kampung nelayan, sampai abad 21 ini belum mampu lepas dari konotasikumuh. Sebagai akibatnya kampung nelayan memang jauh dari kesan bersih karena penuh akan sampah hasil limbah industri rumah tangga.

Masalah ini juga dialami oleh kampung nelayan Kedung Cowek. Banyak faktor yang menyebabkan kekumuhan seperti penumpukan aktivitas dan penyalahgunaan ruang terbuka yang menyebabkan kepadatan fisik. Selain itu banyak masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek yang masih membuang sampah di laut. Masyarakat lebih memilih membuang sampah di laut karena persepsi bahwa sampah yang di buang ke laut akan menghilang bersama arus laut. Hal ini membuat laut menjadi kotor dipenuhi sampah dan dapat merusak keberlanjutan laut di masa depan.

Gambar 1.2 Alur Masalah Kekumuhan Sumber : Dokumentasi Pribdi

3

1.2.2 Karakteristik Masyarakat Kampung Nelayan

Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh danberkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut (Kusnadi, 2009). Menurut Mulyadi (2005), nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya.

Mereka pada umumnya tinggal di pinggirpantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Seperti masyarakat pesisir yang lain, masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek juga menghadapi sejumlah masalah yang sama terkait lingkungan, sosial dan ekonomi yang kompleks.

Masalah-masalah tersebut antara lain:

1. Kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap saat

2. Keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga memengaruhi dinamika usaha

3. Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi

4. Kualitas sumberdaya mayarakat yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan,kesehatan, dan pelayanan publik

5. Degradasi sumberdaya lingkungan baik di kawasan pesisir, laut, maupun pulau-pulaukecil

6. Belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utamapembangunan nasional (Kusnadi, 2006)

1.2.3 Karakteristik Kawasan Kampung Nelayan

Kampung nelayan di kawasan Kenjeran berada di sisi pantai Timur Surabaya. Kawasanpesisir pantai ini identik dengan lingkungan yang sederhana, kurang berkembang, dan tampak kumuh. Kawasan pesisir dan laut memiliki potensi sumber daya hayati dannonhayati yang penting bagi kehidupan manusia.

Segala potensi yang dimiliki ini perludilestarikan dan dikelola secara terpadu sehingga dapat dimanfaatkan secara lestari danberkelanjutan. Sebagai kawasan

4

yang strategis, pesisir menjadi lahan sentra aktivitas penduduk. Begitu pula dengan kawasan Pantai Kenjeran, sebagai salah satu kawasan pesisir yang terdapat di kota Surabaya. Pasca pembangunan Jembatan Suramadu, kawasan yangberada pada Unit Pembangunan 3 ini akan dikembangkan sesuai fungsinya dalam Rencana Tata Ruang Kota (RTRW) Surabaya sebagai wilayah pemukiman, perdagangan, wisata, jasadan konservasi.

Berdasarkan RDTRK UP Kenjeran, arahan fungsi penggunaan lahan di kawasan pesisir Kenjeran adalah untuk pariwisata, perdagangan dan jasa, serta permukiman. Sesuai dengan kecenderungan yang ada dan kegiatan utama yang dikembangkan penggunaan lahan di pesisir Kenjeran ini cukup bervariasi.

Sebagian besar lahan di wilayah ini pemanfaatannya untuk kegiatan rekreasi (Kenjeran Park, THP, Watu-Watu) dan permukiman (kampung nelayan Sukolilo, Tambak Deres, Kejawan Lor) serta perdagangan dan jasa (Sentra Ikan Bulak). maka arahan penyebaran kegiatan-kegiatan pembangunan dialokasikan pada bagian wilayah pesisir secara merata sesuai dengan kecenderungan perkembangannya

