• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

B. Lahan Tidak Terbangun (non-built up areas)

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat

Analisis kinerja Pemerintah Kota Pekanbaru atas fokus kesejahetraan masyarakat dilakukan terhadap beberapa indikator, yaitu; angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja dan lain-lain.

Kinerja pembangunan kesejahteraan masyarakat Kota Pekanbaru untuk setiap indikator disajikan sebagai berikut.

2.2.2.1. Pendidikan

Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sasaran dari pembangunan pendidikan. Pencapaian sasaran ini dilaksanakan melalui tiga program utama, yaitu: perluasan dan pemerataaan kesempatan memperoleh pendidikan, tercapainya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan. Kinerja pemerintah Kota Pekanbaru di bidang pendidikan dapat disampaikan sebagai berikut ini.

99.5

99.7

99.77 99.8

99.87

99.4 99.5 99.6 99.7 99.8 99.9 100

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.3 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

II - 15 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Angka Melek Huruf (AMH) merupakan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin. Nilai AMH dari tahun 2006 sampai 2010 yang terus naik dengan angka di atas 99,5 %, bahkan pada tahun 2010 mencapai nilai 99,87% menunjukkan bahwa hampir seluruh penduduk kota Pekanbaru berusia 10 tahun ke atas memiliki kemampuan membaca dan menulis.

Artinya hampir seluruh penduduk Kota Pekanbaru mampu membaca dan menulis.

11 11.05 11.1 11.15 11.2 11.25 11.3 11.35 11.4 11.45 11.5

2007 2008 2009 2010

11.3 11.3 11.32 11.33

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.4 Angka Rata-rata Lama Sekolah Kota Pekanbaru Tahun 2007-2010

Pada Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa sejak tahun 2007 sampai 2010, rata-rata penduduk Kota Pekanbaru yang berusia 15 tahun ke atas telah menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani selama 11,3-11,33 tahun atau setingkat SMA/MA. Capaian ini termasuk kategori sangat baik, mengingat capaian sampai tingkat SLTA ini melampaui program wajib belajar 9 tahun, dan hampir (94,4%) mencapai target maksimal, yaitu program wajib belajar 12 tahun.

Namun demikian, karena lamanya bersekolah ini juga merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu yang diharapkan akan meningkatkan pendapatan individu dengan naiknya nilai rata-rata lama sekolah ini, maka setiap individu dan pemerintah kota Pekanbaru akan terus meningkatkan angka ini sampai tingkat tertinggi di perguruan tinggi, sehingga akumulasi modal manusia Pekanbaru ini setiap tahun semakin meningkat.

II - 16 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

131.15 135.59

115.59 121.55 122.74

99.72 98.26 96.19

110.72 111.32

46.74

56.42

89.07 89.07 89.69

40 60 80 100 120 140

2006 2007 2008 2009 2010

SD SMP SMA

(Tahun) ( % )

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.5 APK Tingkat SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan jumlah siswa pada masing-masing tingkat pendidikan SD/MI; SLTP da, SLTA, dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7-12 tahun untuk SD/MI; 13-15 tahun untuk SLTP dan 16-18 tahun untuk SLTA. Nilai APK bias jadi lebih dari 100%, karena siswa SD/MI misalnya, ada yang berusia kurang dari 7 tahun, dan ada juga yang berusia lebih dari 12 tahun; begitu juga dengan siswa SLTP dan SLTA yang sangat mungkin ada yang berusia di luar dari range usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun.

Dapat dilihat pada Gambar 2.5 bahwa nilai APK Tingkat SD/MI pada tahun 2006-2010 sudah di atas 100%, walaupun sempat ada tren turun dari tahun 2007 ke tahun 2008, tapi kemudian nilai APK kembali naik dalam 3 tahun berikutnya.

Tren nilai APK untuk tingkat SLTP sempat turun dari tahun 2006 sampai 2008, dengan nilai APK di bawah 100%, tetapi pada tahun 2009 dan 2010 nilai APK SLTP di atas 100%. Sedangkan APK untuk SLTA pada 2 tahun pertama dari 2006-2010 sangat rendah (46,74% dan 56,42%), namun pada 3 tahun terakhir (2008-2010) nilai APK SLTA naik signifikan pada angka di atas 80%, bahkan pada tahun 2010, hanya tinggal sekitar 10% saja anak usia 16-18 tahun yang belum mengenyam pendidikan setingkat SLTA.

Angka Partisipasi murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama.

APM SD-SLTP dan SLTA Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 dipaparkan pada Gambar 2.6 di bawah ini. Dari gambar tersebut terlihat bahwa partisipasi sekolah penduduk usia SD/MI rata-rata sejak tahun 2006 sampai 2010 sudah di atas 100%. Nilai APM SD di atas 100% ini menunjukkan bahwa siswa SD di Kota Pekanbaru juga bukan hanya penduduk Kota Pekanbaru, namun juga penduduk luar Kota Pekanbaru, yaitu Kabupaten Kampar dan Kabupaten Siak yang bertempat tinggal di daerah perbatasan.

