• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filter Anaerobik (Bio Filter)

5 PiLiHan TeKnOLOgi PengOLaHan air LiMBaH

5.3 Penampungan, Pengaliran dan Pengolahan Sistem Setempat

5.3.3 Filter Anaerobik (Bio Filter)

Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi

Desain dan Proses

Filter Anaerobik berupa sebuah tangki septik yang diisi satu atau lebih kompartemen (ruang) yang dipasangi ilter. Filter ini terbuat dari bahan alami seperti kerikil, sisa arang, bambu, batok kelapa atau plastik yang dibentuk khusus. Bakteri aktif ditambahkan untuk memicu proses. Bakteri aktif ini bisa didapat dari lumpur tinja tangki septik dan disemprotkan pada materi ilter. Aliran air limbah yang masuk (inluent) akan mengaliri ilter, kemudian materi organik akan diuraikan oleh biomassa yang menempel pada materi ilter tersebut. Diperlukan 6 - 9 bulan untuk menstabilkan biomassa di awal proses.

Pemeliharaan

Semakin lama, padatan dan biomassa menebal dan bisa menyumbat pori-pori ilter. Ketika eisiensi menurun, ilter harus dibersihkan dengan cara mengalirkan air dengan arah berlawanan aliran, atau melepas materi ilter dari tangkinya kemudian dibersihkan.

Aplikasi dan Eisiensi

• Perlu waktu untuk menstabilkan biomassa di awal proses, karena itu ilter anaerobik sebaiknya tidak digunakan jika butuh pengolahan cepat.

• Filter anaerobik harus kedap air. Tidak digunakan di

daerah dengan permukaan air tanah yang tinggi atau sering dilanda banjir.

• Dapat diaplikasikan pada level rumah tangga atau skala kawasan permukiman kecil. Khususnya yang memiliki cukup pasokan air untuk mencuci pakaian, mandi, dan menggelontor kloset.

• Cocok untuk Rumah Sakit, Rusunawa. Pro dan Kontra

+ Banyak tersedia di Pasar, diproduksi massal (buatan Pabrik).

+ Umur pelayanan panjang.

+ Bila digunakan dengan benar, tidak ada masalah dengan lalat dan bau.

+ Biaya investasi rendah, biaya operasi tergantung harga satuan air dan pengurasan.

+ Keperluan lahan tanah kecil. + Tidak perlu energi listrik.

- Pengurangan bakteri patogen, padatan dan zat organik rendah.

- Eluen dan lumpur tinja masih perlu pengolahan sekunder dan atau pembuangan yang cocok.

- Memerlukan sumber air yang konstan.

- Tidak dibolehkan terkena banjir, sehingga permukaan bangunan/ lubang pemeriksaan harus di atas muka air banjir.

5.3.3 fiLTer anaerOBiK (BiO fiLTer)

deskripsi dasar

Filter Anaerobik adalah bak kedap air yang terbuat dari beton, ibreglass, PVC atau plastik, untuk penampungan dan pengolahan black water dan grey water. Ini adalah tangki pengendapan, dan proses anaerobik membantu mengurangi padatan serta material organik. Tetapi pengolahannya hanya moderat. Tingkat aplikasi Rumah Tangga : (++) Lingkungan : (+) Kota : (o) Tingkat Pengelola Individual : (++) Komunal : (+) Publik : (o) Sumber: Referensi 5_4

PILIHAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Referensi

1. Compendium of Sanitation Systems and Technologies (Tilley, Lüthi et al. 2008).

2. Petunjuk Teknis Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Tangki Bioilter Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga (Departemen PU).

3. Petunjuk Teknis Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga dengan Tanki Bioilter (Departemen PU).

Desain Alternatif

Beberapa desain alternatif Filter Anaerobik (Bio Filter) dapat dilihat pada gambar berikut :

Sumber: Referensi 1

Sumber: Referensi 5_14 Sumber: N/A

PILIHAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

59

Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi

Desain dan Proses

ABR dirancang agar alirannya turun naik seperti terlihat pada gambar. Aliran seperti ini menyebabkan aliran air limbah yang masuk (inluent) lebih intensif terkontak dengan biomassa anaerobik, sehingga meningkatkan kinerja pengolahan. Penurunan BOD dalam ABR lebih tinggi daripada tangki septik, yaitu sekitar 70-95%. Perlu dilengkapi saluran udara. Untuk operasi awal perlu waktu 3 bulan untuk menstabilkan biomassa di awal proses. Pemeliharaan

Busa dan lapisan kotoran (scum) akan rusak jika terlalu tebal. Karena itu, pengendalian padatan harus dilakukan untuk setiap ruang (kompartemen). Lumpur atau endapan harus dibuang setiap 2–3 tahun dengan memakai truk penyedot tinja.

Aplikasi dan Eisiensi

• Cocok untuk semua macam air limbah, seperti air limbah permukiman, rumah-sakit, hotel/penginapan, pasar umum, rumah potong hewan (RPH), industri makanan. Semakin banyak beban organik, semakin tinggi eisiensinya.

