• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

1.6 Penggunaan Lahan

Data penggunaan lahan Kota Pontianak yang tersedia masih dengan luas 107,82 km², dari luas wilayah 43,62% merupakan lahan terbangun dengan berbagai fungsi. Dari tabel dapat dilihat bahwa lahan dominasi perkembangan penggunaan lahan kota adalah dengan fungsi permukiman dan perkembangan di wilayah Kota Pontianak.

Tabel 1.3 . Perkembangan Penggunaan Lahan di Kota Pontianak Tahun 2010-2017

No Jenis Penggunaan Lahan 2010 2017 Perkembangan(%

)

1. Permukiman 3.685,72 3.975,15 7,85%

2. Perdagangan dan Jasa 458,4 696,08 51,85%

3. Perkantoran Pemerintah dan Pelayanan Umum

39,74 113,26 185,00%

4. Militer 17,04 17,04 0,00%

5. Industri dan Pergudangan 156,46 266,1 70,08%

6. Pariwisata, Rekreasi dan Seni Budaya 10,41 72,06 592,22%

7. Pertanian dan Peternakan 2.263,47 926,21

8. Fasilitas Kesehatan 22,69 35,27 55,44%

5

No Jenis Penggunaan Lahan 2010 2017 Perkembangan(%

)

9. Fasilitas Pendidikan 195,18 295,41 51,35%

10. Fasilitas Peribadatan 27,23 27,23 0,00%

11. Fasilitas Sosial 3,73 3,73 0,00%

12. Lapangan Olahraga 68,24 69,25 1,48%

13. Pemakaman Umum 35,71 57,52 61,08%

14. Taman 19,39 390,68 1914,85%

15. SPBU 4,41 358,09 8019,95%

16. Pembangkit Listrik 6,05 6,05 0,00%

17. Prasarana Transportasi/Terminal 10,85 5,93 -45,35%

18. Pelabuhan2 46,55 46,55 0,00%

19. Tempat Pengolahan Akhir Sampah 4,22 16,91 300,71%

20. Semak 3061,51 2758,00

21. Sungai 645,00 645,00 0,00%

Jumlah 10.782 10.782

Sumber : Hasil Survey Lapangan Tahun 2017, Tahun 2010 Hasil Perhitungan Basis Data Arc GIS PT. Krinotek

Data di atas menunjukan bahwa perkembangan kawasan terbangun diantaranya perkembangan kawasan permukiman meningkat sebesar 7,85%; kawasan perdagangan dan jasa meningkat sebesar 51,85%; kawasan industri dan pergudangan meningkat sebesar 70,08%; serta kawasan pariwisata, rekreasi dan seni budaya meningkat sebesar 592,22%. Perkembangan penggunaan lahan terbangun mengindikasikan bahwa kegiatan penduduk Kota Pontianak meningkat cukup pesat.

a. Kawasan Lindung

Pengembangan kawasan lindung meliputi kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, ruang terbuka hijau (RTH) Kota, kawasan suaka alam dan cagar budaya, dan kawasan rawan bencana alam. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak Tahun 2012-2033, pengembangan kawasan lindung di Kota Pontianak yang direncanakan adalah:

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya, meliputi kawasan bergambut dengan kedalaman gambut lebih dari 4 (empat) meter seluas kurang lebih 641 (enam ratus empat puluh satu) hektar. Kawasan yang termasuk dalam kawasan lindung gambut di Kota Pontianak kurang lebih sebesar 1.607 hektar atau sekitar 14,9 persen dari luas keseluruhan Kota Pontianak yang meliputi kawasan lindung gambut di Kelurahan Batu Layang dan Kelurahan Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara, Kelurahan Parit Tokaya Kecamatan Pontianak Selatan, dan Kelurahan Bansir Darat Kecamatan Pontianak Tenggara.

6 Adapun peraturan zonasi untuk rencana pengelolaan penggunaan lahan pada kawasan bergambut disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Melakukan rehabilitasi lahan pada kawasan yang telah rusak;

2. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;

3. Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengubah tata air dan ekosistem unik;

4. Pengendalian material sedimen yang masuk ke kawasan bergambut melalui badan air.

Gambar 1.1. Peta Lokasi Gambut Kota Pontianak dan Sekitarnya

Kawasan Perlindungan Setempat, yakni kawasan-kawasan yang harus dilindungi karena fungsinya yang sangat penting untuk menjaga kelestarian unsur alamiah tertentu seperti garis sempadan sungai, sempadan pantai, daerah sekitar waduk atau danau dan daerah sekitar mata air.

Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung bahwa kriteria yang dipakai untuk menentukan batas kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang sungai sekurang-kurangnya 15 meter di tepi kanan-kiri sungai besar dan 10 meter di tepi kanan-kiri sungai kecil dihitung dari titik pasang terendah sungai tersebut.

Sebagaimana kriteria tersebut di atas, kawasan yang termasuk kawasan sempadan sungai di Kota Pontianak adalah kawasan sepanjang tepi kanan-kiri Sungai Kapuas, Sungai Landak, Sungai Malaya dan parit-parit primer seperti Sungai Nipah Kuning, Sungai Jawi, Sungai Raya dan lain-lain. Mengingat sudah banyaknya permukiman penduduk yang berada pada kawasan sempadan sungai, maka kawasan terbangun pada sempadan sungai dan parit primer direkomendasikan sebagai kawasan dengan intensitas kegiatan rendah dengan pembangunan terbatas misalnya pembangunan jalan inspeksi pada sempadan sungai serta pengembangan tembok/tanggul penahan daya rusak air. Sedangkan untuk lahan kosong yang berada pada kawasan sempadan sungai diarahkan sebagai jalur hijau yang bebas dari pembangunan kecuali untuk pembangunan yang mendukung fungsi perlindungan setempat misalnya penanaman vegetasi/penghijauan pada sempadan sungai sebagai ruang terbuka hijau serta penataan, pengamanan dan penertiban pemanfaatan lahan pada sempadan sungai sesuai peruntukannya.

