• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Saluran Drainase, Normalisasi Sungai dan Persampahan

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

B. Lahan Tidak Terbangun (non-built up areas)

2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah dan Infrastruktur

2.4.2.5. Pembangunan Saluran Drainase, Normalisasi Sungai dan Persampahan

a. Saluran Drainase dan Normalisasi Sungai

Pembangunan drainase belum ada datanya dalam periode 2006-2010. Namun kasus banjir dan genangan air saat musim hujan pada tempat-tempat tertentu, seperti area Rumbai, Panam dan Sail sudah sering terjadi kala musim hujan.

Sedangkan jalan-jalan utama di Pekanbaru juga sering tergenang air kala musim hujan, terutama di jalan ujung Terminal AKAP Payung Sekaki, jalan Ponegoro, Jalan Imam Munandar dan jalan lainnya.

Namun kasus banjir dan genangan air sudah merupakan hal rutin (informasi dari berbagai sumber Koran Riau Pos, 2005-2011).

0 50000 100000 150000 200000

tahun

meter

Panjang talud yang dibangun 2300 48300 7613 10674 14041 Panjang talud yang

terpelihara

1750 3675 5793 8122 10684

Panjang sungai yang dinormalisasi

28356 59548 93859 131601 173117

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.29 Panjang talud dan normalisasi sungai, 2006-2010

II - 62 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Pajang talud dan normalisasi sungai yang dibangun sudah sangat signifikan naik lebih dari 700%, namun masih sangat terbatas dengan panjang sungai dan parit yang ada di Pekanbaru.

Informasi ini belum mencukupi perlu tambahan data panjang parit yang dibutuhkan, panjang sungai dan jalan yang ada.

b. Waterfront City

Perkembangan aktivitas masyarakat di sepanjang bantaran Sungai Siak – Pekanbaru, Propinsi Riau menunjukkan intensitas kegiatan yang tinggi. Hal ini nantinya dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan habitat Sungai bila tidak dilakukan pengendalian terhadap space use.

Perilaku Sungai Siak bila meluap selalu menggenangi kawasan–kawasan di sekitarnya, yang secara geografis memang terletak pada dataran rendah dan relatif tidak terlalu tinggi dibanding pusat kota. Selain itu terjadi perbedaan elevasi / peil pasang surut air sungai yang tinggi.

Aktivitas yang berada di sepanjang Sungai Siak adalah permukiman lama penduduk yang berada di bawah tanggul; kawasan bisnis / perdagangan (seperti Pasar Bawah; Rumah Makan, Toko dll); kawasan perkantoran; kawasan pendidikan; kawasan sosial; pelabuhan / dermaga tempat bersandar kapal;

jembatan yang melintasi Sungai sebagai jalur transportasi darat; dan bahkan letak jalan untuk lalu lintas kendaraan berada di atas lokasi kawasan permukiman serta kegiatan transportasi sungai dengan intensitas tinggi.

Sumber : Laporan Akhir Penataan Sungai Siak, 1999

Gambar 2.30 Kondisi eksisting kawasan di area perencanaan Waterfront City, 1999

II - 63 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Kawasan Perencanaan Waterfront City yang merupakan salah satu kawasan jantung Kota Pekanbaru di sekitar Jembatan Siak I sampai rencana Jembatan Siak IV, yaitu pada sumbu / axis Jl. Sudirman – Sungai Siak / Rencana Jembatan Siak IV – Meranti Pandak – Jalan Sekolah.

Sumber : Laporan Akhir Penataan Sungai Siak, 1999

Gambar 2.31 Rencana Pengembangan Kawasan Waterfront City, 1999 Penyebaran wilayah Kota Pekanbaru belum tertata dengan optimum. Hal ini terlihat pada terkonsentrasinya permukiman dan pusat perdagangan / komersial di bagian selatan Sungai Siak, yang secara historis merupakan awal pertumbuhan Kota Pekanbaru, namun potensi untuk menata wilayah masih sangat memungkinkan karena tersedianya lahan yang luas. Berdasarkan pola pemanfaatan ruang dan kecenderungan pola perkembangan penggunaan lahan di Kota Pekanbaru sebagaian besar didominasi oleh perumahan dan kegiatan – kegiatan seperti perdagangan, perkantoran (pemerintahan dan swasta) sarana pelayanan umum beserta penunjangnya serta industri, selain fungsi – fungsi tersebut diatas, Kota Pekanbaru memiliki lahan tidak terbangun yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan areal terbangun. Penggunaan areal yang tidak terbangun ini terutama untuk kebun, tegalan, hutan, semak dan lain sebagainya.

Masterplan dari Waterfront City sudah diselesaikan dari tahun 1999 dan setelah 5 tahun perlu untuk direfisi.

Banyak lokasi perkantoran SKPD Kota Pekanbaru berada di area bisnis yang padat populasinya dan sudah tidak nyaman lagi untuk dijadikan kegiatan perkantoran, sedangkan beberap pelayan kantor tidak dapat dioptimalkan kinerjanya karena saling berjauhan jaraknya misalnya kantor bappeda dan PU berjarak cukup jauh, maka untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan pada masyarakat perlu diupayakan relokasi perkantoran pemerintahan daerah pada suatu kawasan yang terpusat. Perlu diupayakan perencanaan relokasi kantor saat ini menuju kawasan perkantoran terpadu tanpa terlalu mempengaruhi pendanaan yang bersumber dari APBD (misalnya dengan kemitraan publik dan swasta).

