• Tidak ada hasil yang ditemukan

b. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

NO INDIKATOR KINERJA TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 (orang)

2.1.3.4 Fokus Fungsi Penunjang

a. Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan

Dalam fungsi perencanaan, penelitian dan pengembangan, ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan serta dokumen perencanaan teknis strategis merupakan kinerja yang harus dilaksanakan. Pada tahun 2017 Kota Semarang melakukan Perubahan Perda No.6 Tahun 2016 tentang RPJMD Kota Semarang Tahun 2016-2021, untuk mengakomodr Permendagri No 86 Tahun 2017 , Perpres No.29 Tahun 2014 tentang SAKIP, akselerasi pembangunan daerah, erta meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah.

Untuk mencapai kualitas perencanaan didukung penelitian dan pengembangan , salah satu upaya yang dilakukan melalui semakin berkembangnya jejaring /network dengan stakeholder lain yang terkait (pemerintah, swasta, akademisi). Untuk mewujudkan hal tersebut terdapat beberapa kendala antara lain masih terdapatnya kesenjangan antara implementasi dan kebijakan dan belum optimalnya data/informasi dan hasil-hasil kajian penelitian dan pengembangan serta inovasi daerah. Selama tahun 2012-2017 pelaksanaan fungsi Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan menghasilkan kinerja seperti tersaji pada tabel 2.51.

Tabel 2.51

Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan No Uraian Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 1 Tersedianya dokumen RKPD yang telah ditetapkan dgn Perwal tepat waktu 2 2 2 2 2 3

2 Kesesuaian Program RPJMD dengan Program

RKPD (%) 81,48 87,77 88,51 92,05 89,69 100

3 Jumlah Penelitian yang dilaksanakan oleh Bid.

Litbang Bappeda 9 5 4 5 4 5

Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2017 b. Keuangan

Belum optimalnya upaya peningkatan potensi pendapatan daerah teritama dari pajak daerah, terutama dari sisi kesadaran wajib pajak, keterbatasan SDM pemeriksa pajak dan Perda Pajak daerah yang sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini.

Masih kurangnya pengelolaan dan tertib keuangan daerah yang ditunjukkan dengan masih sering terlambatnya pelaporan keuangan daerah, belum optimalnya integrasi sistem pengelolaan keuangan on line, juklak juknis Dana DAK yang selalu

terlambat, dan masih banyaknya permintaan pembayaran yang bertumpu di akhir tahun.

Pengelolaan aset daerah belum optimal terkait dengan masih rendahnya koordinasi antar OPD dalam penghapusan asset daerah dan masih kurangnya tenaga teknis pengukuran asset menggunakan GIS.

Dari permasalahan tersebut diatas menyebabkan masih rendahnya tingkat kemandirian keuangan daerah.

Tabel 2.52

Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Keuangan Tahun 2011-2017

No Uraian 2011 2012 2013 Tahun 2014 2015 2016 2017

1

Tingkat kemandirian keuangan daerah (Persentase Realisasi PAD terhadap Realisasi Pendapatan Daerah)

25,39

% 30,77% 33,11% 35,96% 26,10% 35,98% 45,19%

Sumber : DPKAD Kota Semarang, 2017

c. Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Belum optimalnya pengembangan dan pembinaan aparatur jabatan fungsional dipengaruhi oleh kurangnya informasi dan anggaran untuk pejabat fungsional untuk mengikuti diklat teknis.

Tabel 2.53

Realisasi Kinerja Kepegawaian serta Pendidikan dan Pelatihan

NO INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017

1 Jumlah Pejabat Struktural yang telah mengikuti Diklat Kepemimpinan sesuai jenjang Jabatannya 94 Orang 126 Orang Orang 127

2 Jumlah Pegawai yang Mengikuti Diklat Teknis dan Fungsional 1055 Orang 956 Orang Orang 550 Sumber : Badan Kepegawaian dan Diklat Kota Semarang,2017

. Badan Kepegawaian dan Diklat pada tahun 2017 menyelenggarakan kerjasama dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk diklat kepemimpinan tingkat IV sebanyak 4 angkatan dengan jumlah peserta masing-masing angkatan sejumlah 30 orang. Kemudian pengiriman peserta diklat kepemimpinan tingkat II pada tahun 2017 sejumlah 2 orang dan pengiriman peserta diklat kepemimpinan tingkat III sejumlah 5 orang.