• Cocok untuk lingkungan kecil. Bisa dirancang secara eisien untuk aliran masuk (inlow) harian hingga setara dengan volume air limbah dari 1000 orang (200.000 liter/hari).

• ABR terpusat (setengah-terpusat) sangat cocok jika

teknologi pengangkutan sudah ada.

• Tidak boleh dipasang jika permukaan air tanah tinggi, karena perembesan (iniltration) akan memengaruhi eisiensi pengolahan dan akan mencemari air tanah. • Truk tinja harus bisa masuk ke lokasi.

• Digunakan pada beberapa lokasi Sanimas dan MCK di Indonesia.

Pro dan Kontra

+ Tahan terhadap beban kejutan hidrolis dan zat organik. + Tidak memerlukan energi listrik.

+ Grey water dapat dikelola secara bersamaan.

+ Dapat dibangun dan diperbaiki dengan material lokal yang tersedia.

+ Umur pelayanan panjang. + Penurunan zat organik tinggi. + Biaya investasi dan operasi moderat. - Memerlukan sumber air yang konstan.

- Eluen memerlukan pengolahan sekunder atau dibuang ke tempat yang cocok.

- Penurunan zat patogen rendah.

- Pengolahan pendahuluan diperlukan untuk mencegah penyumbatan.

Referensi

1. Compendium of Sanitation Systems and Technologies. 2. Philippines Sanitation Sourcebook and Decision Aid. 3. Evaluation of existing low cost conventional as well as

innovative santitation system and technologies.

5.3.4 anaerOBiC BaffLed reaCTOr

deskripsi dasar

Anaerobic Baled Reactor adalah teknologi tangki septik yang lebih maju. Deretan dinding penyekatnya memaksa air limbah mengalir melewatinya. Pengolahan jadi lebih baik karena adanya peningkatan waktu kontak dengan biomassa aktif.

Tingkat aplikasi

Rumah Tangga : (o)

Lingkungan : (++) Kota : (o) Tingkat Pengelola Individual : (o) Komunal : (++) Publik : (++) Sumber: Referensi 1

PILIHAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Desain dan Proses

Constructed Wetland tujuannya adalah untuk meniru proses alami yang terjadi di daerah rawa dan payau. Sistem ini memiliki dasar dengan lapisan atau saluran yang diiisi pasir atau media (batu, kerikil, pasir, tanah). Saluran atau mangkuk dilapisi penghalang tidak tembus air (tanah liat atau geotekstil) untuk mencegah rembesan air limbah. Vegetasi asli (seperti cattail, alang-alang dan/atau sulur-sulur) dibiarkan tumbuh di bagian dasar.

Pemeliharaan

• Lama kelamaan, kerikil akan tersumbat bersama padatan dan lapisan bakteri yang mengumpul. Bahan penyaring (ilter) perlu dibersihkan secara berkala dan diganti setiap 8 hingga 15 tahun.

• Kegiatan perawatan harus fokus untuk memastikan bahwa pengolahan primer berfungsi efektif. Khususnya untuk mengurangi konsentrasi padatan dalam air limbah, sebelum air limbah masuk ke lahan basah. • Perlu perhatian agar orang tidak bersentuhan dengan

aliran limbah. Sebab ada potensi penularan penyakit dan risiko tenggelam di perairan yang dalam.

Aplikasi dan Eisiensi

• Sistem ini cocok hanya jika mengikuti beberapa tipe pengolahan primer untuk memperkecil BOD. Sistem ini jadi teknologi pengolahan bagus untuk masyarakat. Terutama bagi yang punya fasilitas pengolahan primer, misalnya tangki septik.

• Tergantung volume air dan ukurannya, lahan basah bisa

cocok untuk bagian daerah perkotaan yang kecil, atau daerah pinggiran kota dan perdesaan.

Pro dan Kontra

+ Perlu sedikit ruang dibandingkan Constructed Wetland (aliran vertikal di permukaan).

+ Penurunan BOD, Suspended Solid dan Patogen tinggi. + Tidak ada masalah nyamuk seperti pada Constructed

Wetland (aliran vertikal di permukaan).

+ Dapat dibangun dan diperbaiki dengan material lokal yang tersedia.

+ Tidak memerlukan energi listrik.

- Memerlukan tenaga ahli untuk perencanaan dan supervisi.

- Biaya investasi moderat untuk pengadaan lapisan penutup dan pengisian; biaya operasi rendah.

- Pengolahan pendahuluan diperlukan untuk mencegah penyumbatan.

Referensi

1. Compendium of Sanitation Systems and Technologies (Tilley, Lüthi et al. 2008).

2. Philiphines Sanitation Sourcebook and Decision Aid (WSP).

3. Evaluation of existing low cost conventional as well as innovative santitation system and technologies (NETSSAF 2007).

4. Trihadiningrum, Basri et al. 2008, Phytotechnology, a Nature-Based Approach for Sustainable Water Sanitation and Conservation.