II - 64 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 c. Persampahan

Berdasarkan data tahun 2005, 40 % penduduk perkotaan Indonesia mempunyai akses terhadap pengelolaan sampah (Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat, 2005).

Untuk Kota Pekanbaru, akses terhadap pelayanan sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) selama 2007-2011 juga tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia yaitu rata-rata 40% (dengan asumsi 1 orang memproduksi sampah 1,25 kg/hari). Namun bila dipakai asumsi produksi sampah 2,5 kg/orang/hari maka akses masyarakat terhadap pelayanan sampah skitar 24%

(Table 2.66).

Tabel 2.66

Timbunan Sampah dan Prosentase Sampah yang Diangkut, 2007-2011

Tahun Penduduk

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012

2007 2008 2009 2010 2011

tahun

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012

Gambar 2.32 Sampah diangkut dan Prosentase Sampah yang Diangkut, 2007-2012

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 7 Tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Dinas – dinas di lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru, maka dibentuklah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru pada Tahun 2001. Tugasnya adalah membantu Walikota Pekanbaru dalam melaksanakan kewenangan otonomi di bidang persampahan, pertamanan, penghijauan, lampu penerangan jalan umum dan lampu hias. Tugas utama Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru pada waktu itu adalah mengelola

II - 65 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

persampahan yang ada di Kota Pekanbaru dimulai dari penyapuan, pengangkutan, pemusnahan hingga pengelolaan sampah.

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Kebersihan di Kota Pekanbaru yang mengatur pembagian kewenangan dan tugas pengelolaan kebersihan di Kota Pekanbaru berdasarkan Surat Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 7 Tahun 2004.

Di tahun 2011, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru menangani kebersihan di 23 ruas jalan protokol dan Rumah sakit, dengan mengerahkan 632 orang petugas kebersihan dan 11 truk sampah (4 truk lainnya tidak berfungsi).

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota melakukan pengelolaan sampah di TPA Muara Fajar dengan system open dumping, dimana ditargetkan tahun 2012 telah menggunakan system sanitary landfill. Dinas Kebersihan dan Pertamanan juga melakukan pengelolaan sampah pasar untuk dijadikan kompos atau pupuk organic yang dilaksanakan pada 4 unit kerja pengelola composting dibawah pengawasan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru.

Dalam pengelolaan kebersihan lingkungan permukiman sesuai pasal 9 UU No. 18 tahun 2008, pemerintah kota menyelenggarakan pengelolaan sampah kepada masyarakat dengan melakukan pembinaan, pengawasan, membuat TPS dan TPA.

Pengumpulan sampah dilakukan mulai dari masyarakat RT/RW di permukiman.

Petugas pengumpul sampah di RT/RW mengangkut sampah dari kotak sampah didepan rumah di TPS. Penyelenggara pengelola sampah melakukan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA yang dilakukan melalui instansi terkait secara langsung.

Jumlah TPS yang terdapat di setiap kecamatan masih kurang, sehingga masih perlu penambahan TPS. Untuk pengangkutan dari TPS ke TPA yang dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta instansi terkait seringkali kurang memadai karena jumlah armada truk yang belum sesuai kebutuhan. Selain itu, dari jumlah yang belum memadai tersebut, banyak diantaranya memerlukan pemeliharaan dan perawatan yang besar. Kondisi truk yang sudah tua juga mengurangi kinerja pengangkutan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan.

d. Pertamanan

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru menangani pertamanan dan ruang terbuka hijau di 23 lokasi dengan luas sekitar 28 ha.

Adapun luas taman Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut:

Tabel 2.67

Luas Taman Kota Pekanbaru, 2012

Lokasi Luas (m2)

Kecamatan Pekanbaru Kota 54.164 Kecamatan Senapelan 1.928

Kecamatan Sail 9.692

Kecamatan Tampan 135.970

Kecamatan Marpoyan Damai 74.617 Kecamatan Bukit Raya 8.320

II - 66 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Kecamatan Rumbai 1.170

Kecamatan Sukajadi 577

Kecamatan Payung sekaki 779

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012

Masih terdapat tanah kosong di Tanayan Raya, di beberapa kecamatan dan beberapa lokasi lainnya 78 ha, dan yang dimiliki swasata seperti Alamayang 40 ha, Danau Buatan 40 ha. Diperkirakan taman Kota dan ruang terbuka hijau untuk Kota Pekanbaru telah mencapai 30% dari luas Kota sekitar 632,26 Km². Masih terdapat ruang terbuka hijau dan hutan konservasi (Arboretum) di Universitas Riau yang cukup luas, juga ruang terbuka hijau lainnya (12 ha peruntukan untuk pembangunan TPA yang dibatalkan). Perlu untuk mengidentifikasi secara tepat berapa luas taman dan ruang terbuka hijau yang tersisa baik dikuasai pemerintah, universitas maupun swasta. Adapun upaya pelestarian dan pemeliharaannya perlu diperhatikan secara baik dengan mendaya upayakan terbatasnya petugas pengelola pertamanan 157 orang yang ada, berikut armada mobil tanki penyiraman tanaman yang tersedia 8 unit (data 2011).

