• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

II. ANALISIS INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro untuk melihat kinerja perekonomian secara riil di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai pertambahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua lapangan usaha kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah selama kurun waktu setahun.

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kota Pontianak 2016-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pontianak, Tahun 2021, diolah

Selama kurun waktu tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 perekonomian Kota Pontianak menunjukkan pertumbuhan dengan tren yang cenderung menurun. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak dari tahun 2016 hingga 2019 berkisar antara 4-5%. Pada tahun 2020, perekonomian Kota Pontianak mengalami kontraksi yang sangat mendalam seiring dengan merebaknya pendemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Dampak yang dialami Kota Pontianak menyebabkan perekonomian tumbuh negatif hingga mencapai -3,97%. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pontianak atas dasar harga konstan Tahun 2010 yang pada tahun 2019 mencapai 24,81 triliun rupiah turun sebesar 0,99 triliun rupah menjadi hanya 23,82 triliun rupiah saja pada tahun 2020.

Dari 17 lapangan usaha, 3 (tiga) lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun 2020 adalah Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (38,29%), Pengadaan Listrik dan Gas (25,56%), dan Informasi dan Komunikasi (17,11%). Sementara 3 (tiga) lapangan usaha dengan pertumbuhan terendah yakni Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (-20,11%), Transportasi dan Pergudangan (-14,36%), dan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (-13,50%).

5,08 4,96

4,22 4,14

-3,97

2016 2017 2018 2019 2020

18 Lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mengalami pertumbuhan tertinggi antara lain ditopang oleh peningkatan pendapatan rumah sakit, klinik, dan laboratorium untuk pelayanan Covid-19, serta pencairan insentif untuk tenaga kesehatan.Sektor Informasi dan Komunikasi tumbuh tinggi seiring dengan kenaikan permintaan masyarakat akibat Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH). Sebaliknya sektor Akomodasi dan Makan Minum mengalami kontraksi tinggi disebabkan karena menurunnya tingkat hunian hotel, berkurangnya jumlah kunjungan wisatawan, dan tutupnya hotel serta restoran selama masa pandemi Covid-19.Transportasi dan Pergudangan tumbuh negatif pada tahun 2020 akibat pengurangan dan pembatalan beberapa perjalanan di moda transportasi untuk menekan penyebaran virus Covid-19.

2.1.2 Laju Inflasi

Inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus dan menyebabkan kecenderungan turunnya nilai mata uang di suatu wilayah. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Perkembangan inflasi Kota Pontianak dari tahun 2016 hingga tahun 2020 cenderung mengalami penurunan, yakni dari 3,88% pada tahun 2016 turun menjadi 2,11%pada tahun 2020. Angka inflasi tahun 2020 merupakan inflasi terendah selama lima tahun kebelakang.

Rendahnya inflasi pada tahun 2020 disebabkan karena adanya penurunan daya beli masyarakat sebagai dampak pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, termasuk Kota Pontianak.

Apabila dilihat dari inflasi tahunan perkelompok pengeluaran, terdapat kenaikan dan penurunan di setiap kelompok pengeluaran pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau pada tahun 2020 mengalami laju inflasi sebesar 5,17% bila dibandingkan dengan tahun 2019 yang hanya 0,99%. Sedangkan kelompok Kesehatan mengalami laju inflasi hingga 5,26% dari tahun sebelumnya (0,39%).

Tabel 1.10. Laju Inflasi Gabungan (Nasional) di Kota Pontianak Menurut Kelompok Pengeluaran, Tahun 2016-2020 8. Transportasi, Komunikasi dan Jasa

Keuangan

-0,18 2,68 6,09 - -

9. Makanan, Minuman, dan Tembakau - - - 0,99 5,17

Pakaian dan Alas Kaki - - - 0,20 -0,22

19 Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan

Bakar Lainnya

- - - 0,11 0,67

Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Tumah Tangga

- - - 0,08 0,50

Transportasi - - - 0,16 -1,30

Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

- - - -0,04 -0,65

Rekreasi, Olahraga, dan Budaya - - - 0,00 0,82

Pendidikan - - - 0,14 0,92

Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran

- - - 0,16 2,93

Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya - - - 0,22 1,98

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pontianak. 2021

Selama tahun 2020, Kota Pontianak mengalami inflasi sebanyak 7 bulan dan deflasi sebanyak 5 bulan. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Januari 2020, yakni sebesar 0,73%. Inflasi ini disumbang oleh kenaikan beberapa komoditas antara lain cabai rawit, sawi hijau, ikan kembung, minyak goreng, cumi-cumi, bayam, bawang merah, tomat, ketimun, dan kangkung. Sementara itu, inflasi terendah terjadi pada bulan September 2020 sebesar 0,01%. Komoditas penyumbang inflasi di bulan tersebut yaitu bayam, bawang putih, kentang, minyak goreng, ketimun, kangkung, buncis, udang basah, telur ayam ras, dan susu bubuk.