Gambar 1.3 Konsep Pemetaan Lokasi Sumber: Bappeko Surabaya

5

Gambar 1.4 Konsep Penataan Kawasan Pesisir Kenjeran Sumber: Bappeko Surabaya

1.3 Permasalahan Desain 1.3.1 Keterbatasan Lahan

Keterbatasan lahan saat ini adalah masalah besar jika mengingat populasi penduduk yang terus bertambah. Permasalahan utama pada kampung nelayan Kedung Cowek juga mengalami keterbatasan lahan. Masalah ini membuat permukiman kampung nelayan tampak semakin padat dan tidak beraturan. Permukiman kampung nelayan Kedung Cowek merupakan salah satu permukiman informal (swadaya) oleh masyarakat setempat. Bersamaan dengan bertambahnya populasi masyarakat setempat, aktivitas yang dibutuhkan juga akan bertambah. Dengan adanya penambahan dan penumpukkan aktivitas tersebut, tentu saja akan membutuhkan ruang yang lebih banyak. Olehkarena itu sering terjadi pada permukiman informal seperti pengembangan rumah, yang menerobos batas-batas yang sudah ditentukan kota. Sehingga berpotensi menciptakan sebuah permukiman kumuh. Bukan hanyapada rumah tetapi juga pada lingkungan sekitarnya. Kepadatan fisik ini merupakan salah satu yang akan memicu kekumuhan pada kampung nelayan Kedung Cowek.

6

Gambar 1.5 Proses Perkembangan Rumah dalam Lingkungan Sumber: Colin Ward, 2003

1.3.2 Sarana yang Kurang Mewadahi

Aktivitas masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek yang tidak terwadahi menjadi salah satu masalah yang memicu kekumuhan.

Banyak aktivitas yang terkait sosial budaya maupun sosial ekonomi yang belum terwadahi dan berdampak pada kualitas lingkungan di kampung nelayan Kedung Cowek. Fenomena ini mengakibatkan penyalahgunaan ruang publik yang tidak semestinya. Beberapa aktivitas yang seringkali menyalahgunakan ruang publik adalah aktivitas mengolah hasil laut.

Masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek menggunakan sirkulasi jalan sebagai tempat mengolah ikan bersama para tetangga. Hal ini berdampak pada lingkungan yang semakin kotor dan juga terhambatnya akses jalan pada kampung nelayan Kedung Cowek. Kondisi lingkungan yang semakin kotor ini juga akibat kurangnya kesadaran masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek karena kualitas sumber daya manusia yang masih rendah.

7

Gambar 1.6 Aktivitas Nelayan yang Tidak Terwadahi Sumber : Dokumentasi pribadi

1.4 Kriteria Desain 1.4.1 Tujuan

Berdasarkan permasalahan kekumuhan permukiman kampung nelayan Kedung Cowek, maka terbentuk sebuah tujuan desain yaitu menjadikan kampung nelayan Kedung Cowek yang ekologis dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah kekumuhan. Dalam hal ini, dibutuhkan solusi untuk menangani permasalahan desan terkait keterbatasan lahan dan kurangnya sarana yang mewadahi aktivitas sosial budaya maupun sosial ekonomi.

1.4.2 Kriteria Rancang

Berdasarkan tujuan di atas, maka kriteria rancang untuk mencapai tujuan adalah sebagai berikut:

1. Menata dan memperbaiki kualitas lingkungan dan hunian kampung nelayan Kedung Cowek

2. Memanfaatkan potensi lokal untuk menaikkan taraf hidup masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek

3. Menerapkan ciri lokalitas pada desain permukiman kampung nelayan Kedung Cowek.

8

(halaman ini sengaja dikosongkan)

9 BAB 2

PROGRAM DESAIN

2.1 Rekapitulasi Program Ruang

2.1.1 Aktivitas Berhuni Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek

Kebutuhan hunian adalah kebutuhan utama masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek. Akan tetapi, populasi masyarakat yang semakin bertambah membuat setiap hunian bisa dihuni lebih dari satu KK. Jumlah Eksisting hunian di kampung nelayan Kedung Cowek adalah 306 hunian dengan 350 KK menurut data RW. Jumlah ini tentu tidak sesuai antara jumlah populasi masyarakat dan jumlah hunian sehinga akan berdampak pada penumpukan aktivitas dan penyalahgunaan ruang yang tidak semestinya. Berikut adalah daftar eksisting hunian kampung nelayan Kedung Cowek:

Tabel 2.1 Daftar Jumlah Unit Rumah di Kampung Nelayan Kedung Cowek

Sumber: Data RW 2 Kampung Nelayan Kedung Cowek

2.1.2 Aktivitas Ekonomi Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek 80% masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek berprofesi sebagai nelayan, 20% sisanya berprofesi pedagang dan pegawai. Jumlah nelayan yang cukup besar ini tidak seimbang dengan sarana yang mewadahi aktivitas ekonomi nelayan. Pada eksisting kampung nelayan Kedung Cowek, tidak ada tempat yang mewadahi aktivitas mengolah ikan, menjemur ikan, mengasap ikan dan lain-lain. Sehingga banyak masyarakat yang melakukannya di jalan umum. Berikut adalah daftar eksisting tempat