Sedangkan untuk penduduk usia SLTP sejak tahun 2006 menunjukkan tren yang selalu naik dari nilai APM 72,5% menjadi 94,92% pada tahun 2010. Artinya hanya sekitar 5% saja penduduk usia 13-15 tahun yang belum bersekolah di tingkat SLTP. Untuk penduduk usia 16-18 tahun, dengan nilai APM masih di bawah 65%, menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya baik penambahan

II - 17 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

fasilitas maupun kesempatan bagi penduduk usia 16-18 tahun agar dapat mengenyam pendidikan tingkat SLTA.

112.2 110.25

99.6 104.59 102

72.5 74.48

84.43

94.15 94.92

49.01

64.98 64.98 63.62

40 50 60 70 80 90 100 110 120

2006 2007 2008 2009 2010

SD SMP SMA

(Tahun) ( % )

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.6 APM SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010 Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT) merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. Capaian APT penduduk berumur 10 tahun ke atas Kota Pekanbaru pada tahun 2005-2010 ditampilkan pada tabel 2.17.

Dari tabel 2.17 tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 APT SLTA (SMA/MA/ SMK/sederajat) adalah 39,83%, selanjutnya APT SLTP (SMP/MTs/sederajat) adalah 19,57%.

Tabel 2.17

Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas Menurut Ijasah Tertinggi yang Dimiliki pada Tahun 2005 s.d 2010 Kota Pekanbaru

Ijazah Tertinggi 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tidak punya ijazah 11.58 12.54 11.79 12.94 11.43 12.56

SD/MI/Sederajat 19.25 16.82 17.35 16.09 17.65 15.38

SLTP/MTS/Sederajat 20.00 18.16 21.12 19.78 21.94 19.57 SLTA/SMU/MA/SMK/

Sederajat 37.63 40.54 36.01 37.32 37.65 39.83

D I/ D II / D III 4.20 4.12 5.75 4.80 4.13 4.56

D IV / S1 / S2 / S3 7.34 7.81 7.98 9.07 7.20 8.10

Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011

Gambar 2.7 di bawah ini memperlihatkan perkembangan APT Kota Pekanbaru dari tahun 2005 sampai 2010. Dapat dilihat bahwa sejak tahun 2005 sampai 2010, sebagian besar tenaga kerja yang tersedia berpendidikan sampai dengan SLTA, selanjutnya peringkat kedua background pendidikan tenaga kerja adalah tamatan SLTP, sedangkan tenaga kerja lulusan sarjana (DIV/S1/S2/S3) hanya sekitar 8,1%.

Pembangunan pendidikan diarahkan agar tenga kerja berpendidikan sarjana adalah yang dominan.

II - 18 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

2005 2006 2007 2008 2009 2010

SD SLTP SLTA Diploma Sarjana

Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011

Gambar 2.7 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Ijasah Tertinggi yang dimilikidi Kota Pekanbaru Tahun 2005-2010

2.2.2.2. Kesehatan

Pembangunan di Kota Pekanbaru dalam kurun 5 tahun terakhir telah memberikan kontribusi besar pada pelayanan kesehatan masyarakat. Dampak pembangunan bidang kesehatan di Kota Pekanbaru selama 5 tahun terakhir telah dapat dirasakan oleh masyarakat. Pemerintah Kota telah melakukan berbagai program dam kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Tingkat keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat pada indikator kinerja utama bidang kesehatan yang diantaranya meliputi Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Usia Harapan Hidup (AHH), Persentase Balita Gizi Buruk, dan sebagainya yang dijelaskan pada paparan berikut ini.

Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai usia 1 tahun, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi usia di bawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Dapat dilihat pada tabel 2.18 di bawah bahwa AKHB hampir mencapai nilai maksimum, dan AKB hanya kurang dari 4, yang bermakna bahwa dari 1000 orang bayi yang lahir hidup pada tahun 2006 sampai 2010 hanya kurang dari 4 orang bayi saja yang meninggal sebelum berusia 1 tahun. Data jumlah kematian bayi ini berasal dari data pada fasilitas kesehatan Kota Pekanbaru (Puskesmas).

Tabel 2.18

Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Tahun 2006 s.d 2010 Kota Pekanbaru

No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010

1 Angka kematian bayi per 1000

kelahiran hidup 1,30 0,76 1,03 3,92 3,70

2 Angka kelangsungan hidup bayi 998,7 999,24 998,97 996,08 996,30 Sumber: Profil Kesehatan Kota Pekanbaru – Dinas Kesehatan, 2011

Catatan: Data kematian bayi tersebut merupakan data yang tercatat pada fasilitas kesehatan Kota Pekanbaru

II - 19 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Angka Usia Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada tahun tertentu. Pada gambar 2.8 di bawah ini dapat dilihat bahwa sejak tahun 2006 sampai 2011, harapan hidup bayi yang lahir pada tahun 2006 sampai 2011 memiliki harapan hidup sampai umur sekitar 70 tahun lebih, bahkan pada 4 tahun terakhir AHH nya stabil pada angka 70,7 tahun.