2.1.3. PDRB Per Kapita

PDRB per Kapita atau juga sering disebut Pendapatan per Kapita merupakan gambaran pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk dalam suatu daerah sebagai ke ikut sertaannya dalam proses produksi. Besaran PDRB per kapita diperoleh dari output yang dihasilkan pada tahun tertentu dibagi jumlah penduduk pada tahun tersebut. Pendapatan perkapita ini sering digunakan oleh para ahli perencanaan wilayah, pengembangan wilayah, studi pembangunan, ekonomi, dan lainnya untuk mengkaji kemajuan suatu wilayah. Semakin besar pendapatan perkapitanya, maka semakin besar juga kemungkinan wilayah itu memiliki tingkat pembangunan dan pendapatan rata-rata penduduk yang tinggi. Berikut rangkuman data yang menggambarkan tingkat pendapatan perkapita penduduk di Kota Pontianak dari tahun 2016 hingga tahun 2020.

20 Tabel 1.11. PDRB, PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Jumlah Penduduk

Pertengahan Tahun Kota Pontianak Tahun 2016-2020

URAIAN 2016 2017 2018 2019* 2020**

PDRB (Juta

Rupiah) 30.474,535 33.416,835 36.075,299 38.763.061 37.685,145 PDRB per Kapita

(Ribu Rupiah) 49.312 53.212 56.544 59.912 57.447

Jumlah Penduduk

(ribu orang) 618 628 638 647 656

Sumber: BPS Kota Pontianak Tahun 2021 * ) Angka Sementara

**) Angka sangat sementara

Sepanjang tahun 2016 hingga tahun 2020, jumlah penduduk Kota Pontianak senantiasa mengalami peningkatan. Namun demikian pertambahan jumlah penduduk tersebut mampu diimbangi oleh peningkatan PDRB dari tahun 2016 hingga tahun 2019, sehingga PDRB per kapita Kota Pontianak juga menunjukkan adanya peningkatan selama periode 2016-2019. Merebaknya Covid-19 yang melanda dunia di penghujung tahun 2019 berakibat pada merosotnya PDRB Kota Pontianak pada tahun 2020, sementara jumlah penduduk Kota Pontianak terus mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan pada PDRB per kapita Kota Pontianak pada tahun 2020, dari sebelumnya mencapai 59,912 juta rupiah per tahun turun menjadi 57,447 juta rupiah per tahun. Namun penurunan ini masih lebih tinggi dari PDRB per kapita pada tahun 2018 yang hanya sebesar 56,544 juta rupiah per tahun saja.

2.1.4 Indeks Gini

Peningkatan PDRB Perkapita serta pertumbuhan ekonomi yang positif tidak menjamin adanya sebuah pemerataan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu untuk mengukur peningkatan pembangunan suatu daerah selain melihat dari faktor pertumbuhan ekonomi perlu dilihat pula tingkat pemerataannya yang dapat dilihat salah satunya melalui Indeks Gini (Gini Rasio). Indeks Gini secara luas digunakan untuk mengukur ketimpangan dan distribusi pendapatan. Cara untuk menganalisis distribusi pendapatan perorangan adalah menggunakan kurva Lorenz. Kurva Lorenz menunjukkan hubungan kuantitatif antara persentase pemduduk dengan persentase pendapatan yang mereka terima. Semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal (pemerataan sempurna), maka semakin tinggi pula derajat ketidak merataan ditunjukkan.

Keadaan yang paling ekstrim dari ketidak merataan sempurna, misalnya keadaan dimana seluruh pendapatan hanya diterima oleh satu orang, akan ditunjukkan oleh berimpitnya kurva Lorenz tersebut dengan sumbu horizontal bagian bawah dan sumbu vertikal sebelah kanan.

Nilai Gini Rasio berkisar antara 0 hingga 1. Semakin tinggi nilai gini rasio mendekati 1 maka menunjukkan ketimpangan pendapatan penduduk makin melebar, atau mendekati ketimpangan sempurna. Berdasarkan nilai gini rasio, terdapat tiga kelompok ketimpangan yaitu:

ketimpangan tinggi jika nilai koefisien gini rasio 0,5 atau lebih, sedang jika nilainya antara 0,30-0,49 dan rendah jika kurang dari 0,30.

21 Gini Rasio Kota Pontianak selama tahun 2016-2020 menunjukkan nilai yang cenderung berfluktuatif dari kisaran 0,33 hingga 0,37 yang bila dilihat dari pengelompokan ketimpangannya masih tergolong dalam kategori sedang. Gini rasio Kota Pontianak tertinggi selama lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2018 hingga mencapai 0,37. Pada tahun 2019 dan 2020 rasio tersebut dapat diturunkan kembali menjadi 0,34 dan 0,33. Hal ini menggambarkan semakin berkurangnya kesenjangan di Kota Pontianak. Penurunan indeks ini diharapkan terus terjadi di tahun-tahun kedepan sehingga peningkatan kesejahteraan dapat dirasakan merata oleh seluruh masyarakat Kota Pontianak.