e. Penerangan Umum

Jumlah penerangan jalan umum yang terpasang sampai dengan Tahun 2011 berjumlah 24.877 Titik. Terbagi menjadi PJU dan lampu hias/ taman yang tersebar di jalan-jalan protokol, pemukiman dan perumahan. Rencana penambahan PJU sebanyak 450 titik setiap tahun sehingga pada akhir tahun 2017 PJU direncakan akan berjumlah 27.577 titik.

Tabel 2.68

Lampu Penerangan Jalan Umum, 2007-2011 TAHUN PJU Terpasang (titik)

2007 19.096

2008 20.511

2009 21.949

2010 23.385

2011 24.877

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pekanbaru, 2012

Berdasarkan data 2011, 30% lampu jalan sudah termeterisasi, masih 70% belum termeterisasi. Upaya instalasi meter lampu ini dilakukan untuk mengefisiensikan penggunaan dan pembayaran listrik lampu perkotaan.

f. Sanitasi

Salah satu penunjang sanitasi rumah tangga adalah kepemilikan kamar mandi.

Prosentase kepemilikan kamar mandi per keluarga di Kota Pekanbaru sudah

II - 67 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

mencapai 95%, hanya 5 % dari total masyarakat yang tidak punya kamar mandi sendiri (Laporan Akhir Master Plan Air Limbah Kota Pekanbaru, 2011). Angka ini relatif tinggi dibanding dengan yang ada di Indonesia yang hanya 55,5%

(Rediknas, 2010).

Tabel 2.69

Persentase Kepemilikan kamar mandi di rumah berdasarkan wilayah, 2011

Kecamatan

Kamar mandi/tempat

mandi di rumah Total

Ya Tidak

Pekanbaru Kota 97.1 2.9 100.0

Senapelan 100.0 0.0 100.0

Lima Puluh 94.5 5.5 100.0

Sukajadi 98.9 1.1 100.0

Sail 92.3 7.7 100.0

Bukit Raya 100.0 0.0 100.0

Payung Sekaki 67.6 32.4 100.0

Marpoyan Damai 99.0 1.0 100.0

Rata-rata Total 95.0 5.0 100.0

Sumber : Laporan Akhir Survey Sosial-Ekonomi Master Plan Air Limbah Pekanbaru, 2011.

Terlihat dari Tabel 2.69, bahwa kepemilikan kamar mandi di Pekanbaru sudah melebihi 90% dari total rumahtangga yang ada. Angka ini sudah di atas rata-rata kepemilikan kamar mandi di Riau. Sedangkan persentase masyarakat yang tidak punya WC/kamar mandi sendiri paling besar adalah di Kecamatan Payung Sekaki (67,6%) dan Kecamatan Sail (92,3%).

Tabel 2.70

Persentase Fasilitas air limbah di rumah berdasarkan wilayah, 2011 Kecamatan

Fasilitas sanitasi air limbah di rumah

Total

Baik Kurang baik/

agak rusak

Pekanbaru Kota 80,0 20,0 100,0

Senapelan 90,9 9,1 100,0

Lima Puluh 97,3 2,7 100,0

Sukajadi 87,4 12,6 100,0

Sail 84,6 15,4 100,0

Bukit Raya 88,2 11,8 100,0

Payung Sekaki 100,0 0,0 100,0

Marpoyan Damai 92,2 7,8 100,0

Rata-rata Total 90,8 9,2 100,0

Sumber : Laporan Akhir Survey Sosial-Ekonomi Master Plan Air Limbah Pekanbaru, 2011.

II - 68 | Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Hasil survey (Tabel 2.70) menunjukan, sebagian besar (91 %) penduduk di Pekanbaru menilai sanitasi di rumahnya dalam keadaan baik, dan hanya 9 % yang merasa sanitasi air limbahnya tidak baik. Di Kecamatan Lima Puluh persentase masyarakat yang menyatakan sanitasi air limbahnya baik adalah paling tinggi yaitu 97,30 %. Sedangkan di Kecamatan Payung Sekaki 100 % dari responden menyatakan bahwa sanitasi air limbah di rumah dalam keadaan baik.

Kecamatan Sail merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya menyatakan bahwa sanitasi di rumah tidak berjalan baik yaitu 15 % dari total populasi di kecamatan tersebut.

Fasilitas sanitasi lainnya yang paling banyak bermasalah adalah tanki septik yaitu 16,6 %, dan kemudian adalah fasilitas sumur resapan untuk rumah. Sebagian besar rumah di Pekanbaru tidak mempunyai sumur resapan, sehingga air hujan akan lansung dialirkan ke selokan/parit/drainase. Maka peningkatan saluran drainase dan sumur resapan menjadi hal yang perlu untuk dipertimbangkan dimas yang akan datang.