Sumber: Profil Kesehatan Kota Pekanbaru – Dinas Kesehatan, 2012

Gambar 2.8 Angka Usia Harapan Hidup Kota Pekanbaru Tahun 2006-2011 Persentase Balita Gizi Buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO.

Gambar 2.9 di bawah menunjukkan persentase gizi buruk Kota Pekanbaru pada tahun 2007 – 2011. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada periode 2007-2011, jumlah bayi berstatus gizi buruk masuk kategori rendah, bahkan pada tahun 2010, persentase bayi gizi buruk hanya kurang dari 0,05%, artinya hampir tidak ada kejadian bayi berstatus gizi buruk di Kota Pekanbaru pada tahun 2007-2011.

Sumber : Profil Kesehatan Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.9 Persentase Balita Kasus Gizi Buruk Kota Pekanbaru 2007-2011

II - 20 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.19 memberikan informasi jumlah kasus bayi berstatus gizi buruk untuk setiap kecamatan di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai 2011. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah bayi berstatus gizi buruk turun drastis dari jumlah 55 orang pada tahun 2007 menjadi 25 orang pada tahun 2008, bahkan pada tahun 2011 hanya tinggal 4 orang bayi saja yang mengalami status gizi buruk. Hal ini merupakan salah satu indikasi keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di kota Pekanbaru.

Tabel 2.19

Jumlah Balita Gizi Buruk Per Kecamatan Kota Pekanbaru Tahun 2007-2011

NO KECAMATAN JUMLAH BALITA GIZI BURUK

(TAHUN)

2007 2008 2009 2010 2011

1 BUKIT RAYA 0 0 2 0 1

2 MARPOYAN DAMAI 0 2 1 0 0

3 TAMPAN 1 1 1 1 1

4 SUKAJADI 3 0 0 0 0

5 PEKANBARU KOTA 1 0 0 0 0

6 SAIL 4 1 0 0 0

7 LIMAPULUH 0 0 0 0 0

8 TENAYAN RAYA 17 4 0 0 1

9 SENAPELAN 4 6 0 0 0

10 RUMBAI PESISIR 20 0 0 0 1

11 RUMBAI 2 7 1 2 0

12 PAYUNG SEKAKI 3 4 1 0 0

KOTA PEKANBARU 55 25 5 3 4

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2012

2.2.2.3. Ketenagakerjaan

Indikator keberhasilan pembangunan daerah juga ditentukan oleh persentase angkata kerja yang bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Walaupun jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja senantiasa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun pemerintah berupaya terus mengimbanginya dengan upaya perluasan kesempatan kerja dengan membuka lapangan kerja baru dengan berbagai upaya baik langsung maupun melibatkan pihak swasta. Membenahi fasilitas dan infrastruktur serta regulasi juga memberikan dampak ketertarikan calon investor datang ke Pekanbaru, sehingga penambahan investasi dari pihak swasta ini dapat menyerap tenaga kerja yang semakin banyak. Tabel berikut ini memperlihatkan keadaan dan perkembangan ketenagakerjaan Kota Pekanbaru pada 2 tahun terakhir (2009-2010). Dari Tabel 2.20 dapat dilihat bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari tahun 2009 ke 2010 mengalami peningkatan dari 60,46% menjadi 67,70%. Berbagai upaya pemerintah kota beserta pihak swasta telah berkontribusi dalam menurunkan tingkat pengangguran yang mengalami tren menurun dari 12,03% menjadi 10,23% pada tahun 2010.

II - 21 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Seiring dengan itu jumlah tenaga kerja yang bekerja juga meningkat dari 87,97%

menjadi 89,77% pada tahun 2010.

Tabel 2.20 juga memperlihatkan bahwa sektor perdagangan, rumah makan dan hotel menjadi sektor yang paling dominan (35,74%) sebagai tempat bekerja, disusul sektor jasa (31,20%) dan sektor bangunan (10,32%). Kenyataan ini memperlihatkan bahwa pihak swasta memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan peluang kerja. Untuk itu pemerintah kota Pekanbaru senantiasa terus berupaya membenahi infra sktruktur dan regulasi serta menciptakan suasana nyaman bagi investor agar terus datang dan menanamkan modalnya di Pekanbaru.

Tabel 2.20

Statistik Ketenagakerjaan Tahun 2009-2010 Kota Pekanbaru

No Uraian 2009 2010

1 TPAK (%) 60.46 67.70 2 Tingkat Pengangguran (%) 12.03 10.23 3 Bekerja (%) 87.97 89.77 4 UMR (000 Rupiah) 925 1,055

LIMA SEKTOR PEKERJAAN UTAMA (%) 1 Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan

hotel

35.74 2 Jasa kemasyarakatan, social dan perorangan 31.20

3 Bangunan 10.32

4 Industri pengolahan 7.25 5 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 5.39 Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011