10

yang menunjang kegiatan ekonomi masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek :

Tabel 2.2 Daftar Eksisting Kebutuhan Ekonomi Kampung Nelayan

No Aktivitas Ruang Eksisting

1 Parkiran Perahu Dermaga Tidak ada

2 Tempat Pengolahan Ikan Pengolahan Ikan Komunal Tidak ada 3 Tempat Penjemuran Ikan Penjemuran Ikan Komunal Tidak ada

4 TPI TPI Tidak ada

Sumber: Dokumentasi pribadi

2.1.3 Aktivitas Sosial Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek

Aktivitas sosial merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas kampung karena ciri khas masyarakat kampung adalah kebersamaannya dalam hidup bertetangga. Begitupun di kampung nelayan Kedung Cowek. Kebersamaan yang terjalin tidak hanya karena kesamaan profesi sebagai nelayan tetapi juga kebersamaan menjadi kader dalam organisasi di kampung. Selain itu, budaya masyarakat juga masih kental dengan kebersamaan dan masih banyak dilakukan secara tradisional.

Berikut adalah daftar eksisting tempat yang dapat menunjang kebersamaan dalam bersosialisasi masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek:

Tabel 2.3 Daftar Eksisting Kebutuhan Sosial Kampung Nelayan

No Aktivitas Ruang Eksisting

1 Organisasi Balai RW Ada

2 Perkumpulan (perayaan 17 Agustus, pengajian, RT an)

Ruang Publik Tidak ada

3 Ibadah Mushollah Ada

4 Sekolah Paud/TK Tidak ada

Sumber: Dokumentasi pribadi 2.1.4 Program Ruang

Tabel 2.4 Program Ruang Hunian Kampung Nelayan

Jenis Aktivitas Ruang Standar Jumlah Luasan Hunian Hunian tipe 1 36 m2 140 unit 2520 m2

Hunian tipe 2 48 m2 140 unit 6720 m2

11

Tabel 2.5 Program Ruang Balai Warga

Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan

Ruang Serbaguna asumsi 240 m2 Tabel 2.6 Program Ruang Mushollah

Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan

Tempat Sholat Neufert 2m2/ Orang 150 300 m2 Tabel 2.7 Program Ruang Dermaga

Aktivitas Sumber Standar Kapaitas Luasan

Parkir perahu Asumsi 3 dermaga 125 m2

sirkulasi Neufert 20% 75 m2

total 450 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi

12

Tabel 2.8 Program Ruang Tempat Pengolahan Ikan

Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan

Pengolahan Ikan Asumsi 2 Pengolahan Ikan 500 m2 Penjemuran Ikan Asumsi 2 Penjemuran Ikan 500 m2

RTH 10% 100 m2

Sirkulasi Neufert 20% 200 m2

Total 1300 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi Tabel 2.9 Program Ruang TPI

Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan

Ruang pelelangan ikan asumsi 3 tempat 896 m2 Tabel 2.10 Program Ruang Publik

Aktivitas Sumber Standart Kapasitas Luasan

Plaza/Lapagan Asumsi 4 Lapangan 2000 m2

RTH Neufert 10% 202 m2

Toilet Umum Neufert 1,5m2/ Orang 8 12 m2

Sirkulasi Neufert 20% 404 m2

Total 2618 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tabel 2.11 Program Ruang Sanitasi dan Limbah Komunal

Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan

Sanitasi dan Limbah Komunal Asumsi 3 100 m2

sirkulasi Neufert 20% 60 m2

Total 360 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi

13

Tabel 2.12 Jumlah Keseluruhan Program Ruang

No Area Luas

1 Hunian 20748 m2

2 Balai Warga 518 m2

3 Mushollah 418 m2

4 Dermaga 450 m2

5 Tempat Pelelangan Ikan 1271 m2

6 Paud 227 m2

7 Tempat pengolahan Ikan 1300 m2

8 Ruang Publik 2618 m2

9 Sanitasi dan Limbah Lingkungan 360 m2

Total 27.910 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi

2.2 Deskripsi Tapak

2.2.1 Gambaran Umum Lokasi

Gambar 2.7 Lokasi Lahan Kampung Nelayan Kedung Cowek Sumber: Dokumentasi pribadi

Lokasi lahan terletak di Jl. Cumpat, Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Kenjeran, Surabaya Jawa Timur. Eksisting tapak merupakan sebuah permukiman kampung nelayan Jalan Cumpat Gang 1-10 dengan kondisi lingkungan yang tidak tertatur dan tidak tertata dengan baik. Mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan dengan pengahasilan yang minim.