Tabel 1.12. Gini Ratio Kota Pontianak Tahun 2016-2020

TAHUN INDEKS GINI

2016 0,33

2017 0,34

2018 0,37

2019 0,34

2020 0,33

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pontianak Tahun 2021 2.1.5 Persentase Penduduk di Atas Garis Kemiskinan

Garis Kemiskinan atau batas kemiskinan menurut BPS adalah representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. Garis Kemiskinan setiap Kabupaten dan Kota berbeda satu dengan yang lain, mengingat setiap kabupaten kota memiliki harga bahan pokok makanan dan non makanan yang berbeda-beda sehingga uang yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan juga akan menjadi berbeda di setiap kabupaten dan kota yang ada di seluruh NKRI.

Dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020, Garis Kemiskinan Kota Pontianak selalu mengalami peningkatan, dari 427.783 rupiah di tahun 2016 menjadi 567.432 rupiah di tahun 2020.

Hal ini berarti terdapat peningkatan harga makanan maupun non makanan yang tergolong sebagai kebutuhan dasar dari tahun ke tahun di Kota Pontianak. Pada tahun 2020, dibutuhkan biaya sebesar 567.432 rupiah untuk setiap orang memenuhi kebutuhan dasar baik kebutuhan makanan maupun kebutuhan non-makanan setiap bulannya. Sehingga, apabila terdapat penduduk yang memiliki pendapatan kurang dari 567.432 rupiah setiap bulannya pada tahun 2020 akan digolongkan sebagai penduduk miskin.

22 Tabel 1.13. Angka dan Garis Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase

Penduduk di atas Garis Kemiskinan Kota Pontianak Tahun 2016-2020

NO. KEMISKINAN 2016 2017 2018 2019 2020

1 Garis Kemiskinan (Rp/Kap/bulan)

427.783 439.648 483.618 523.736 567.432 2 Jumlah Penduduk Miskin (ribu

jiwa)

34,13 33,18 31,76 31,46 30,70 3 Angka Kemiskinan (persen) 5,55 5,31 5,00 4,88 4,70 4 Persentase Penduduk di atas

Garis Kemiskinan (persen)

94,45 94,69 95,00 95,12 95,30 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pontianak Tahun 2021

Jumlah penduduk miskin di Kota Pontianak dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2016 jumlah penduduk miskin di Kota Pontianak berjumlah 34,13 ribu jiwa atau 5,55% dari seluruh jumlah penduduk Kota Pontianak. Angka ini terus mengalami penurunan menjadi 4,70% atau berjumlah 30,70 ribu jiwa pada tahun 2020. Penurunan kemiskinan tertinggi terjadi pada tahun 2018 yakni sebesar 0,31% dari tahun 2017 yang menyebabkan jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 1,42 ribu jiwa.

Untuk mengetahui Persentase Penduduk di atas Garis Kemiskinan dapat dilihat dari angka kemiskinannya, yakni dengan mengurangkan angka 100 dengan angka kemiskinan. Hasilnya menunjukkan Persentase Penduduk di atas Garis Kemiskinan di Kota Pontianak selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, dari 94,45% pada tahun 2016 meningkat menjadi 95,30% pada tahun 2020, atau meningkat sebesar 0,85% selama lima tahun terakhir.

2.1.6. Rasio Kesenjangan Kemiskinan

Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks berarti semakin dalam tingkat kemiskinan karena semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan.

Indeks Kedalaman Kemiskinan Kota Pontianak berada pada angka 0,71 pada tahun 2016.

Angka tersebut meningkat di tahun 2017 1,01, namun kemudian kembali menurun di tahun 2018 menjadi 0,62. Ini menandakan adanya perbaikan pada tingkat kedalaman kemiskinan di Kota Pontianak pada tahun 2018 dikarenakan rata-rata pengeluaran penduduk miskin mendekati Garis Kemiskinan. Namun pada tahun 2019 dan 2020 indeks ini kembali mengalami kenaikan menjadi 0,70 dan 1,50 yang mengindikasikan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan semakin jauh dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2018.

23 Grafik 1.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index) dan Indeks Keparahan

Kemiskinan (Poverty Severity Index) Kota Pontianak Tahun 2016-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pontianak Tahun 2021

Sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index) merupkan indeks yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.Pada tahun 2016, Indeks Keparahan Kemiskinan berada pada 0,16 sempat mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2017 menjadi 0,35, kemudian turun menjadi 0,14 pada tahun 2018 yang menggambarkan semakin berkurangnya ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Pada tahun 2019, indeks ini sedikit mengalami peningkatan menjadi 0,16, namun kemudian kembali turun menjadi 0,09 pada tahun 2020. Indeks ini merupakan yang terendah selama lima tahun terakhir, artinya ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di Kota Pontianak semakin rendah.

Dokumen terkait