Badan Diklat Kota Semarang saat ini sudah memiliki 1 sertifikasi/akreditasi, sehingga dapat menyelenggarakan diklat secara mandiri dan belum adanya pasal di dalam PP Nomor 100 tahun 2001 tentang Pendidikan dan Pelatihan PNS yang menyebutkan sanksi bagi Pejabat struktural yang tidak mengikuti Diklatpim sesuai dengan jenjangnya sehingga tersirat bahwa Diklatpim bukan merupakan diklat wajib bagi pejabat struktural.

d. Pengawasan

Capaian dalam Urusan Fungsi Penunjang Pengawasan cukup memuaskan. Dalam 6 (enam) tahun terakhir Kota Semarang mendapatkan 5 (lima) kali Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK atas pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah, termasuk di Tahun 2017. Tercapainya tingkat opini tertinggi yang diberikan oleh BPK tersebut menunjukkan efektifnya pelaksanaan pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

Tabel 2.54

Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Pengawasan

No Uraian Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 1 Opini BPK atas pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah WTP WTP WTP WDP WTP WTP

Sumber : Inspektorat Kota Semarang, 2017 e. Unsur Pendukung

Fungsi Unsur Pendukung ditangani oleh perangkat daerah Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD. Masalah yang dihadapi antara lain belum optimalnya pelaksanaan legislasi daerah,terlihat dari 23 raperda yang diajukan, baru 19 yang mendapatkan persetujuan. Namun disisi lain pada tahun 2017 untuk meningkatkan penyerapan aspirasi masyarakat oleh Anggota DPRD, diluncurkan aplikasi E-SARAPAN dengan tagline Saran Aspirasi dan Harapan. Aplikasi ini mendukung realisasi program Parlemen Modern, dimana salah satu indikatornya adalah adanya keterbukaan informasi/Transparansi Publik.

Pada tahun 2017 Sekretariat Daerah Kota Semarang melaksanakan Sosialisasi Road Map Reformasi Birokrasi dan Penyusunan Tujuh Langkah Tujuh Alat (TULTA) Budaya Kerja dalam rangka tindak lanjut atas terbentuknya Peraturan Walikota Semarang No. 7 Tahun 2016 tentang Nilai-nilai Budaya Kerja Pemerintah Kota Semarang dan sebagai rintisan persiapan penyelenggaraan Gelar Budaya antar Perangkat Daerah Kota Semarang.

Tabel 2.55

Realisasi Kinerja Fungsi Unsur Pendukung Tahun 2015-2017

No Indikator Kinerja Satuan Tahun

2015 2016 2017

1 Jumlah raperda yang disetujui

DPRD Raperda 12 18 19

2 Cakupan Peningkatan

Kapasitas Lembaga DPRD. % 44,42 63,75 82,6

3 Predikat Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah (Evaluasi atas penerapan Sakip)

Predikat CC CC B

4 Jumlah Produk Hukum :

 Peraturan Daerah  Peraturan Walikota  Keputusan Walikota Perda Perwal SK Walikota 9 37 575 16 141 569 13 79 328 5 Terfasilitasi dan terselesaikannya kasus pemerintahan Kasus 9 15 15

6 Jumlah Kegiatan kerjasama kemitraan pembangunan antara Pemkot Semarang dengan Pemerintah Daerah lainnya

No Indikator Kinerja Satuan Tahun

2015 2016 2017

7 Prosentase Pengaduan Masyarakat yang tertangani dan terselesaikan

% 100 100 100

8 Survey Kepuasan Masyarakat Nilai 75 78 78,88

Sumber : Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD Kota Semarang, 2017 f. Kewilayahan

Fungsi Penunjang Kewilayahan ditangani oleh 16 Kecamatan di Kota Semarang. Sebagai Perangkat Daerah yang bersifat kewilayahan, kecamatan melaksanakan fungsi koordinasi kewilayahan dan pelayanan tertentu. Fungsi Penunjang Kewilayahan diarahkan pada meningkatnya kualitas penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat dan meningkatnya manajemen Sumber Daya Aparatur dan Kinerja Pelayanan Kecamatan dan Kelurahan, hal ini untuk memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Realisasi kinerjanya dapat dilihat pada tabel 2.56.

Tabel 2.56

Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Kewilayahan

No Indikator Kinerja Satuan Tahun

2015 2016 2017

1 Tingkat kemampuan lembaga masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan wilayah

% 72 75 76

2 Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

pemerintahan & pelaksanaan pembangunan

Kegiatan 177 177 177

3 Persentase kehadiran RT dalam

Musrenbang % NA

91,35 85,43

4 Persentase RT yang usul dalam

musrenbang % NA 84,94

83,56

5 Persentase kondisi sarpras kelurahan dan kecamatan yang ditangani melalui Musrenbang

% NA 76,57 70,23

Sumber : Kecamatan Kota Semarang, 2017

Dokumen terkait