Lokasi lahan dekat dengan pantai kenjeran yang berada diantara pulau Jawa dan Madura (Selat Madura). Pantai Kenjeran memiliki ombak yang

14

relative kecil bahkan hampir tidak dijumpai ombak dikarenakan letak geografisnya yang berada dintara 2 pulau yang berdekatan sehingga keadaan topografi pantai relative landai dan tidak terjadi pasang surut gelombang yang signifikan akan tetapi hanya pasang surut berupa kenaikan dan penurunan tinggi permukaan air laut.

2.2.2 Konteks Lingkungan

Lahan ini berada di sekeliling wilayah permukiman yang berbatasan langsung dengan laut Kenjeran. Laut Kenjeran mempunyai batas garis sempadan daratan sepanjang tepian pantai, yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Obyek arsitektural yang akan dirancang akan menyesuaikan dengan kondisi permukiman pesisir tanpa meninggalkan aspek lingkungan / alam dalam proses merancang. Dalam hal ini yaitu laut yang menjadi sumber penghasilan masyarakat setempat. Adapun batas lahan adalah sebagai berikut:

Batas utara : Selat Madura Batas barat : Jalan Cumpat Batas selatan : Taman Suroboyo Batas timur : Laut Kenjeran 2.2.3 Ukuran dan Tata wilayah

Area lahan yang akan digunakan pada perancangan seluas ± 25.000 m2. Lebar jalan: ± 4-5 m (Jalan Cumpat), 6-8 m (Jalan Pantai Kenjeran), 1-2 m (Jalan tikus). Koefisien Dasar Bangunan (KDB): 70% dan KLB 140%

2.2.4 Legalitas

Berdasarkan Peta Peruntukan Tata Guna Lahan Surabaya dan RDTRK UP III Kenjeran tahun 2014 hingga 20 tahun ke depan lahan yang digunakan merupakan tata ruang untuk permukiman, perdagangan dan jasa komersial.

Berdasarkan Perda Nomor 12 tahun 2014 Pasal 93 (4a) mengenai ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perumahan dan permukiman dengan kepadatan berisi ketentuan mengenai pemanfaatan ruang pada kawasan

15

perumahan dan permukiman dengan kepadatan tinggi untuk tipe perumahan perkampungan, rumah sederhana sehat (RSH), dan rumah susun (rusun).

2.2.5 Keistimewahan Alamiah

Permukiaman yang berbatasan langsung dengan laut Kenjeran sehingga mempunyai banyak potensi dari aspek sumber daya alam yang dihasilkan oleh laut. Selain itu lokasi lahan dekat dengan area wisata laut sehingga di sana banyak keindahan alami yang dapat dinikmati.

2.2.6 Keistimewaan Buatan

Mempunyai potensi untuk menarik wisatawan karena dekat dengan area wisata seperti Pantai Kenjeran Ria, Kenpark, Jembatan Surabaya, Sentra Ikan Bulak dan sebagainya.

Gambar 2.8 Eksisting Bangunan Sekitar Sumber: Google.com

2.2.7 Sirkulasi

Jalan Pantai Kejeran Jalan Cumpat

16

Gambar 2.9 Sirkulasi Pada Eksisting Lahan Sumber: Maps.Google.com

Akes sirkulasi yang melewati tapak adalah Jalan Pantai Kenjeran sebagai jalan utama, Jalan Cumpat sebagai jalan selanjutnya dan jalan tikus pada setiap gang (Jalan Cumpat gang 1-10)

2.2.8 Utilitas

Berdasarkan data dari Rencana Tata Ruang Wilayah Surabaya Tahun 2014-2034 pada unit pengembangan wilayah laut III adalah wilayah laut yang berada di perairan bagian timur laut kota, di sekitar kawasan Tambak Wedi dan Kenjeran di Kecamatan Kenjeran dan Kecamatan Bulak. Lahan telah terdistribusi oleh jaringan listrik, telepon, komunikasi, drainase, dan air bersih.