7 Ruang Terbuka Hijau (RTH), yakni area memanjang atau jalur dan/atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun sengaja ditanam. Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH Alami (habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional) serta RTH Non Alami atau Binaan (taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan). Sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013-2033, RTH Kota terbagi menjadi dua yaitu RTH Privat dan RTH Publik. RTH Privat meliputi perkarangan rumah, halaman perkantoran, pelayanan umum, pertokoan, tempat usaha dan taman atap bangunan. Sedangkan RTH Publik meliputi taman kota, hutan kota, lapangan olahraga, jalur hijau pada median jalan dan tepi jalan, pemakaman umum, serta agrowisata/kawasan Sentra Agro Bisnis. Adapun jenis dan luas RTH Privat di Kota Pontianak dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.4 . Jenis dan Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik di Kota Pontianak Tahun 2020

No. Jenis RTH

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pontianak

Kawasan Perlindungan Cagar Budaya, yaitu kawasan yang melindungi kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga perlu dilindungi dan lestarikan demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa dan kepentingan maksimal.

Sebagaimana ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.26/PW007/MKP/2008 tentang Penetapan Istana Kadriah dan Masjid Jami' Kesultanan Pontianak sebagai Benda Cagar Budaya, Situs atau Kawasan Cagar Budaya yang dilindungi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Kawasan Rawan Bencana meliputi kawasan rawan banjir dan genangan,kawasan rawan kebakaran permukiman dan kawasan kebakaran hutan dan lahan serta kawasan rawan bencana puting beliung, Secara geografis Kota Pontianak dilalui oleh Sungai Kapuas dan secara topografinya sebagian besar wilayah Kota Pontianak merupakan lahan yang datar dengan kemiringan lahan 0-2 persen, sehingga tidak tergambarkan kawasan rawan bencana longsor, akan tetapi terdapat beberapa lokasi yang memiliki potensi tergenang air yakni:

1. Kelurahan Parit Tokaya dan sekitarnya, meliputi kawasan jalan KS. Tubun, Sutoyo, Suprapto dan Ahmad Yani

8 2. Kelurahan Sungai Bangkong dan sekitarnya, meliputi jalan Alianyang dan jalan Gusti

Hamzah

3. Kelurahan Siantan Hulu, wilayah Parit Bentasan sekitar Sungai Malaya

Kawasan rawan kebakaran permukiman sebagaimana dimaksud terdapat di bagian wilayah kota yang mempunyai tingkat kepadatan dan kerapatan bangunan yang tinggi terutama kawasan pusat palayanan kota dan sub pusat pelayanan kota semisal pusat perbelanjaan/pasar tradisional serta kebakaran hutan yang sering terjadi pada musim kemarau yang cenderung mengakibatkan polusi asap tebal sedangkan kawasan yang berpotensi rawan kebakaran Hutan dan Lahan sebagaimana sebagaimana dimaksud antara lain :

1. Kecamatan Pontianak Utara meliputi Kelurahan Batu Layang, Kelurahan Siantan Hilir dan Siantan Tengah;

2. Kecamatan Pontianak Selatan, meliputi Kelurahan Akcaya, Kelurahan Kota Baru dan Kelurahan Parit Tokaya; dan

3. Kecamatan Pontianak Tenggara, meliputi Kelurahan Bangka Belitung Darat dan Kelurahan Bansir Darat.

Sedangkan Kawasan Rawan Bencana Puting Beliung meliputi seluruh wilayah Kota Pontianak.

b. Kawasan Budidaya

Sebagai salah satu implementasi terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup kota, Pemerintah Kota Pontianak menaruh perhatian lebih terhadap pengembangan kawasan budidaya dengan tetap memperhatikan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kawasan Budidaya dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya. Adapun rencana pengembangan kawasan budidaya di Kota Pontianak adalah diarahkan pada upaya untuk mengendalikan alih fungsi guna lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota Pontianak Tahun 2013-2033, dimana kawasan budidaya tersebut adalah terdiri dari kawasan perumahan, pemerintahan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, industri dan pergudangan, pariwisata dan rekreasi serta militer. Secara garis besar, kondisi penggunaan lahan Kota Pontianak dapat dilihat sebagaimana gambar berikut:

9 Gambar 1.2. Peta Penggunaan Lahan di Kota Pontianak

Sumber: RTRW Kota Pontianak Tahun 2013-2033

Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa kawasan budidaya didominasi untuk peruntukan lahan pertanian dengan luas 49,9% dari total luas wilayah Kota Pontianak, kemudian diikuti dengan peruntukan perumahan dan permukiman yang luasnya mencapai 34,2%, dan sisanya kurang lebih 15,9% terbagi untuk peruntukan fasilitas perkantoran, perdagangan dan jasa, kesehatan, pendidikan, kesenian dan olahraga, rumah ibadah, perdagangan dan jasa, industry dan pergudangan, serta sarana dan prasarana perkotaan.

Dokumen terkait