2.2.9 Sensori

a. View ke luar tapak: View dari lahan menarik karena daerah sekitar merupakan area yang berbatasan langsung dengan laut

b. View ke dalam tapak: View dari luar lahan tidak menarik karena tapak hanyanya permukiman yang cenderung tidak teratur dan kotor.

2.2.10 Manusia dan Budaya

Hubungan sosial budaya antar anggota masyarakat di kampung ini cukup erat. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan kader-kader kampung yang cukup tinggi dalam setiap kegiatan masyarakat. Jumlah usia produktif lebih banyak dari yang non produktif namun jumlah usia produktif yang menganggur juga masih banyak. Pola mata pencaharian yang tradisional juga masih terus dipertahankan oleh masyarakat pesisir.

2.2.11 Iklim

Iklim Kenjeran adalah diklasifikasikan sebagai tropis. Di musim dingin, terdapat lebih sedikit curah hujan di Kenjeran daripada di musim panas. Suhu di sini rata-rata 27.2 °C. Dalam setahun, curah hujan rata-rata adalah 1649 mm.

17 BAB 3

PENDEKATAN DAN METODA DESAIN

3.1 Pendekatan Desain

3.1.1 Pendekatan Permukiman Ramah Lingkungan (Eco-Settlements)

Eco-settlements terdiri dari dua kata yaitu eco dan settlements yang berarti tempat bermukim/tempat tinggal yang ekologis. Berdasarkan arti tersebut terlihat konsep eco-settlements mengarah pada pencapaian nilai ekologis. Dalam penerapannya konsep ini harus mengharmonisasikan tiga pilar berkelanjutan yaitu sosial, ekonomi, dan ekologi. Oleh karena itu, definisi eco-settlements harus mengarah pada pembangunan berkelanjutan dengan didukung oleh sistem kelembagaan yang kapabel.

Gambar 3.10 Bagan Pendekatan Eco Settlements Sumber: Google.com

Pada permukiman informal seperti kampung nelayan, umumnya dalam jangka waktu kedepan akan terjadi prubahan rumah (berkembang menyesuaikan kebutuhan penghuni) tetapi berada pada lahan yang minim sehingga terjadi banyak penumpukan aktivitas yang membuat tara ruang terlihat tidak teratur dan tampak semrawut. Hal tersebut seringkali memicu kekumuhan pada permukiman. Pendekatan eco-settlement berfungsi sebagai pijakan dalam mencapai permukiman yang ekologis melalui 3 pilar ekologi, sosial dan ekonomi dengan dukungan dan kerja sama dengan institusi. Eco-settlement memiliki kriteria yang mengacu pada prinsip arsitektur ekologis, yang diharapkan dapat menciptakan permukiman nelayan yang berkelanjutan.

Ekologi

Lingkungan Sosial

Didukung lembaga/institusi

yang capable

18

Di bawah ini merupakan kriteria dari penilaian menggunakan pendekatan eco settlement:

Gambar 3.11 Kriteria Penilaian Eco-settlements Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dari kriteria eco settlement di atas akan muncul penilaian pada setiap aspek yaitu aspek ekologi, aspek sosial dan aspek ekonomi. Hasilnya akan berupa nilai sebuah permukiman yang menjadi penyebab kekumuhan seperti ruang-ruang yang cenderung tidak teratur, kotor dan disalahgunakan fungsinya.

Selanjutnya akan dilakukan analisa dalam menilai keadaan kampung nelayan dengan mengacu pada kriteria yang telah dibuat. Berikut adalah hasil analisa dari kampung nelayan Kedung Cowek, Kenjeran:

eco-settlement

Tingkat partisipasi partisipasi langsung dan tidak langsung

19

Tabel 3.13 Analisa Penilaian Eco-Settlement Kampung Nelayan Kedung Cowek Kriteria

Eco-Settlement

Eksisting pada Permukiman Nelayan

Kualitas Lingkungan Drainase

Kualitas drainase pada beberapa rumah masih buruk karena air limbah dibuang langsung ke laut

Persampahan

Secara umum pengelolaan sampah di Kedung Cowek Kenjeran, melalui koordinasi lingkungan untuk pengumpulan sampai TPS. Tetapi masih ada beberapa rumah yang membuang sampah maupun limbah hasil tangkapan ke laut.

Aksesibilitas

Pada jalan tikus (gang) banyak warga yang memprivasi area jalan yang seharusnya menjadi tempat publik sehingga tampak tidak teratur

Rumah Sehat Secara material bangunan, rumah di permukiman nelayan terbilang layak, hanya saja pada aliran udara tidak terlalu bagus karena kebanyakan bukaan hanya pada 1 sisi. Hal tersebut karena rumah berhimpitan dengan tetangga. Dari segi prilaku, masih banyak warga yang menumpuk aktivitas pada 1 ruang yang terbatas dan tampak kotor.

Masih jarang RTH privat pada setiap rumah

Guna Lahan Penggunaan lahan sekitar yang masih kosong dimanfaatkan untuk meletakkan peralatan nelayan.

Ruang terbuka hijau (RTH) masih sangat minim

Kepadatan Penduduk Untuk wilayah Kedung Cowek kepadatan penduduk berkisar 9144 jiwa/Km2 dengan jumlah penduduk laki-laki 66697 jiwa dan perempuan 65190 jiwa.

20

Tingkat Pendidikan

Jumlah sekolah dari TK hingga SMA terpenuhi tetapi prosentase terbanyak hanya sampai pada jenjang SMP.

Sumber :

https://surabayakota.bps.go.id/

Tingkat Kesehatan Terdapat pelayanan kesehatan berupa puskesmas tetapi masih terdapat balita yang berada digaris merah (BGM).

Selain itu, banyak balita yang memiliki berat badan kurang yang tidak sesuai dengan berat badan idealnya.

Tingkat Partisipasi - Terdapat 7 paguyuban yang tersebar di Kampung Nelayan - Beberapa warga masih aktif dalam kegiatan ormas Budaya Masyarakat -Masih kental akan kebersamaan dalam kehidupan sosial

-Melakukan pekerjaan masih sering dilakukan secara tradisional

Jenis Pekerjaan dan Pendapatan

-80% merupakan nelayan sedangkan sisanya yaitu wiraswasta (pedagang kecil) dan pegawai.

-Memiliki keterampilan dalam pengolahan hasil laut, seperti kerupuk, ikan, kerajinan kerang serta pengasapan atau pengeringna ikan.

Kelembagaan Institusi yang langsung berhubungan dengan permasalahan permukiman kumuh adalah Bappeko Surabaya, Dinas PU dan Cipta Karya Kota Sirabaya, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, serta Instansi tingkat Kecamatan dan Kelurahan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dari analisa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa permukiman nelayan Kedung Cowek masuk dalam permukiman yang kumuh karena masih banyak kekurangan pada aspek lingkungan maupun sarana prasarana.

3.1.2 Pendekatan Desain Vernakular Kontemporer

Selain menggunakan pendekatan eco-settlement, menata kampung nelayan Kedung Cowek juga menggunakan pendekatan desain vernakular

21

kontemporer untuk menonjolkan ciri khas dan budaya masyarakat nelayan.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan berbagai paradigmanya dalam beberapa referensi yang ada, term vernacular lebih dipahami untuk menyebutkan adanya hubungan dengan lokalitas. Beberapa diantaranya adalah

“Vernacular houses are born out of local building materials and technologies and an architecture that is climate-responsive and a reflection of the customs and lifestyles of a community” (Ravi S. Singh, 2006).

Pengertian arsitektur vernakular juga dapat ditinjau dari karakteristiknya. Menurut Salura (2010) arsitektur vernakular yang selalu ada di seluruh belahan dunia relatif memiliki tipe yang serupa dan tema-tema lokal yang sangat spesifik. Pendapat ini mendukung pendapat Oliver (1997) yang menyatakan bahwa unsur-unsur kunci yang menunjukkan indikasi sebuah arsitektur vernakular adalah:

1. Traditional self-built and community-built buildings 2. Earlier building types

3. Architecture within its environmental and cultural contexts

4. Environmental conditions, material resources, structural systems and technologies have bearing on architectural form, dan

5. Many aspects of social structure, belief systems and behavioral patterns strongly influence building types, their functions and meanings.

6. Dwellings and other building

7. Related to their environment contexts and available resources 8. Utilizing traditional technology

9. Architecture vernacular are built to meet specific needs, accomodating the values, economies and way of living of the culture.

9. Architecture vernacular are built to meet specific needs, accomodating the values, economies and way of living of the culture.

Dokumen terkait